Lahat ng Kabanata ng Jade : The Mighty Amethys: Kabanata 51 - Kabanata 60
126 Kabanata
Bagian 51 : Her Identity
Kenneth tengah duduk sambil menatap wanita di depannya. Di samping kiri Kenneth, Elise tengah duduk dengan wajah bingung setelah mendengar percakapan kedua sosok itu. Begitu juga dengan George, Robin, dan juga Samantha.“Apakah dia Velaryon?” tanya Kenneth pada Lady Reagen.Wanita itu tersenyum pada Kenneth dan menggeleng pelan. Hal itu membuat Kenneth bertambah gusar. Pemuda itu mengecup pelan kepalanya dan mengalihkan padangan untuk membuang nafas.“Jadi, petunjuk apa yang Anda maksud hari itu?”“Sepertinya kau melupakan tujuan awalmu sendiri, Tuan Alaric.”Kenneth menggeleng. Dia tidak menyukai percakapan yang terlalu berbelit seperti ini. Ketidaksabaran jelas terlihat pada ekspresi pemuda itu sehingga tanpa sadar Elise menggenggam tangannya. Kenneth melihat tangan Elise yang meraihnya dan menyadari tatapan cemas para sahabatnya.“Dulu, kau bertanya padaku bagaimana cara mendapatkan kedamaian di t
Magbasa pa
Bagian 52 : The Young Lord of the Redrock Clan
Ketika seluruh kerajaan Crator tengah gusar dengan ketakutan mereka atas ramalan Putri Emerald, kaln Redcok justru tengah tenang dan damai dengan kabar tersebut. Tidak terlihat raut khawatir atau terkejut mendengar berita tersebut. Justru mereka terlihat sekana tengah mempersiapkan diri untuk menunggu kedatangan sosok tersebut.Setelah pertarungan di kota Abendbrise, clan Redrock mengalami kekalahan besar. Bahkan Tuan Muda yang merupakan calon penerus pemimpin mereka hampir kehilangan nyawa dalam pertarungan itu. Untung saja hari itu, pemimpin Redrock juga hadir di sana sehingga mereka bisa menyelamatkan sang Tuan Muda dari tangan kematian. Namun tetap saja, pemuda itu terluka parah dan hampir tewas. Dia bahkan harus dirawat oleh sepuluh orang tabib khusus untuk menjaga nyawanya tetap berada di tubuhnya.Kini, Lucian Dorgon hanya bisa menatap dengan was was ketika satu-satunya pewaris yang dimilikinya hampir kehilangan nyawa karena gadis itu. Gadis yang telah diremehka
Magbasa pa
Bagian 53 : The Conjecture
Ethan tengah berada di ruang belajarnya seorang diri untuk memilah beberapa buku dan dokumen lamanya untuk dia simpan atau dia singkirkan. Di Atas meja kayu jati yang kokoh itu Ethan membolak-balik kertas dan memeriksa satu per satu respondennya. Hingga dia menemukan sesuatu yang tidak seharusnya berada di sana.“Tuan Muda,” seru seorang pelayan mengejutkan Ethan.Ethan dengan sigap mengambil kertas di depannya dan segera menutupinya dengan buku lain yang juga kebetulan berada di meja itu.“Ada apa?”Pelayan itu melihat gerakan tergesa Ethan tapi memilih diam tak berani bertanya.“Tuan Dorgon menunggu Anda di ruangannya,” jawab pelayan itu menyampaikan pesan dari sang Paman.
