All Chapters of Lelaki Tanpa Kasta Mengguncang Dunia: Chapter 71 - Chapter 80
116 Chapters
Part 71. Tentang Ramona.
"Alpan itu adalah saudara sepupumu Mohzan, hanya dialah satu-satunya saudara sedarah denganmu. Usahakan perkecil masalah dengan dia.” Desma memberi nasehat kepada putranya sambil menghidangkan makanan dimeja makan.Akhir-akhir ini, permasalahan dengan Alpan terus saja meruncing. Alpan dengan berbagai cara terus menyerang Mohzan. Mulai dengan fitnah-fitnah dan cacian yang sengaja ia sebarkan lewat media masa sampai dengan tindakan nyata yang ia lakukan bersama anak buahnya.“Iya Ma, Mohzan akan berusaha mengendalikan situasi ini agar tidak berkembang menjadi lebih buruk lagi. Bagaimanapun Mohzan harus menghargai Mas Alpan. Dia adalah satu-satunya saudara Mohzan. Tapi sayang, Mas Alpan selalu berprasangka buruk kalau kita akan menuntut hak atas semua kekayaan Kakek yang telah ia kuasai.” Sahut Mohzan menarik nafas prihatin.“Hmmm...” Ibu Aisyah yang sedari tadi hanya mendengar, kini ikut mendesah. Ia kemudian menyendokkan nasi ke piring Moh
Read more
Part 72. Mohzan menjenguk Tuan Satya.
"Ada tamu untukmu...!” Seorang petugas polisi memanggil Tuan Satya lalu mengantarkannya ke ruang khusus untuk menerima tamu.“Tunggu disini, saya akan menjemputnya..!” Perintah polisi itu lalu keluar ruangan meninggal Tuan Satya yang dijaga oleh dua orang polisi lainnya.Tuan Satya sudah bisa memastikan tamu yang akan menemuinya pasti Bapak Hendarto pengacaranya.Lapat-lapat terdengar detak sepatu memasuki ruangan itu. Tuan Satya malas untuk mengangkat wajahnya. Ia memilih menunduk menatap papan meja dihadapannya.“Silahkan..!!” Terdengar suara petugas polisi mempersilahkan tamu itu masuk.Mereka kemudian keluar dan mengawasi dari ruang sebelah yang dibatasi oleh kaca rahasia yang tembus pandang.“Paman..!!”Bagai disengat kala jengking Tuan Satya mendengar panggilan itu. Ia mendongakkan kepalanya untuk mengetahui siapa yang telah memanggilnya.“Moo... Mohzaaan..!!” Tuan Satya terpekik dan
Read more
Part 73. Ketika Mohzan merasa lelah.
Mohzan melangkah gontai memasuki salah satu ruangan didalam komplek asrama. Ruangan itu khusus diperuntukkan untuk membuat bermacam-macam pekerjaan tangan bagi anak-anak yang tinggal disana.Hasil kerajinan tangan itu sudah tersebar dan terjual kemana-mana. Penghasilan itu juga banyak membantu untuk pembiayaan hidup mereka sehari-hari.“Abang terlihat lesu..?? Abang sakit..??” Jery yang sedang menata hasil pekerjaan tangan yang sudah jadi disebuah rak, bertanya sambil menatap heran kepada Mohzan yang kurang semangat pagi itu.“Jery..!! Tolong ambilkan Abang tikar dan bantal..!!” Perintah Mohzan kepada Jery.“Abang ngantuk...?? Istirahat ditempat tidur Jery saja Bang.” Ujar Jery mendekati Mohzan dan memegang pergelangan tangannya.Mata anak itu nanar memandang Mohzan yang terlihat kurang sehat.“Tidak Jery.. Abang mau disini saja..!” Mohzan menolak tawaran Jery.Jery tidak mau membantah lagi. Ia segera
Read more
Part 74. Astuti bertemu Mohzan.
