All Chapters of Lelaki Tanpa Kasta Mengguncang Dunia: Chapter 51 - Chapter 60
116 Chapters
Part 51. Perbatasan alam kehidupan dan alam kematian.
Halaman rumah sakit penuh sesak. Mereka menunggu kedatangan para korban penembakan yang terjadi distudio Patriot televisi sekitar satu jam yang lalu.Lautan kendaraan berderak perlahan menuju tujuan yang sama. Wajah resah dan sedih terlihat dimana-mana. Negeri di selimuti awan penuh duka.Adik-adik Mohzan terus berlari menuju studio. Namun dipertengahan jalan mereka berpapasan dengan rombongan ambulan yang membawa Mohzan dan korban lainnya menuju rumah sakit.Tanpa mengenal lelah serta merta mereka memutar arah mengikuti ambulan-ambulan itu. Mereka terus menangis dan memanggil nama Mohzan.Keringat yang bercucuran tidak sedikitpun mereka indahkan.Tak lama kemudian Mohzan dan korban lainnya sudah sampai dirumah sakit. Para dokter dan tenaga medis lainnya sudah dari tadi menunggu.Begitu para korban datang, mereka langsung memberikan pertolongan. Para korban langsung dibawa menuju ruang operasi.Begitu ruang operasi ditutup, bagian humas rumah sakit
Read more
Part 52. Desma Mulai Melawan.
Bab 51.Desma dan Junara mendapat kesempatan untuk masuk ke ruangan isolasi Mohzan. Desma memegang tangan Mohzan yang lemah. “Bangunlah Naak...! Katanya terdengar lirih dan setengah berbisik.Tuan Junara memperhatikan Layar monitor pendeteksi detak jantung atau yang disebut dengan Elektrokardiograf. Grafiknya terus bergerak dilevel yang sangat rendah.“Bertahanlah Mohzan... Bertahanlah demi kami.. berikan Papa waktu untuk bisa hidup bersamamu. Selama ini sudah banyak waktu yang telah terbuang..!” Tuan Junara meratap sedih.Desma mengangkat wajahnya mendengar ratapan Tuan Junara.“Apakah Mas Junara sudah tahu kalau Mohzan adalah anaknya..?” Desma bertanya di dalam hatinya.Selama ini Desma menyembunyikan kenyataan itu dari Tuan Junara agar Naira tidak mencelakai Mohzan. Tapi kini Mohzan telah dicelakai walaupun Desma telah menutup rapat-rapat rahasia itu.“Pasti ini perbuatan Kak Naira, aku harus member
Read more
Part 53. Senandung Pilu Untuk Pedro Dan Mahesa.
“Mari Pak..!” Sopir pribadi Tuan Junara mempersilahkan Tuannya itu untuk menaiki mobil. Hari itu mereka akan melayat kerumah Pedro dan Mahesa.Tuan Junara segera memasuki kendaraannya dan duduk di jok belakang. Tak banyak yang ia ucapkan dari mulutnya. Hanya kebisuan yang menemani perjalanan mereka menuju kediaman Pedro.Sesampai dikediaman Pedro, Tuan Junara disambut oleh keluarga Pedro. Ramai sekali orang berkumpul disana. Wajah duka terlihat dimana-mana.Dengan langkah tenang namun berat di perasaan, Tuan Junara mendekati peti mati Pedro. Disana Pedro terlihat berbaring dengan tenang dan seulas senyum menghiasi bibirnya. Warna kulitnya yang hitam terlihat manis karena ia memang berasal dari wilayah Indonesia bagian timur. Pedro memakai jas hitam dengan setangkai bunga putih tersemat didada.Tuan Junara memandangi Pedro, dalam hati ia mengakui betapa manisnya wajah Pedro. Senyumnya yang damai dan ikhlas mengisyaratkan betapa lembut hati yang ia mili
Read more
Part 54. Desma Diculik
Detak jantung Mohzan semakin lemah. Bahkan nyaris tiada bergerak. Skala di  monitor alat pengukur detak jantung membentuk garis semakin lurus. Hanya sedikit saja gelombang yang sekali-kali terlihat.Arya dan Jery serta Dika nampak termenung. Jelas hati mereka sedang dilanda kerisauan. Tiba-tiba..“Arya...!”Ibu Aisyah datang dengan tergopoh-gopoh. Kakinya yang pincang membuat bahunya naik turun.Arya yang tadi sedang duduk segera berdiri dan bergegas mendekati ibu Aisyah dan menyalaminya.“Ada apa Nek..??” Tanya Arya yang juga risau melihat raut wajah ibu Aisyah yang sangat kacau.“Desma menghilang Arya... Nenek sudah mencarinya kemana-mana..!” Ujar ibu Aisyah dengan suara sedikit terbata-bata.“Apa Nek..? Ibu menghilang...?” Arya dan Dika berujar bersamaan.Mereka berdua sudah berdiri didepan ibu Aisyah. Sementara Jery ikut bergabung kemudian.“Nenek takut... Ada orang yang mencelakainya.” Sahut ibu Aisyah lirih.“Siapa Nek..? Siapa yang
Read more
Part 55. Aksi Arya Dan Dania.
