Lahat ng Kabanata ng Aku (bukan) sugar baby: Kabanata 11 - Kabanata 20
28 Kabanata
10. Jeno drop
Yuna memejamkan mata, menyamankan posisi di pelukan Jesica lalu membuka mata dengan nafas yang mulai panas. Hatinya menghangat membuat matanya perih dan memerah. Yuna mengepalkan tangan. Jujur dia tidak benci dengan Jesica, dia hanya belum siap menerima kehadirannya karena wanita itu datang saat Yuna maupun Daniel masih belum merelakan kepergian bunda mereka.Juga kesal karena sejak kedatangan Jesica, keadaan rumah mulai berubah. Daniel jadi jarang pulang. Dia sering kali memilih untuk tinggal di kos membuat Yuna kesepian karena tidak ada teman bertengkar.Papahnya jadi sering keluar kota atau keluar negeri karena mengantikan pekerjaan Jesica agar wanita itu tetap stay di Jakarta, bekerja di Jakarta dan lebih banyak di rumah jadi lebih fokus mendidik anak. Tapi didikan Jesica sama sekali tidak di terima Yuna maupun Daniel.Didikan Jesica sangat keras. Yuna di paksa mengasah keahlian yang sama sekali tidak dia suka
Magbasa pa
11. Semakin sengit
Jeno merasakan kepalanya pening, mulutnya pahit, badannya lemas, perutnya kosong. Dia bangun saat merasa perutnya berat. Jeno melenguh kecil, menoleh kesamping tepat saat napas halus menepa wajahnya.  "Mommy?" lirih Jeno tanpa suara karena suaranya serak jadi saat melirih suaranya tidak keluar.Hati Jeno jadi menghangat saat melihat Jesica tidur sambil memeluknya.Cowok berambut blonde itu tersenyum lalu mengeratkan pelukan. Rasanya sudah lama Jeno tidak merasakan pelukan Jesica. Terkahir kapan ya? Kayaknya waktu SD. Saat Mika memergokinnya masih manja-manja yang membuat Jeno jadi tidak enak karena Mika tinggal di Indonesia hanya bersama Yama.Astaga, Mika. Jeno baru ingat."Awhhh ..." Jeno melenguh kesakitan sambil memejamkan mata, reflek tangannya memegang kepala saat kepalanya sangat berat dan pusing. Hanya bergerak sedikit sakit langsung menyerang membuat Jeno kembali tidur ke posisi semula.
Magbasa pa
12. Melepas dan merelakan
Juwi menganggukan kepala saat Chef Aron mengajarinya merajang bawang merah agar mata tidak perih. Kini mereka ada di bagian samping restoran tepat area training berada yang langsung berhadapan dengan air mancur yang jatuh ke kolam renang membuat orang yang melihatnya jadi relaxs.Banyak peserta training yang sedang belajar bersama Chef pribadi atau satu Chef untuk satu kelompok membuat Juwi merasa tidak sendirian.Miss Dara ada di sofa ruang tunggu. Dia sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang di lakukan, Juwi selalu merasa penasaran tapi tidak berani bertanya. Mungkin menyiapkan materi selanjutnya. Juwi selalu berfikiran positif pada siapa saja."Paham ya, Juwita? Sekarang kamu coba."Juwi mengambil pisaunya, dia memegang bawang sepeeti yang di ajarkan Chef Aron lalu merajang bawang merah sesuai yang telah di ajarkan. Awalnya Juwi merasa sama saja seperti saat dia merajang asal-asalan tapi saat berjalan beb
Magbasa pa
13. Kesepian, curiga dan Kepastian