“Dika dan Jery sudah pergi Bang..!!”Arya tidak bisa berbohong ketika Mohzan bertanya padanya.Arya segera menceritakan hal ihwal kepergian dua orang anak laki-laki itu dari asrama.Mohzan menghela nafas berat. Ia merasa berdosa telah membagi beban kepada adik-adiknya.“Abang tidak perlu bersedih. Dika dan Jery bukanlah anak kecil lagi. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan.” Arya menghibur Mohzan yang terlihat risau.“Berikan mereka kesempatan untuk berbakti Bang.” Sambung Arya menambahkan.Mohzan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia yakin Dika sudah cukup besar untuk mempertimbangkan setiap keputusan dan tindakan.Namun dalam hati ia sangat terharu melihat perhatian adik-adiknya kepadanya. Rasanya tidak sia-sia ia berkorban selama ini. Bukannya Mohzan berharap imbalan, tapi budi pekerti yang diperlihatkan adik-adiknya itu membuat ia sangat bahagia.“Makan dulu sarapannya Bang..!!” Khalista mempersi
Read more
Part 75. Kenyataan Pahit Alpan.
Bekas kediaman keluarga Sudarta yang kini telah berpindah tangan kepada Alpan dan Naira terlihat sunyi. Alpan dan Naira lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah untuk bersenang-senang dan bermaksiat ria.Aura rumah itu kini telah jauh berbeda dari biasanya. Dua orang satpam yang menjaga pintu gerbang nampak terkantuk-kantuk dibelai udara siang yang tengah berhembus angin semilir.Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh suara klakson mobil yang telah berdiri diluar pagar. Kedua satpam itu terlonjak kaget lalu spontan meloncat dari tempat duduknya dan memencet tombol untuk membuka pintu pagar.Mobil mewah berwarna merah segera melesat masuk dan kemudian terparkir ditempatnya.Tak lama berselang Naira turun diikuti seorang pemuda tampan. Mereka nampak saling bermesraan.Kedua satpam itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.Bik Ratmi yang bertugas membersihkan rumah itu hanya bisa mengurut dada. Dalam hatinya ia mengumpat kelakuan Naira yang te
Read more
Part 76. Tawuran.
“Malam ini kita harus tidur disini Jer. Besok kita lanjutkan mencari Bapak Junara.” Ujar Dika kepada Jery yang sedang membentangkan kardus di emperan toko yang sudah tutup.Mereka berdua sudah kembali ke alam kehidupan gelandangan yang sudah lama mereka tinggalkan semenjak dipungut oleh Mohzan.“Siap Bang...! Kita balik ke dunia kita kembali..!” Sahut Jery dengan nada tetap riang.Hahhahaha...Mereka berdua tertawa lepas.Beberapa saat kemudian kedua remaja tanggung itu sibuk manata tempat tidur mereka agar sedikit nyaman. Dinginnya angin malam yang berhembus kencang membuat tubuh mereka sedikit bergetar.Tiba-tiba....“Plaak... Plaaak.. plaaak..!!! Suara derap kaki terdengar begitu riuh seperti orang ramai berkejaran.“Woooiii... Keparaaaat..!!! Sini kalian..!”Suara makian bersahutan.Para tuna wisma yang berada didekat Dika dan Jery segera bergegas meninggalkan tempat itu.“Tawu
Read more
Part 77. Sebuah filfafat berharga.
“Wah... Pagi-pagi begini kamu sudah siap Juna..!!” Tuan Besar Sudarta menyapa Tuan Junara yang meletakkan secangkir teh dan sepiring nasi goreng dihadapannya.Mereka baru saja melakukan sholat subuh bersama. Tuan Junara sudah mengenakan baju seragam sekuriti. Mereka bersiap untuk sarapan bersama.“Iya Pa, hari ini Juna masuk pagi. Nanti sore sudah pulang.” Jawab Tuan Junara memulai sarapannya.Nasi goreng dengan telor dadar sebagai lauknya sering kali menjadi menu sarapan mereka. Yaaah... Hanya itu menu yang bisa dikuasai Tuan Junara yang bertindak sebagai koki bagi mereka berdua.Sambil mengobrol Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara menonton televisi yang sedang menayangkan berita pagi.“Pemirsa..!! Ternyata masih banyak anak muda yang dapat kita jadikan harapan bangsa kita untuk masa yang akan datang. Tadi malam satuan kepolisian metro jaya telah menemukan dua sosok pemuda yang gagah berani dengan kemampuan bela diri yang mumpun
Read more
Part 78. Dunia pendidikan tertampar.