“Aryaaa....??” Mata Desma melotot melihat kehadiran Arya yang tiba-tiba. Arya ternyata telah berhasil mengalahkan empat orang anak buah Tuan Satya yang bertugas diluar untuk berjaga-jaga.Arya segera mendekati Desma dan melindunginya dengan menggeser tubuh Desma kebelakang tubuhnya.“Ahhahahahahaaa....”“Tanpa diundang kamu datang anak muda...!! Bukannya kamu yang telah membawa Ramona pergi..?? Hahahhaa... Nyalimu boleh juga..! Tuan Satya memandang sinis kepada Arya.“Baguuus...! Kamu datang kesini dengan suka rela menjemput takdirmu. Hahahaa...!”Tuan Satya terus tertawa senang. Arya memandangnya dengan emosi yang meluap.“Bukan kami yang akan mati Tuan sombong..! Tapi Kauuu...!!” Arya langsung melompat dan menerjang Tuan Satya setelah sebelumnya mendorong tubuh Desma kepinggir.Tendangan keras Arya tepat mengenai dada Tuan Satya. Ia terjengkang ke belakang sampai 3 meter. 4 orang an
Read more
Part 56. Penyesalan yang terlambat.
Naira dan Alpan nampak mengendap-endap memasuki kamar Tuan Besar Sudarta. Naira menarik tangan Alpan agar lebih cepat lagi.Laki-laki tua itu nampak tertidur pulas. Sejenak mereka memperhatikan Tuan Besar Sudarta, lalu Naira memberi kode kepada Alpan untuk memulai aksi mereka.“Kek... Bangun Keek..!!” Alpan membangunkan Tuan Besar Sudarta.Alangkah kagetnya lelaki itu melihat Alpan dan Naira begitu lancang memasuki kamarnya.“Mau apa kalian masuk kesini..?!” Agak tergagap Tuan Besar Sudarta tersentak bangun.Ia berdiri dan memandang marah kepada Alpan yang berdiri dengan sikap tidak sopan.“Mau apa kamu Alpan..?!” Tuan Besar Sudarta membentak cucunya itu.“Mau tanda tangan Kek..!” Seru Alpan tidak kalah keras lalu menghempaskan satu bendel dokumen di meja yang terletak disudut kamar itu.Naira hanya memandangi dengan wajah sinis. Ia memang tidak menyukai ayah mertuanya itu.“Apa ini..?
Read more
Part 57. Kedatangan Ramona ke Jakarta.
