"YOS!"
"YOS!"
Daniel yang ada di koridor sebrang merapatkan bibir ketika mendengar Yuna berteriak keras memanggil Yosi. Dia sedikit meringis saat beberapa murid memandang Yuna karena suara kerasnya menarik perhatian. Apalagi jam bubar sekolah seperti ini, ramai dimana-mana murid keluar dari kelas.
Hmm ... Yuna yang teriak Daniel yang malu.
Daniel segera melesat saat melihat kekasih barunya muncul bersama teman-teman kelasnya mengobrol riang membuat antrian panjang di belakang mengular. Mereka yang tepat di belakang merengut ingin misuh-misuh menegur sedangkan yang di belakang mejongak-mejongok dengan tenag dan sabar karena maklum jam pulang jadi koridor ramai dan antre untuk ke tangga.
Kedatangan Daniel membuat salah satu dari mereka mengangkat wajah lebih duluh. "Eh, Dan. Cari Yuna ya? Di keluar duluan." Ucap Gisel memberi tahu.
Daniel mengangguk menanggapi. "Gue cari Jeje. Mau ngajak pulang bareng."
Gisel dan dua teman l
Jeje melepas helemnya. Dia memandang kagum rumah besar di depannya sambil menguasai ekspresi wajah tetap tenang agar tidak terlihat norak. Walau Jeje sering ke taman depan komplek Daniel karena desanya ada di sekitar komplek Daniel tapi Jeje tidak pernah masuk komplek Bringinwareng A karena harus memiliki kartu akses."Ayo masuk!"Jeje mengerjab, dia meletakkan helemnya di jok motor lalu membuntut Daniel yang sudah berjalan lebih dulu "ngapain bawa gue ke rumah lo?" Tanya Jeje kini di samping Daniel.Daniel berdecak kecil, kini mereka naik tangga untuk ke teras depan "Kan gue udah bilang. Bantuin lo ngurangin rasa suka ke Jeno.""Ya kenapa ke rumah lo?""Ya emang kenapa?" Balas Daniel bertanya. "Rumah gue banyak kejutan. Lo pasti bakal terheran-heran, terkagum-kamu." Kata Daniel bersungguh-sungguh membuat Jeje menggerakkan bibir bawa meledek tak percaya. "Setidaknya untuk hari ini lo bisa melupakan Jeno."Jeje merapat
Jeje masih saja cemberut saat Daniel mengajaknya ke kamar. Cowok berkaos putih polos itu mendesah lelah "udahlah stop ngarepin dia! Lo udah punya gue!" Katanya memperingati.Jeje melirik Daniel malas "inget posisi lo!" Ucapnya juga memperingati.Daniel melengos malas, cowok berkaos putih polos itu meraih tangan Jeje membuat cewek berrambut sebahu itu mendelik "heh!" Pekiknya menyentak tangan. "Mau apa lo?" Tanyanya curiga. Jeje jadi tersentak saat menyadari kini berada di kamar Daniel yang secara reflek mengambil ancang-ancang melindungi diri.Daniel kembali melengos, dia kearah balkon membuat Jeje secara naluri memperhatikan yang kemudian membuka mata lebar dengan tangan menutup mulut yang terbuka lebar. Jeje segera menyusul Daniel keluar. "Wahhh ..." kagumnya.Daniel smirk sombong "apa gue bilang. Rumah gue penuh kejutan. Lo pasti bakal terkagum-kagum terheran-heran."Jeje loncat-loncat kegiarangan, dia menepuk-nepuk punda
Juwi naik ke lift tabung transparan untuk menuju lantai bawah karena perutnya terasa lapar. Dia sudah berganti dengan pakaian santai rumah. Dia juga sudah menghapus make up dan tatanan rambutnya karena jujur Juwi sama sekali tidak nyaman dengan itu semua. Juwi lebih suka tanpa make up dan rambut kuncir cepol asal karena terbiasa di desa seperti itu.Saat lift tabung transparan sampai bawah, Juwi menyerngitkan dahi bingung saat lift tidak bisa di buka malah membawanya kembali ke atas. Juwi jadi bergerak gelisah, jantung berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasa karena takut lifnya rusak yang bisa mengakibatkan keselamatannya terancam.Juwi segera keluar saat lift terbuka, dia mendesah lega yang kemudian terlonjak kaget saat tangannya di tarik paksa. Cewek berkaos kuning bertuliskan huruf 'U' itu mencoba menguasi diri, mengerjabkan mata menetralkan pandangan untuk melihat siapa yang menariknya. "Daddy? Kenapa?""Kamu sembunyi dulu. Sembunyi di kamar Jeno."