Kejadian tawuran pelajar semalam menampar dunia pendidikan. Kepala sekolah tempat kedua kelompok pelajar yang tawuran semalam bersekolah, tidak bisa menahan rasa geram begitu mengetahui kelakuan siswanya.Pagi itu ia langsung memanggil anak-anak yang terlibat tawuran itu. Bukan hanya siswanya saja yang dipanggil, tapi orang tua atau wali murid juga diwajibkannya untuk hadir. Jika tidak, ia mengatakan akan memberi sanksi tegas yaitu mengeluarkan mereka dari sekolah itu.Dalam sebuah ruangan telah berkumpul delapan orang anak yang sudah didampingi orang tua atau wali murid. Anak-anak itu nampak menundukkan wajah terlihat ketakutan. Sementara kepala sekolah dan beberapa orang guru sudah duduk didepan tak ubahnya seperti para hakim dan jaksa yang siap untuk mengadili.“Siapa yang menjadi ketua kelompok dalam aksi kalian semalam..??” Dengan suara berat kepala sekolah itu bertanya.Delapan orang anak itu semakin menunduk dan tidak ada yang berani menjawab.
Read more
Part 79. Talk show.
“Suara-suara di medsos kini ramai menyudutkan anda Bang Mohzan. Mereka meragukan keajaiban yang telah anda alami. Banyak netizen yang menyangka bahwa itu hanya rekayasa yang sudah terkoordinir dengan baik dan rapi.” Seorang pembawa acara nampak sedang mewawancarai Mohzan dalam sebuah acara talk show ditelevisi.“Ya..! Saya tahu..!!” Jawab Mohzan ringkas.Naira yang sedang menonton berita itu tersenyum puas. Sambil mengunyah sebutir anggur ia duduk santai menikmati berita itu. Ia merasa puas dengan hasil kerja para buzzer yang sengaja ia bayar untuk menyerang Mohzan di medsos.“Tentu anda juga tahu bahwa kecaman terhadap anda kini juga melebar sampai keluar negeri. Mereka menuntut anda untuk membuktikan keajaiban itu. Bahkan Mr. Vincen seorang warga negara Amerika yang berprofesi sebagai pelatih bela diri ternama disana, telah menyuarakan keinginannya untuk berduel persahabatan dengan anda.” Pembawa acara itu terus mengorek keteranga
Read more
Part 80. Dokumen yang tercecer.
Naira sangat kesal karena ia gagal bertemu dengan Alpan tadi malam.Ia berjalan mondar mandir dikamarnya dan terus memaki-maki.Vion yang masih tertidur lelap merasa terganggu dengan makian Naira. Ia bangkit dengan wajah kesal.“Ada apa sih kamu bising aja dari tadi...?? “ Vion bertanya setengah menghardik kepada Naira.“Aku semalam gagal menemui Alpan sayang... Aku kesal.. aku sudah tidak sabar ingin menjual aset-aset ini biar kita secepatnya tinggal di luar negeri.” Jawab Naira sedikit merajuk.“Ya sudah.. kalau semalam gagal kamu lakukan sekarang...! Awas kalau kamu gagal lagi. Aku akan pergi meninggalkanmu..!!” Vion mengancam lalu berdiri dan memakai kemejanya yang tadi tergantung di dinding. Dan ia bersiap untuk pergi.“Mau kemana sayaaang...!! Jangan pergi... Aku tidak bisa hidup tanpa kamu..!” Naira memeluk tubuh Vion untuk menahan lelaki muda itu pergi.“Sana...!!! Jangan halangi aku...!
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status