Semua Bab Kampung Lamuna: Bab 51 - Bab 60
104 Bab
Mencari Air Minum
"Maafkan aku, aku tidak dapat melihat kamu marah kepada aku. Apalagi kalau kamu marah dengan sangat lama. Aku menjadi sedih." Kata Rafael. "Baik." Kataku.  Ilham terbangun dari tidurnya. "Rafael! Ayuna!" Kata Ilham. "Ilham sudah bangun, ayo kita melihat dia!" Kataku. "Baik, Ilham ini mengganggu saja. Kenapa tidak bangunnya nanti saja?" tanya Rafael sambil terlihat kesal. "Kenapa kamu ini? Apa kamu kesal karena Ilham bangun dan kita tidak dapat berbicara berdua?" tanyaku. "Itu kamu tahu."Jawab Rafael.  "Dasar Rafael, selalu bersikap seperti anak kecil saja." Kataku.  "Memangnya kenapa? Kamu tidak suka?" tanya Rafael.  "Tidak, kamu itu seperti anak kecil saat cemburu." Kataku.  "Aku memang seperti anak kecil, kamu tidak menyukai itu. Maafkan aku kalau begitu." Kata Rafael.  Aku menghampiri Ilham.  "Ada apa, Ilham?" tanyaku.  "Maafkan a
Baca selengkapnya
Mereka datang
Aku merasa sangat takut sampai aku ingin pergi dari tempat ini. Meski aku mencoba untuk tetap menahan rasa takut aku tapi tetap saja aku selalu takut mendengar suara yang tidak dapat aku lihat sosoknya. Aku belum terbiasa dengan suara yang sangat misterius. Itu membuat aku membuat kaki dan tangan aku semakin bergetar. Jeritan seorang wanita seperti sedang disakiti oleh seseorang dan tangisan anak kecil seperti kehilangan ibunya semakin keras terdengar oleh aku. Aku tidak dapat menghilangkan suara aneh dan menakutkan itu. Aku hanya ingin mencoba tenang dan tidak mendengar suara seperti itu. Tapi disaat sendiri aku selalu mendengar suara yang sangat aneh dan menakutkan padahal aku merasa tidak melakukan apapun. Suara itu perlahan mengecil dan menghilang dari telinga aku. Aku mulai bisa merasa lega dan tenang. Disaat itu mereka berdua akhirnya datang kepada aku. Aku langsung memeluk Rafael dan tidak sadar bahwa Ilham berada di tempat ini juga."Ada apa
Baca selengkapnya
Melanjutkan Perjalanan
Saat kami melanjutkan perjalanan, kami tidak juga menemukan Nyai Ani. Tidak da ananda keberadaan Nyai Ani. Kami terus mencari keberadaan Nyai Ani. Sampai melihat ke arah lain tapi tetap tidak ada tanda keberadaan Nyai Ani. Aku merasa mungkin saja mimpi aku itu salah. Tidak semua mimpi bisa menjadi petunjuk untuk mencari Nyai Ani. Aku merasa bersalah sudah memberi harapan untuk mereka berdua. Aku pikir kita akan menemukan Nyai Ani dan segera membawa dia ke hadapan Nyai Sri.Tapi aku salah, aku tidak seharusnya membuat mereka percaya dengan mimpi aku ini. Ternyata itu hanya mimpi biasa yang bukan sudah firasat. Aku sudah berharap banyak dengan mimpi itu. Seharusnya aku sadar jika mimpi tidak selalu benar. "Kenapa kamu diam saja?" tanya Rafael. "Kita memang belum menemukan Nyai Ani. Tapi kita tidak boleh menyerah. Mungkin saja mimpi kamu itu benar." Kata Ilham. "Tidak, jangan berharap dengan mimpi aku. Seharusnya dari awal aku
Baca selengkapnya
Aku Hampir Jatuh Ke Jurang
