Edward mengompres luka lebam Amalia. Untuk kesekian kalinya, ia merasa iba dengan kondisi sang istri. Ia pun kembali merasa bersalah telah menikah dengan Yura. Ia bersumpah akan membuat perhitungan dengan Yura.
“Sakit,” ucap Amalia.
“Maaf, mau ke dokter saja?”
“Nggak usah, yang membuat sembuh aku adalah kamu. Asal kamu berjanji akan menjauhi Yura.”
Entah perasaan apa yang kini ada di benak Edward. Ia bimbang saat Amalia memintanya untuk menjauhi Yura. Sementara, berjauhan dengan istri keduanya saja membuat dirinya rindu. Amalia memperhatikan sang suami yang beberapa hari terlihat sering melamun.
“Sayang, bagaimana? Kamu mau menjauh dari Yura?” tanya Amalia lagi.
“Iya, Sayang. Aku akan menjauhi Yura.”
“Aku nggak butuh ke Dokter. Luka ini bisa aku sembuhkan sendiri,” ujar Rena.Edo tak berkedip melihat Rena, walau wajahnya penuh luka lebam pun tak mengurangi kecantikannya. Yura datang membawa air hangat untuk mengompres wajah Rena yang memar. Namun, ia terhenti melihat kedua orang di depannya saling pandang.“Ehem, masih istri orang, Do.”Yura mengagetkan keduanya, Edo langsung salah tingkah dengan teguran Yura. Ia beranjak dari tempatnya dan menjauh dari Rena. Kini, Yura mendekat ke arah Rena.“Kamu pulang saja, aku di sini aman.” Yura melirik ke arah Rena yang sejak tadi menunggunya bicara karena dia pun risi dengan adanya Edo.“Kalian pindah tempat saja, bagaimana?” tanya Edo.“Pindah tempat bagaimana?&rd
Amalia memperhatikan sang suami yang sejak tadi tak henti menelepon beberapa rekan dan orang suruhan untuk mencari Yura. Ia merasa dirinya terancam karena Madam Syin memberikan bukti jika ia berbohong. Sampai detik ini pun, Edward belum mau bicara dengannya.“Kamu masih marah sama aku?” tanyanya.Edward masih saja sibuk menelepon, sampai akhirnya Amalia menarik ponsel milik Edward. Pria itu menatap tidak suka, baru kali ini dia merasa Amalia sangat menyebalkan. Rasa iba yang selama ini membuat ia menutup mata pun sudah hilang begitu saja.Edward sangat membenci kebohongan. Ia benci saat Amalia melakukan hal yang membuat Yura pergi. Malam tadi saja ia terus menyalahkan Yura tanpa memberi celah wanita itu untuk membela diri.“Kamu masih marah, sama aku?” Lagi, pertanyaan itu terlontar dari bibirnya.
Madam Syin terus memantau CCTV. Ia melihat saat Yura memindik ke luar kamar dengan hanya membawa tas kecil. Wajahnya terlihat memerah dan bengap seperti sehabis menangis. Madam Syin hanya bisa berharap bisa menemukan menantu keduanya.“Ada apa kamu datang?” tanya Madam Syin.“Sejak kapan Mami memasang CCTV?” Edward betanya saat ia mulai memperhatikan layar CCTV.“Sejak kedatangan Yura. Mami hanya ingin melihat keseharian dia saja. Ternyata, ini berguna juga.” Madam Syin tersenyum tipis.Wanita dengan rambut memutih itu pun tahu jika kepergian Yura setelah Edward masuk ke kamarnya. Dalam rekaman itu menunjukkan Edward masuk dengan emosi kemudian, keluar dengan tangan mengepal.Memang dirinya salah menikahkan Edward dengan Yura, sedangkan pria itu masih memiliki
Sudah sebulan Yura pergi dari rumah. Begitu juga kejadian yang menimpa Rena dan berujung masuknya sang suami ke sel penjara. Rena memundurkan tubuhnya saat Bagas ingin menarik tangannya. Dengan tubuh bergetar, ia memberanikan diri untuk memberikan berkas perceraiannya pada Bagas.“Aku nggak mau cerai!” teriak Bagas.“Aku nggak bisa sama kamu lagi, aku nggak kuat menghadapi sikap egois kamu. Kamu pikir ada wanita yang suka rela saat suaminya menghajarnya setiap hari. Bahkan, dia selalu cemburu buta.”“Aku mencintai kamu.”Rena tersenyum getir mendengar kalimat Bagas. Kalimat cinta membuatnya sangat muak. Untuk apa kalimat seperti itu jika kenyataannya Bagas selalu memperlakukannya kasar. Sejak ia di PHK selalu saja membuat masalah.Rena menarik napas panjang, i
