Jd gimana nih? Kenapa Rinji dipanggil Jia? Hayoooo tebakkk. Tungguin terus yaaa😍
Berkali-kali Rinji meyakin kan dirinya sendiri, kalau semuanya akan baik-baik saja, dan dia pasti bisa. Tapi tetap saja, ketika rasa gugup menyerang nya, dia panik. Bahkan sekarang dia berjalan kesana-kemari tidak karuan, untuk meringkan kegugupan nya. "Nona Jia?" Panggilan itu membuat Rinji menoleh dan mendapati tiga orang wanita dengan baju dan sepatu yang sama, yang mana mereka adalah asisten rumah tangga di rumah keluarga Alatas. Well, di tangan masing-masing dari tiga orang itu tidak kosong, mereka membawa bingkisan yang tidak Rinji ketahui isinya apa."Ya?" "Mari berganti pakaian." Kata salah satu dari mereka.Rinji kontan menganga. Pasal nya, dia baru saja mengenakan pakaian yang menurut nya sudah paling cocok. "Nggak usah. Saya suka pakai ini.""Ini perintah dari Nyonya Mauryn." Baiklah, Rinji hanya hisa pasrah. Lantas dia pun mengangguk. "Mari ikuti saya.""Hm." Sampai kemudian Rinji masuk ke dalam ruangan besar, yang sebenarnya
Dunia yang mewah adalah milik Jianna, sedangkan Rinji kebalikan nya. Dunia Rinji sangat sederhana namun dia berhasil menemukan banyak kehangatan, terlebih di Panti Asuhan. Namun sayang nya, dunia Rinji yang sederhana hanya sebentar, karena ketika dia bertemu dengan Abraham dan Mauryn di sana, dunia nya berubah jadi kemewahan. Dan Rinji bukan lagi namanya, karena ketika orang tua angkat nya membawa dia ke dalam rumah megah bak istana, mereka memanggil Rinji menjadi Jia. "Jia. Mulai sekarang, nama kamu kami ganti dengan Jia. Jianna Cleory Alatas." Iya, Rinji bahkan tidak akan melupakan nya saat Mauryn mengatakan itu. Padahal, saat itu Rinji masih berusia enam tahun."Dan kami adalah orang tua kamu. Panggil saya Papi, dan ini Mami." Sambung Abraham seraya menunjuk dirinya sendiri, lalu sang istri.Saat itu memang tidak ada penolakan, karena Rinji belum mengerti banyak hal. Rinji masih terlalu kecil untuk membantah, hingga suatu hari... Ada satu hal yang membuat Ri
Begitu selesai menyapa David dan Megan sang pemilik acara, Rinji langsung hengkang, untuk memilih tempat yang sedikit sepi. Kepala nya cukup pusing karena anggur merah yang dia tenggak tadi, tapi hal itu tidak membuatnya melepaskan gelas berisikan minuman beralkohol tersebut. Malahan, dia mengambil satu gelas lagi untuk kemudian dia nikmati sendirian, tepat di bawah pohon besar yang di kelilingi lampu tumblr di setiap ranting besar nya.Pikir Rinji, setidaknya dengan meminum itu segala hal semrawut yang ada di kepala nya jadi sedikit membaik. Dia jadi lupa perihal masalah-masalah yang datang pada nya. Sampai kemudian, ketika pandangan nya sudah mulai memburam, Rinji memilih untuk mengedarkan pandangan nya, berniat untuk mencari keberadaan Mona yang entah ada dimana. Hingga tanpa dia duga, bola mata nya berhenti pada sosok pria jangkung yang berdiri beberapa meter dari nya, yang ternyata juga sedang menatap nya."Jeffrey Karenzio?" Gumam Rinji pelan, seraya mengerjapkan
Jianna Alatas.Sejak semalam, nama itu terngiang-ngiang di kepala Jeff. Iya, itu adalah nama yang tertera di kartu nama yang semalam Jeff terima. Pemilik nama yang berwajah mirip dengan Rinji, seseorang yang beberapa hari terakhir sering dia temui karena kebetulan. Sayang sekali, mereka beda orang, pikir Jeff---begitu tahu identitas wanita yang semalam ambruk dalam dekapan nya.Tapi tunggu. Bukan kah wanita itu menyebutkan nama lengkap Jeff? Lalu, bagaimana bisa dia tahu nama itu, sedangkan diri nya pun bukan putra konglomerat yang nama nya ada dimana-mana. Sungguh, memikirkan hal itu membuat Jeff sampai harus berhenti sebentar dari pekerjaan nya yang sedang membuat laporan. Jeff menengadah seraya mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan kasar. "Jianna Alatas, Rinji Kamila Averaya. Kenapa mereka sangat mirip?" Gumam Jeff pelan. "Bukan hanya wajah, tapi dari rambut nya, tinggi nya, tatapan mata kosong nya. Semua nya sama." Benar. Diin