Jeno ke kamarnya setelah mewarnai rambutnya kembali ke hitam bersama hair stylist yang di panggil Jesica ke rumah agar besok bisa kembali bersekolah. Jeno melihat penampilannya di depan cermin sambil menyibak rambut ke belakang dengan jari memastikan semua rambutnya sudah berwarna hitam. Walau dapat di pastikan tidak akan ada yang terlewat karena memakai hair stylist profesional.Kepala Jeno tertoleh saat pintu yang belum sepenuhnya tertutup di ketuk sekali lalu di buka lebar. "Ngapain?" Sewot Jeno.Yuna masuk kamar Jeno melewati Jeno begitu saja lalu merebahkan diri di kasur king size Jeno. "Main yuk, kemana kek. Bosen banget di rumah.""Dih ..." decih Jeno. Cowok itu kini duduk di meja belajar sambil melipat tangan di depan dada melihat Yuna. "Cowok lo kemana? Putus?"Yuna melirik malas "lo enggak bakalan tahu soalnya lo belum pernah pacaran." Hardik Yuna membuat Jeno melengos. "Ayo jalan!""Males."Yuna mengambil guling lalu m
Yedam yang ada di dekat jendela memanjangkan kepala saat melihat Jeno dan Yuna berjalan bersama dari parkiran menuju kafenya. Cowok berkaos hitam bergambar papan catur itu meloncat keluar membuat Yuna mengibaskan tangan hingga tanpa sengaja mengampar wajah Yedam sampai berbunyi nyaring. "Kasar banget!" Aduh Yedam memegang keningnya yang terasa perih karena sabetan tangan Yuna."Lagian lo ngapain di situ, busettt?" Tanya Yuna yang kini melewati Yedam begitu saja ke arah meja barista menuju Yosi yang sedang menjadi operator instagram live.Yedam membuntut, Jeno yang datang bersama Yuna jadi tertinggal. "Tumben barengan, ada angin apaan nih?" Tanya Yedam membuat Yuna yang baru memesan minum melengos. "Lo berdua enggak lagi ngedate kan?""Orang gila!" Amuk Yuna memukul kepala Yedam membuat Yedam menjauh, kemudian menoleh pada Jeno yang sedang melihat seorang pengunjung bernyanyi di depan. "Lo apa, Jen?""Samain."Yedam memajukan wajah denga
"Dara's Colection."Jonathan berdiri di depan salah satu butik terkenal yang ada di Kota Jakarta. Laki-laki berusia 25 tahun itu melihat ponselnya sambil mencocokan alamat yang tertera di website Dara Colection.Setelah memastikan alamat yang tertera benar, Jonathan masuk yang langsung di sambut pramuniaga yang berjaga di depan pintu. "Selamat pagi. Selamat datang di Dara's Colection."Jonathan mengangguk sambil tersenyum ramah. "Mbak benar di sini sedang mencari model?""Ohh ... benar, mas. Mari saya antar." Ucap pramuniaga mempersilahkan lalu jalan lebih dulu membuat Jonathan membuntut. "Calon model yang lain juga sudah datang." Lanjutnya memberi tahu."Sudah berapa orang, Mbak?""Mungkin puluhan?!"Jonathan mengangguk. Diam-diam merasa kawatir karena semakin banyak yang ikut audisi, peluang akan semakin kecil.Jonathan memanjangkan kepala saat melihat para model sedang menunggu di sofa depan sebuah ruangan.
"Ayo masuk! Nunggu apa sih?"Yuna berdecak, dia memukul kepala Daniel karena Daniel seperti orang bodoh berdiri di depan gerbang sambil mengecek ponsel dan jam tangannya setiap detik. Mereka baru saja turun dari mobil milik keluarga Mananta karena motor Daniel menginap di kafe Prince. "Jangan bilang lagi nunggu, Jeje?!!""Iya." Jawab Daniel tanpa dosa. "Lo kalau mau masuk, masuk aja. Tahu jalan ke kelas kan!!?"Yuna berkacak pinggang, dia tidak peduli dengan beberapa murid RHS yang mewatinya dan curi-curi ingin tahu. "Gue enggak suka ya kalau lo bucin kayak gini."Daniel berdecak, jadi mengangkat wajah menatap Yuna. "Apa sih? Lo punya pacar gue enggak pernah ikut campur! Sekarang gue yang punya pacar kenapa lo ikut campur?"Yuna mendesah panjang. "Fine!" Ucapnya lalu pergi meninggalkan Daniel begitu saja. Cewek berambut lurus panjang itu melangkah lebar menuju lobi lalu belok ke koridor sayap kanan."Gue enggak masalah lo punya pacar t
"Ice Americano ... sama toast tuna.""Hanya itu, kak?"Jonathan melihat etalase yang penuh cake, ice cream, susi dan berbagai macam makanan ringan lain yang tersusun rapi di dalam. "Hanya itu." Putus Jonathan karena dia harus menjaga berat badan."Pembayaran case atau pakai kartu?""Case.""Total dua ratus sepuluh ribu ya, kak."Jonathan mengeluarkan dompet lalu mengambil uang pas untuk di berikan pada kasair. Setelah mendapat struk pembelian Jonathan menerima nampan berisi pesanannya. "Terima kasih." Ucap Jonathan lalu ke meja singel yang ada di dekat jendela.Cowok berusia 25 tahun itu melepas sedotan dari pembungkus plastik lalu menancapkan ke ice Americanonya. Jonathan melihat area luar sambil menyesep kopinya. Atensinya melihat lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki yang melewati kafe.Jonathan mengerjab saat sebuah mobil mewah berhenti di depan kafe tempatnya berada yang tak lama beberapa pejalan kaki mendekat