Saat aku baterai berlari, aku malah terjatuh ke bawah jurang. Aku hanya bisa berteriak meminta tolong dan menangis sebab aku takut sekali. Saat itu, Ilham mengulurkan tangan dia untuk menolong aku. Aku berhasil naik ke atas karena dibantu oleh Ilham.Aku sangat bersyukur karena aku masih selamat. Aku senang dan merasa sangat lega sekali. Rafael datang sedikit terlambat dan merasa bersalah karena dia tidak dapat lebih dulu menyelamatkan aku. Ilham langsung membawa aku menuju tempat kita beristirahat.Dia menggendong aku dan Rafael melihat itu dari jauh. Aku yakin Rafael tidak menghampiri aku karena merasa bersalah dia hanya melihat aku dari kejauhan. Aku harus berbicara dengan Rafael nanti. Ilham menurunkan aku di dekat tempat kita istirahat."Terima kasih, Ilham. Tapi kamj tidak perlu menggendong aku. Aku bisa jalan sendiri." Kataku. "Aku harus menggendong kamu sebab kaki kamu pasti sangat sakit. Kaki kamu pasti sulit untuk berjalan saat ini. Jadi,
Baca selengkapnya
Rafael Kembali
"Maafkan aku, Rafael. Aku tidak tahu jika kita itu sama. Kita merasa kesepian dan mencintai wanita yang sama. Tapi kamu jangan khawatir atau cemburu terhadap aku. Ayuna masih sangat mencintai kamu. Meski aku menyelamatkan dia tapi dia tetap memikirkan keadaan kamu. Apa kamu tahu hak yang ingin dia lakukan pertama kali disaat kaki dia sakit?" tanya Ilham."Apa itu?" tanya Rafael. "Dia ingin mencari kamu dengan keadaan kaki dia yang seperti itu. Tapi aku melarang dia bukan karena kau tidak ingin kalian berdua bertemu tapi aku masih khawatir terhadap kaki dia. Tapi dia hanya mengkhawatirkan kamu. Jadi, saat kamu mengusir aku pergi, aku menjadi sangat marah dan kesal. Sebab Ayuna sudah menunggu kamu, Rafael." Kata Ilham. "Begitu, kau harus pergi sekarang juga." Kata Rafael. "Benar, sekarang kita harus pergi." Kata Ilham. Rafael terus berlari menuju tempat aku. Ilham juga mengejar Rafael untuk menemui aku. Rafael dan Ilham berlar
Baca selengkapnya
Belum Menemukan Nyai Ani
"Kamu ini bisa saja, aku tidak boleh senyum. Padahal aku sedang ingin tersenyum." Kataku. "Kenapa kamu ingin tersenyum?" tanya Rafael. "Sebab aku melihat kamu jadi aku ingin tersenyum. Memangnya tidak boleh?" tanyaku. "Boleh tapi aku tidak kuat melihat senyuman kamu." Jawab Rafael. "Kenapa tidak kuat? Memangnya senyum aku itu racun apa?" tanyaku. "Benar, senyum kamu itu seperti racun yang perlahan membuat aku tidak berdaya." Jawab Rafael. "Aku tidak menyukai perkataan kamu itu. Terdengar sangat berlebihan dan membuat aku ingin muntah." Kataku. "Bagaimana kamu ini? Wanita lain menyukai itu." Kata Rafael. "Benarkah?" tanyaku. "Benar, semua pria akan merayu wanita yang dia cintai. Kamu malah tidak menyukai itu." Jawab Rafael. "Ini sudah sangat malam lebih baik kita pergi tidur saja." Kataku. "Benar, kasihan kamu sudah mengantuk. Selamat malam, s
Baca selengkapnya
Kami Sudah Mulai Terbiasa
Pagi hari datang, Rafael dan Ilham bangun dari tidurnya. Lalu, aku bangun dari tidur aku.  "Selamat pagi, sayang." Kata Rafael.  "Selamat pagi." Kataku.  "Apa kamu bermimpi lagi?" tanya Ilham.  "Benar, aku bermimpi tentang Nyai Ani lagi." Jawabku.  "Bagaimana dengan mimpi kamu?" tanya Rafael.  "Jadi, Nyai Ani sedang terluka tapi tidak tahu berada di mana. Dia sedang berbicara dengan seseorang yang tidak diketahui. Sepertinya dia adalah sahabat Nyai Sri." Jawabku.  "Sahabat Nyai Sri? Kenapa bisa berbicara dengan Nyai Ani?" tanya Ilham.  "Sepertinya hubungan Nyai Sri dan sahabat tidak baik. Dia berbicara dengan Nyai Ani tentang Nyai Sri. Dan Nyai Ani menanyakan tentang kelemahan Nyai Sri kepada dia." Jawabku.  "Lalu, apa kelemahan Nyai Sri?" tanya Ilham.  "Dia juga tidak tahu dengan kelemahan Nyai Sri. Nyai Ani juga sedang mencari Yudi" Jawabku. 