Jesica membantu Jeno tidur di kasur. Wanita cantik itu menaikkan selimut sambil mengusap kepala Jeno penuh kasih sayang saat sang putra memeluk guling. Kondisi Jeno belum pulih sepenuhnya membuat kepalanya masih terasa hangat."Istirahat nyenyak, sayang. Anggap rumah Jeno sendiri." Ucap Jesica lalu mengecup kening Jeno. Jeno bergumam, cowok berkaos putih oversize itu mulai menyamankan posisi tidur di salah satu kamar di rumah Jesica karena belum siap pulang kerumah Dirgantara. Karena pulang ke rumah Dirgantara sama saja merobek luka yang masih basah. Hati Jeno rasanya perih saat membaca tulisan 'Turut Berduka Cinta' di sepanjang jalanan menuju rumah Mika.    Rasanya seperti mimpi buruk Mika pergi secepat ini.Jeno memejamkan mata, berharap tidak bangun lagi. Jesica menutup pintu, bibirnya tersenyum smirk merasa satu langkah di depan Dirgantara karena Jeno mau pulang ke rumahnya dan lebih memilihnya saat dalam keadaan ber
Magbasa pa
14. Cinta dan terpasa beda tipis
"YOS!""YOS!"Daniel yang ada di koridor sebrang merapatkan bibir ketika mendengar Yuna berteriak keras memanggil Yosi. Dia sedikit meringis saat beberapa murid memandang Yuna karena suara kerasnya menarik perhatian. Apalagi jam bubar sekolah seperti ini, ramai dimana-mana murid keluar dari kelas.Hmm ... Yuna yang teriak Daniel yang malu.Daniel segera melesat saat melihat kekasih barunya muncul bersama teman-teman kelasnya mengobrol riang membuat antrian panjang di belakang mengular. Mereka yang tepat di belakang merengut ingin misuh-misuh menegur sedangkan yang di belakang mejongak-mejongok dengan tenag dan sabar karena maklum jam pulang jadi koridor ramai dan antre untuk ke tangga. Kedatangan Daniel membuat salah satu dari mereka mengangkat wajah lebih duluh. "Eh, Dan. Cari Yuna ya? Di keluar duluan." Ucap Gisel memberi tahu. Daniel mengangguk menanggapi. "Gue cari Jeje. Mau ngajak pulang bareng."Gisel dan dua teman l
Magbasa pa
15. Kejutan yang mengejutkan
Jeje melepas helemnya. Dia memandang kagum rumah besar di depannya sambil menguasai ekspresi wajah tetap tenang agar tidak terlihat norak. Walau Jeje sering ke taman depan komplek Daniel karena desanya ada di sekitar komplek Daniel tapi Jeje tidak pernah masuk komplek Bringinwareng A karena harus memiliki kartu akses."Ayo masuk!" Jeje mengerjab, dia meletakkan helemnya di jok motor lalu membuntut Daniel yang sudah berjalan lebih dulu "ngapain bawa gue ke rumah lo?" Tanya Jeje kini di samping Daniel. Daniel berdecak kecil, kini mereka naik tangga untuk ke teras depan "Kan gue udah bilang. Bantuin lo ngurangin rasa suka ke Jeno." "Ya kenapa ke rumah lo?""Ya emang kenapa?" Balas Daniel bertanya. "Rumah gue banyak kejutan. Lo pasti bakal terheran-heran, terkagum-kamu." Kata Daniel bersungguh-sungguh membuat Jeje menggerakkan bibir bawa meledek tak percaya. "Setidaknya untuk hari ini lo bisa melupakan Jeno." Jeje merapat
Magbasa pa
16. Tuduhan dan Private Training
Jeje masih saja cemberut saat Daniel mengajaknya ke kamar. Cowok berkaos putih polos itu mendesah lelah "udahlah stop ngarepin dia! Lo udah punya gue!" Katanya memperingati. Jeje melirik Daniel malas "inget posisi lo!" Ucapnya juga memperingati. Daniel melengos malas, cowok berkaos putih polos itu meraih tangan Jeje membuat cewek berrambut sebahu itu mendelik "heh!" Pekiknya menyentak tangan. "Mau apa lo?" Tanyanya curiga. Jeje jadi tersentak saat menyadari kini berada di kamar Daniel yang secara reflek mengambil ancang-ancang melindungi diri. Daniel kembali melengos, dia kearah balkon membuat Jeje secara naluri memperhatikan yang kemudian membuka mata lebar dengan tangan menutup mulut yang terbuka lebar. Jeje segera menyusul Daniel keluar. "Wahhh ..." kagumnya. Daniel smirk sombong "apa gue bilang. Rumah gue penuh kejutan. Lo pasti bakal terkagum-kagum terheran-heran."Jeje loncat-loncat kegiarangan, dia menepuk-nepuk punda
