Semua Bab Terpaksa Menjadi Istri kedua: Bab 11 - Bab 20
33 Bab
Kemarahan Edward
“Apa ada kabar dari Edo dan Yura?” tanya Edward pada sang ibu.“Tadi Edo bilang sudah di Jakarta, tapi mereka berhenti makan. Sejak di rumah orang tua Yura tidak ada sinyal.”  Edward lega mendengar penjelasan sang ibu. Namun, ia kembali melihat waktu yang sudah agak malam, tapi mereka pun belum muncul juga. Edward kembali mencoba menelepon Yura, tetapi tetap sama tidak ada jawaban.Tidak mau sang istri curiga, Edward gegas menemui Amalia dulu. Walau hatinya sangat cemas memikirkan Yura yang pergi bersama dengan Edo.“Baru pulang langsung ke ruangan Mami, ada apa?” tanya Amalia.“Mami bertanya tentang Yura.”“Biarkan saja, Sayang. Lagi pula, paling dia sedang bersenang-senang dengan Edo. Tahu sendiri adik
Baca selengkapnya
Masa Lalu
Walau sering bertemu dengan banyak wanita, Edo belum pernah merasakan getaran aneh seperti saat ia bersama suster cantik yang ada di hadapannya. Namanya Rena, kulit putih dengan wajah khas Indonesia membuat Edo tak bergerak dari tempatnya.“Sudah selesai,” ucap Rena.“Kayanya belum, ini kepala saya masih pusing.” Edo mencoba berlama-lama dengan Rena.“Kalau Anda pusing, nanti saya minta dokter untuk periksa. Sebentar.”Rena tak jadi melangkah karena tangannya tertahan oleh Edo. “Kamu saja.”“Saya bukan Dokter, maaf tangan Anda.”Edo melepaskan tangannya dari tangan Rena. Ia tidak mau beranjak dari ranjang itu karena masih ingin berduaan dengan Rena. Akan tetapi, sebagai perawat di rumah sakit itu, Rena p
Baca selengkapnya
Gengsi Mengaku Cinta
Ada yang hilang dari diri Edward. Pria itu membalut tubuhnya dengan handuk di pinggang setelah ke luar dari kamar mandi. Amalia memberikannya baju pada sang suami, setelah itu ia masih menunggu jawaban Edward.Edward paham jika sang istri menunggunya bicara. Namun, ia sedang tidak ingin banyak bicara. Ia lelah dengan apa yang terjadi hari ini. Bahkan, ia ingin sekali melihat keadaan Yura di kamar. Akan tetapi, semuanya tidak akan semudah yang dibayangkan.“Apa kamu belum bisa menjawab apa yang aku tunggu?” tanya Amalia.“Bukan aku tak mau bicara, aku sudah lelah hari ini mengurus beberapa masalah,” ujar Edward sembari memijit pelipisnya.Amalia menghampiri sang suami, ia mencoba memijit pelan kepala hingga leher Edward agar ia lebih rileks. Pria itu pun memejamkan mata, ia ingin sekali tertidur cepat, te
Baca selengkapnya
Benci
  Sella mengamuk saat tahu anak dalam kandungannya meninggal. Ia terus memberontak dengan tangan terborgol. Sebelum di masukkan sel, untuk sementara ia di rawat di rumah sakit dengan pengawasan ketat. Wanita itu terlihat sangat kacau. Apalagi saat Edo datang mengunjungi ke rumah sakit. Pria itu sengaja datang melihat kondisi Sella. Terutama memastikan jika tidak ada janin lagi di perutnya. Ia pun lega karena tak harus bertanggung jawab pada wanita itu. “Bajingan kamu Edo!” Sella kembali berteriak saat melihat Edo. “Bukannya kita sudah sepakat, tidak akan ada keterikatan. Kamu melanggar dan apa kamu pikir usahamu berhasil dengan sengaja membuat dirimu hamil?” Sella menatap bengis Edo. Ia kembali berusaha menarik-narik tangannya yang mustahil bisa lepas dari borgol itu. Tak ada penyesala
Baca selengkapnya
Sikap Asli Amalia
“Hai, kenapa?” Yura bertanya sembari mengibarkan tangan di depan wajah Edward.Edward tersadar dari lamunannya. Wanita di hadapannya benar Yura—istri keduanya. Ia pun berpikir bagaimana bisa kedua istrinya datang bergantian. Tadi Amalia, kini giliran Yura yang datang. Ia sempat tak percaya, tetapi kehadiran Yura itu nyata.“Kenapa di sini?” tanya Edward.“Ini, berkas kamu. Bukannya kamu meminta aku datang?”Edward kembali menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia baru ingat jika sebelum Amalia datang, ia meminta Yura untuk membawakan berkas penting ke kantor. Edward pun memperhatikan pakaian yang dikenakan sang istri. Sebuah gaun cantik, di padu sepatu hitam membuat Yura tampil Elegan.Warna rambut coklatnya pun menyala di bawah sinar matahari. Kulit putih,
Baca selengkapnya
Luka Dalam Hati
Edward mengompres luka lebam Amalia. Untuk kesekian kalinya, ia merasa iba dengan kondisi sang istri. Ia pun kembali merasa bersalah telah menikah dengan Yura. Ia bersumpah akan membuat perhitungan dengan Yura.“Sakit,” ucap Amalia.“Maaf, mau ke dokter saja?”“Nggak usah, yang membuat sembuh aku adalah kamu. Asal kamu berjanji akan menjauhi Yura.”Entah perasaan apa yang kini ada di benak Edward. Ia bimbang saat Amalia memintanya untuk menjauhi Yura. Sementara, berjauhan dengan istri keduanya saja membuat dirinya rindu. Amalia memperhatikan sang suami yang beberapa hari terlihat sering melamun.“Sayang, bagaimana? Kamu mau menjauh dari Yura?” tanya Amalia lagi.“Iya, Sayang. Aku akan menjauhi Yura.”