Baca selengkapnya
Mencari Tempat Yang Tersembunyi
"Sudah hentikan! Kita banyak berbicara dan berhenti mencari Nyai Ani. Padahal kita sedang berjalan menelusuri hutan ini." Kataku. "Benar juga, aku melupakan hal itu." Kata Rafael. "Baik, ayo kita pergi sekarang juga!" kata Ilham. "Ayo!" kataku."Ayo pergi!" kata Rafael. Kami melanjutkan pencarian kami. Tapi tetap saja belum menemukan Nyai Ani. Padahal semua tempat di hutan ini sudah kami telusuri. "Kenapa kita masih belum juga menemukan Nyai Ani?" tanya Ilham."Benar juga, ini sangat aneh sekali semua tempat sudah kita telusuri dan tetap saja belum ada tanda keberadaan Nyai Ani." Jawab Rafael."Ini adalah tempat aneh dan menakutkan, bisa saja ada tempat yang tidak dapat kita datangi." Kataku. "Mungkin saja yang kamu katakan itu benar, Ayuna." Kata Rafael. "Apa mungkin di tempat ini ada sebuah tempat yang dilindungi oleh kekuatan gaib?" tanya Ilham."Apa benar? Apa a
Baca selengkapnya
Bertanya Tentang Wajah Rafael
"Tentu saja tidak, untuk apa aku berbohong tentang itu?"  tanya Ilham.  "Terima kasih, Ilham!" kata Rafael sambil tersenyum.   "Tidak masalah." Kata Ilham.  "Begitu baru Rafael, kamu juga jelek kalau cemburu." Kataku.  "Kamu mengikuti aku saja. Jika masalah ini berbeda dengan kamu tadi. Wajar jika aku cemburu sebab aku tidak dapat memijat kaki kamu, Ayuna." Kata Rafael.  "Tidak perlu cemburu, Rafael." Kata Ilham.  "Dia itu menang mudah cemburu. Aku juga tidak tahu alasan dia cemburu." Kataku.  "Kamu tidak tahu? Benarkah? Tidak mungkin kamu tidak tahu." Kata Rafael.  "Kasihan dia. Rafael berharap kamu mengetahui alasan dia cemburu, Ayuna." Kata Ilham.  "Memangnya kenapa? Apa alasannya?" tanyaku.  "Alasan aku cemburu itu sebab aku mencintai kamu." Jawab Rafael.  "Begitu, jadi itu alasannya." Kataku "Tentu saja, kamu pikir apa
Baca selengkapnya
Melihat Red Moon
Ilham datang dan telah menyiapkan tempat untuk kami tidur. "Sudah siap, tempat tidur kita di sebelah sana." Kata Ilham. "Ayo kita pergi!" Kata Rafael. Langit malam yang biasanya menakutkan terasa lebih bercahaya dengan banyak bintang dan juga bulan. Rafael mengajak aku melihat bintang di langit. "Ini sedikit bercahaya, ayo kita melihat bintang di langit!" Kata Rafael. "Benar, aku juga ingin melihat bintang itu." Kataku. Saat kami melihat langit, ada bulan berwarna merah."Itu dia! Kenapa bulan itu berwarna merah?" tanyaku. "Itu disebut Red Moon." Jawab Rafael. "Tapi banyak bintanh juga di langit." Kataku. "Tentu saja, ini malam hari pasti banyak bintang di atas langit." Kata Rafael. "Tidak jika ada bulan di atas langit, bintang tidak akan muncul sebanyak itu." Kataku. "Mungkin mereka ingin bersatu seperti.." kata Rafael sambil terhenti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status