Magbasa pa
17. Membuang emas untuk berlian
Juwi naik ke lift tabung transparan untuk menuju lantai bawah karena perutnya terasa lapar. Dia sudah berganti dengan pakaian santai rumah. Dia juga sudah menghapus make up dan tatanan rambutnya karena jujur Juwi sama sekali tidak nyaman dengan itu semua. Juwi lebih suka tanpa make up dan rambut kuncir cepol asal karena terbiasa di desa seperti itu.Saat lift tabung transparan sampai bawah, Juwi menyerngitkan dahi bingung saat lift tidak bisa di buka malah membawanya kembali ke atas. Juwi jadi bergerak gelisah, jantung berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasa karena takut lifnya rusak yang bisa mengakibatkan keselamatannya terancam.Juwi segera keluar saat lift terbuka, dia mendesah lega yang kemudian terlonjak kaget saat tangannya di tarik paksa. Cewek berkaos kuning bertuliskan huruf 'U' itu mencoba menguasi diri, mengerjabkan mata menetralkan pandangan untuk melihat siapa yang menariknya. "Daddy? Kenapa?""Kamu sembunyi dulu. Sembunyi di kamar Jeno."
Magbasa pa
18. Nikmati Saja
Jeno ke kamarnya setelah mewarnai rambutnya kembali ke hitam bersama hair stylist yang di panggil Jesica ke rumah agar besok bisa kembali bersekolah. Jeno melihat penampilannya di depan cermin sambil menyibak rambut ke belakang dengan jari memastikan semua rambutnya sudah berwarna hitam. Walau dapat di pastikan tidak akan ada yang terlewat karena memakai hair stylist profesional. Kepala Jeno tertoleh saat pintu yang belum sepenuhnya tertutup di ketuk sekali lalu di buka lebar. "Ngapain?" Sewot Jeno.Yuna masuk kamar Jeno melewati Jeno begitu saja lalu merebahkan diri di kasur king size Jeno. "Main yuk, kemana kek. Bosen banget di rumah.""Dih ..." decih Jeno. Cowok itu kini duduk di meja belajar sambil melipat tangan di depan dada melihat Yuna. "Cowok lo kemana? Putus?"Yuna melirik malas "lo enggak bakalan tahu soalnya lo belum pernah pacaran." Hardik Yuna membuat Jeno melengos. "Ayo jalan!""Males." Yuna mengambil guling lalu m
Magbasa pa
19. Kecuali aku menyusul
Yedam yang ada di dekat jendela memanjangkan kepala saat melihat Jeno dan Yuna berjalan bersama dari parkiran menuju kafenya. Cowok berkaos hitam bergambar papan catur itu meloncat keluar membuat Yuna mengibaskan tangan hingga tanpa sengaja mengampar wajah Yedam sampai berbunyi nyaring. "Kasar banget!" Aduh Yedam memegang keningnya yang terasa perih karena sabetan tangan Yuna. "Lagian lo ngapain di situ, busettt?" Tanya Yuna yang kini melewati Yedam begitu saja ke arah meja barista menuju Yosi yang sedang menjadi operator instagram live. Yedam membuntut, Jeno yang datang bersama Yuna jadi tertinggal. "Tumben barengan, ada angin apaan nih?" Tanya Yedam membuat Yuna yang baru memesan minum melengos. "Lo berdua enggak lagi ngedate kan?""Orang gila!" Amuk Yuna memukul kepala Yedam membuat Yedam menjauh, kemudian menoleh pada Jeno yang sedang melihat seorang pengunjung bernyanyi di depan. "Lo apa, Jen?""Samain."Yedam memajukan wajah denga
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status