Baca selengkapnya
Kebohongan Yang Terkuak
“Aku nggak butuh ke Dokter. Luka ini bisa aku sembuhkan sendiri,” ujar Rena.Edo tak berkedip melihat Rena, walau wajahnya penuh luka lebam pun tak mengurangi kecantikannya. Yura datang membawa air hangat untuk mengompres wajah Rena yang memar. Namun, ia terhenti melihat kedua orang di depannya saling pandang.“Ehem, masih istri orang, Do.”Yura mengagetkan keduanya, Edo langsung salah tingkah dengan teguran Yura. Ia beranjak dari tempatnya dan menjauh dari Rena. Kini, Yura mendekat ke arah Rena.“Kamu pulang saja, aku di sini aman.” Yura melirik ke arah Rena yang sejak tadi menunggunya bicara karena dia pun risi dengan adanya Edo.“Kalian pindah tempat saja, bagaimana?” tanya Edo.“Pindah tempat bagaimana?&rd
Baca selengkapnya
Pahitnya Kenyataan
Amalia memperhatikan sang suami yang sejak tadi tak henti menelepon beberapa rekan dan orang suruhan untuk mencari Yura. Ia merasa dirinya terancam karena Madam Syin memberikan bukti jika ia berbohong. Sampai detik ini pun, Edward belum mau bicara dengannya.“Kamu masih marah sama aku?” tanyanya.Edward masih saja sibuk menelepon, sampai akhirnya Amalia menarik ponsel milik Edward. Pria itu menatap tidak suka, baru kali ini dia merasa Amalia sangat menyebalkan. Rasa iba yang selama ini membuat ia menutup mata pun sudah hilang begitu saja.Edward sangat membenci kebohongan. Ia benci saat Amalia melakukan hal yang membuat Yura pergi. Malam tadi saja ia terus menyalahkan Yura tanpa memberi celah wanita itu untuk membela diri.“Kamu masih marah, sama aku?” Lagi, pertanyaan itu terlontar dari bibirnya.
Baca selengkapnya
Pencarian Yura
Madam Syin terus memantau CCTV. Ia melihat saat Yura memindik ke luar kamar dengan hanya membawa tas kecil. Wajahnya terlihat memerah dan bengap seperti sehabis menangis. Madam Syin hanya bisa berharap bisa menemukan menantu keduanya.“Ada apa kamu datang?” tanya Madam Syin.“Sejak kapan Mami memasang CCTV?” Edward betanya saat ia mulai memperhatikan layar CCTV.“Sejak kedatangan Yura. Mami hanya ingin melihat keseharian dia saja. Ternyata, ini berguna juga.” Madam Syin tersenyum tipis.Wanita dengan rambut memutih itu pun tahu jika kepergian Yura setelah Edward masuk ke kamarnya. Dalam rekaman itu menunjukkan Edward masuk dengan emosi kemudian, keluar dengan tangan mengepal.Memang dirinya salah menikahkan Edward dengan Yura, sedangkan pria itu masih memiliki
Baca selengkapnya
Sebuah Tanda tanda
Sudah sebulan Yura pergi dari rumah. Begitu juga kejadian yang menimpa Rena dan berujung masuknya sang suami ke sel penjara. Rena memundurkan tubuhnya saat Bagas ingin menarik tangannya. Dengan tubuh bergetar, ia memberanikan diri untuk memberikan berkas perceraiannya pada Bagas.“Aku nggak mau cerai!” teriak Bagas.“Aku nggak bisa sama kamu lagi, aku nggak kuat menghadapi sikap egois kamu. Kamu pikir ada wanita yang suka rela saat suaminya menghajarnya setiap hari. Bahkan, dia selalu cemburu buta.”“Aku mencintai kamu.”Rena tersenyum getir mendengar kalimat Bagas. Kalimat cinta membuatnya sangat muak. Untuk apa kalimat seperti itu jika kenyataannya Bagas selalu memperlakukannya kasar. Sejak ia di PHK selalu saja membuat masalah.Rena menarik napas panjang, i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status