Pesawat Singapore Airlines baru saja mendarat di bandara Soekarno Hatta.Dari sekian banyak penumpang yang menuruni tangga pesawat itu diantaranya adalah Ramona dan Santi.Mereka memutuskan untuk menjenguk Mohzan walau apapun resiko yang akan mereka hadapi. Dengan memakai celana jeans berwarna gelap dipadu dengan atasan berwarna putih bersih serta sebuah syal berwarna jingga dan sedikit dihiasi manik-manik melilit dileher jenjangnya.Kaca mata hitam yang bertengger dihidung mancungnya membuat penampilan Ramona semakin mempesona.  Rambutnya yang panjang pirang digulung keatas dengan sebuah jepitan berwarna emas.Santi mengenakan gaun berwarna kuning gading. Ia menenteng tas besar dengan merek terkenal. Matanya yang indah juga ditutupi kaca mata hitam mewah. Mereka berharap tidak ada yang mengenali mereka di bandara itu. Kalau sampai kehadiran mereka diketahui wartawan, tentu urusan jadi akan sulit dan nyawa mereka terancam.&l
Read more
Part 58. Keajaiban.
“Mengapa kita harus terbang ke Batam Mona..?” Santi tidak mengerti begitu Ramona mengambil tindakan cepat membeli tiket ke Batam.“Pesawat ke Singapura masih 3 jam lagi Ma, kita sudah terciduk wartawan.  Jika mereka mengetahui bahwa kita di bandara, Mereka pasti akan mengejar kita.” Ramona menerangkan setelah mereka duduk diatas pesawat.“Tapi Tuan Satya bukankah sudah ditangkap polisi Mon..?” “Alpan dan Nyonya Naira tidak kalah berbahaya Ma. Mereka kejam dan jahat.”Santi mengangguk mengerti. Tak lama kemudian pesawat yang mereka tumpangi sudah tinggal landas.Sementara itu jalan yang sangat macet siang itu menghalangi mobil Alpan untuk sampai secepat mungkin dibandara. Alpan mengomel dan berteriak karena kesal.Tiba notifikasi ponselnya berbunyi.“Ada apa..??” Alpan menjawab panggilan teleponnya.“Mereka sudah terbang ke Batam Tuan Muda.” Jawab seseorang dari
Read more
Part 59. Mohzan sudah bangun.
Seorang perawat berlari menerobos kerumunan orang yang berada di depan kamar perawatan Mohzan. Dalam ruangan yang penuh sesak itu hanya tercium satu aroma saja yaitu aroma kesedihan. Para petugas keamanan bahkan polisi tidak sanggup menahan massa yang datang bagaikan air bah yang membanjiri sebuah jurang. Ruangan bahkan halaman dan sampai ke jalan raya, orang datang berbondong-bondong dengan wajah penuh duka. Macet yang cukup panjang terjadi diruas jalan didepan rumah sakit itu.Tiada senda gurau, yang terdengar hanyalah isak dan tangis. Yang terlihat hanyalah air mata yang berderai bercucuran.Para bapak dan ibu merasa kehilangan anaknya. Kakak kehilangan adiknya dan adik kehilangan kakaknya. Itulah yang tengah dirasakan sebagian besar penghuni bumi.“Tolong beri saya jalan...! Tolong beri saya jalan...!” Suster itu terus menerobos pekatnya kerumunan.Dengan susah payah perawat itu sampai diruang dokter. “Dokt
Read more
Bab 60. Dunia kembali terpana.
“Mona... Monaaa...!!”“Coba lihat ini Mooon...!” Santi menggedor pintu kamar Ramona.Semenjak meninggalkan Jakarta kemarin, Ramona terlihat murung dan memilih mengurung diri di kamarnya.Santi dapat merasakan apa yang tengah dirasakan putrinya itu. Kenyataan yang ia lihat di rumah sakit dua hari yang lalu telah memukul semangatnya.Dengan mata kepala sendiri mereka berdua menyaksikan Khalista begitu akrab dengan keluarga Mohzan. Gadis itu juga memperlakukan Mohzan bagaikan kekasihnya.Selain itu, Danar juga nampak bersama mereka disana. Sepertinya hubungan baik sudah terjalin diantara dua keluarga itu. Tentu saja Ramona dan Santi mengira dua keluarga itu sudah terikat dan merestui hubungan Mohzan dengan Khalista.Ramona dengan lapang dada telah mengikhlaskan impiannya berpaling kepada Khalista. Namun disaat ia mulai bisa menerima kenyataan itu, beberapa jam yang lalu justru ia melihat kenyataan yang lebih membuat hatinya semakin
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status