Avocado Caffe adalah tempat yang Rinji putus kan untuk bertemu dengan seseorang yang tadi menghubungi nya. Dia lantas turun dari mobil yang di kendarai nya, untuk kemudian masuk ke dalam kafe tersebut. Avocado Caffe sangat luas, ada indoor dan outdoor. Di area indoor, suasana nya nampak begitu asrih dengan tembok putih dan tanaman kecil yang di gantung pada dinding, beriringan dengan gambar quotes-quotes estetik yang senada. Di tengah-tengah kafe, ada kolam ikan yang cukup besar dengan di hiasi air mancur di bagian tengah nya. Tempat yang cukup nyaman. Tapi sayang nya, Rinji harus bertemu dengan orang yang menelepon nya di area outdoor. Di area outdoor sendiri, di bagi menjadi dua. Ada yang di bawah, bersebelahan dengan area indoor, yang mana hanya di batasi oleh dinding kaca transparan. Lalu satu lagi nya di atas, atau biasa di kenal dengan area rooftop. Ya, dan di area itulah Rinji harus bertemu dengan pria yang menelepon nya. Di rooftop suasana nya s
Malam yang dingin berubah menjadi panas seketika, saat sepasang manusia beradu dalam satu ranjang. Gairah yang membuncah, diiringi gerakan erotik dari keduanya, sambil mengutarakan kenikmatan melalui desahan yang keluar tanpa permisi, ketika tautan bibir terlepas dari bibir lain nya. "I like your lips." Bisik sang laki-laki tepat di telinga wanita yang ada di pangkuan nya. "Mmhh... Faster." Laki-laki itu hanya mengulas senyum evil nya, sebelum kemudian membalik posisi menjadi dia yang di atas. Dan bertepatan dengan itu, terdengar bunyi sesuatu yang menggelinding jatuh ke lantai, hingga fokus mereka sempat terhenti. "Bunyi apa itu?" Tanya sang wanita. "Itu hanya angting kamu yang terjatuh. Sudahlah, ayo kita lanjut kan lagi---" "Wait! Itu anting aku yang berharga!" "Aku akan menemukan nya setelah itu." Pangkas sang laki-laki lantas melahap kembali bibir wanita yang ada di bawahnya dengan lihai. "Oh shit ini nikmat sekali." "Yeah... Fasterh
Hari-hari berlalu begitu cepat tanpa Rinji sadari. Ternyata, sudah genap satu bulan kehidupan nya berubah total. Dari yang Rinji si wanita kuda, kini menjadi Jianna Alatas sang direktur utama Alatas Group. Kehidupan nya berjalan mulus jika dilihat dari sudut pandang orang-orang. Masih muda, cantik, pewaris utama. Begitu Jianna Alatas di pandangan khalayak umum. Namun, mereka semua tidak pernah tahu apa yang harus Rinji korban kan untuk menghidupkan nama itu. "Nona Jia?" Lamunan Rinji buyar seketika. Lalu dia pun menoleh ke belakang dan mendapati salah satu pelayan rumah berjalan menghampiri nya, kemudian memakaikan selimut di pundak nya. "Udara malam tidak baik untuk kesehatan." Ucap pelayan tersebut. Rinji tersenyum, seraya membetulkan posisi selimut hingga membuat nya nyaman. "Terima kasih." "Sama-sama. Kalau begitu saya pamit, Nona." Rinji hanya mengangguk sebagai jawaban nya. Kepergian pelayan itu membuat sepi kembali hadir di sekitar Rinji, yang ki
Setelah satu bulan lebih jadwal nya begitu padat, akhirnya hari ini Rinji senggang. Meskipun begitu, Rinji bukan tipe gadis yang suka bergelung di dalam selimut saja ketika hari nya kosong. Bahkan pagi-pagi sekali, wanita itu menyempatkan diri untuk berolahraga di sekitaran rumah nya. Setelah selesai, Rinji langsung bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat yang tidak seorang pun boleh tahu. Tapi sebelum pergi kesana, dia terlebih dahulu mengunjungi Abraham yang masih belum sadar dari koma nya. "Papi, ini Jia." Monolog Rinji seraya mengelus punggung tangan Abraham yang nampak pucat. Ada sesak di dada gadis itu saat melihat ayah angkat nya terbaring lemah tanpa sedikit pun membuka mata nya untuk waktu yang lama. Ya, tentu saja, satu bulan itu bukan waktu yang singkat. "Aku akan berusaha semampu ku untuk menjadi apa yang Mami dan Papi ingin kan." Hanya itu saja yang bisa Rinji sampaikan. Karena pikirnya, Abraham akan sangat bangga dengan nya, jika dia bisa menjadi a