Edo dan Rena membawa Yura ke rumah sakit, mereka panik saat Yura tiba-tiba pingsan setelah makan. Edo tak peduli penolakan Yura untuk ke rumah sakit pun tak ia gubris. Iantak mau mengambil risiko terjadi sesuatu pada kakak iparnya itu.Rena langsung menghubungi Dokter jaga di UGD dan gegas membawa Yura untuk penanganan pertama. Edo menunggu dengan cemas di luar UGD bersama Rena, ia bingung mau mengabarkan atau tidak pada sang ibu di rumah. Namun, ia sudah berjanji tidak akan memberikan info apa pun tentang Yura pada Madam Syin.Namun, ia pun bimbang karena sudah beberapa hari sang ibu sakit karena memikirkan Yura. Tangannya tak henti memandang ponsel hingga Rena datang menghampirinya.“Kamu kenapa?” tanya Rena.“Bingung, mau menghubungi Mami apa nggak? Kalau nggak, ada apa-apa sama Yura, aku nanti kesalahan. K
“Kamu yakin, Lia, mendengar Edo menyebut nama Yura?” tanya Edward.Pria dengan netra elang itu mulai kembali terpengaruh Amalia. Ia juga berpikir ulang tentang anak yang ada di kandungan Yura. Bisa jadi itu adalah anak Edo, bukannya mereka sangat akrab.“Yakin, aku sih malah berpikir, kalau dia nggak mau kembali karena memang mencintai Edo. Ya, itu hanya apa yang aku pikirkan, ya.”Edward mulai panas dengan ucapan Amalia. Kehamilan Yura membuatnya sempat bahagia, tetapi jika mengumpulkan puzzle demi puzzle kepergian Yura, bisa jadi mereka saling cinta dan melakukan dosa besar yang menghasilkan bayi dalam kandungan Yura.“Kalau kamu nggak percaya, ya, sudah. Nggak masalah,” ujar Amalia.“Kamu benar, aku harus memastikan semua itu. Anak dalam kandungan Yur
Edo senyum-senyum saat Rena sibuk mengobati lukanya. Sesekali ia meringis saat Rena mengoles obat pada bagian yang luka. Namun, setelah itu ia kembali menatap wajah bidadari yang Tuhan ciptakan begitu sempurna.“Aduh.” Edo berteriak saat dengan sengaja Rena menekan lukanya dengan kapas.“Sakit, kan?” tanya Rena.“Iya, sakit.” Edo memegangi pipinya.“Makanya matanya jangan jelalatan. Kamu nggak usah lihat aku seperti itu,” ucap Rena.“Memang kenapa?”“Nggak suka.”Edo kembali menatapnya dengan lekat, tetapi Rena mencoba membuang wajah. Ia beranjak dari duduk, tapi Edo menariknya hingga terjatuh di pangkuannya. Buru-buru wanita itu bangkit karena tak mau terjadi
Setelah memikirkan cukup lama, Yura memutuskan kembali ke rumah Madam Syin. Walau hatinya masih sangat perih, ia mencoba mendengar kata-kata Edo. Anak ini butuh pengakuan, dirinya pun sampai seperti itu karena permintaan Madam Syin. Jika ia mundur, sama saja ia mengalah. Ia kembali untuk anak yang ada di kandungannya.Jika Edward tidak mengakuinya, setidaknya anak ini akan hidup layak sebagai cucu keluarga ternama. Bukan sebagai anak yang tak jelas asal usulnya.“Selamat datang Yura,” ujar Edo. Pria itu menyambut kedatangan kakak iparnya di ambang pintu, ia pun bersedia membawa koper Yura masuk bak pelayan setia.Madam Syin memeluk Yura, ia senang dengan kedatangan istri kedua Edward itu. Benar kata Edo, ia akan kembali membawa kebahagiaan baginya. Wanita tua itu langsung mengajak Yura ke meja makan karena memang mereka sedang makan pagi.