Magbasa pa
Bagian 54 : Secret in Secret
Sebenarnya bukan satu dua kali Ethan menyadari gelagat aneh pamannya. Bahkan sudah terlalu sering Ethan melihat pria paruh baya itu bertindak berlawanan dengan apa yang seharusnya dia lakukan. Ethan masih mengingat jelas ketika kedua orang tuanya dulu masih hidup, Pamannya adalah sosok yang sangat tegas dan adil. Dia mampu membantu ayahnya memimpin Redrock dan menjaga perdamaian di dalamnya. Namun, sejak ayahnya meninggal Ethan sikap Pamannya berubah 180 derajat. Ethan kadang merasa sangat asing dengan pamannya itu. “Ethan!” Sebuah suara yang akrab di pendengaran Ethan terdengar memanggil namanya. Ethan berbalik dan melihat Lucian Dorgon berjalan mendekatinya bersama Lucinda. “Bagaimana lukamu?” tanya Lucian. “Sudah l
Magbasa pa
Bagian 55 : High Elves
Rachel menatap gugusan pegunungan yang ada di depannya dengan wajah takjub. Sepanjang matanya memandang hanya ada warna hijau yang menyegarkan mata. Tidak hanya itu, harum aroma bunga liar juga tercium di udara kastil Araceli, hal itu membuat Rachel  semakin menyukai tempat itu. Sehari setelah dia kembali sadar, dia mendapati dirinya berada di East Land, sebuah tempat yang belum pernah dia dengar sama sekali sebelumnya, tai juga tempat yang terasa sangat familiar dalam benaknya. “Rae, bisakah kau menemaniku disini?” pertanyaan itu keluar dari mulut Aryan lagi. Bocah itu sudah mengatakan pertanyaan yang sama berkali-kali sejak beberapa hari yang lalu. Rachel menoleh pada Aryan yang tengah menatapnya dengan tatapan berharap,
Magbasa pa
Bagian 56 : Nethras Chevalier
Setelah menceritakan sedikit kisah tentang Keluarga Chevalier dari East Land, Lord Zathriel memberikan sebuah buku lain yang mencatat seluruh sejarah east Land. Sehingga di sinilah gadis itu kini berada. Duduk diam sembari membaca berbagai tulisan aneh yang bahkan tidak pernah Rachel lihat sebelumnya, namun dengan ajaibnya mampu Rachel pahami isinya. Nerwin yang juga melihat buku itu bahkan menggeleng ketika melihat bahasa elf kuno yang tertulis di atasnya. Rachel ingin merasa heran, tapi tidak ada lagi yang harus dia pikirkan. Dia enggan untuk menelaah seluruh hal aneh yang ada di hidupnya atau pada dirinya. Kini, Rachel hanya bermaksud untuk fokus memecahkan masalah ramalan sang Emerald dan membersihkan namanya. “Sudah berapa lama kau duduk disini?” tanya Lord Zathriel melihat Rachel duduk diam di satu sudut perpustakaan Araceli. “Hampir seharian,” jawab Rachel santai. Lord Zathriel mengangguk. Pria itu mengambil sebuah buku yang berada di rak tak jauh dari
Magbasa pa
Bagian 57 : Chevalier Lineage
Pertarungan itu tidak berlangsung lama karena Nethras dengan mudah mengalahkan Rachel dan merebut snowdrop dari tangan gadis itu. Rachel hanya memasang wajah kesal karena pemuda itu enggan mengalah padanya. “Tidak ada kata mengalah dalam sebuah pertarungan,” gumam Nethras seakan menjawab keluhan di dalam pikiran Rachel. Seperti kau bisa mendengarkan pikiranku saja, batin Rachel. “Aku memang bisa.” Sebuah suara terdengar di kepala Rachel membuat gadis itu melebarkan matanya dan menatap sekitar mencari asal suara. “Tidak perlu menatap sekeliling, aku ada di depanmu,” seru suara itu lagi.
Magbasa pa
Bagian 58 : Their Strong-willed
Daratan luas itu tampak memukau dengan hamparan salju putih yang menutupi seluruh permukaannya. Sepanjang mata memandang hanya ada ribuan pohon tinggi yang di hias Kristal berkilau layaknya permata memanjakan mata. Dingin yang menusuk seakan teralihkan melihat keajaiban yang tak mampu ditolak oleh siapapun.“Selvence, permata rahasia di pegunungan utara,” gumam pria itu.Mata hitamnya menatap sepanjang gugusan pegunungan di depannya. Sebuah seringai terlihat dari bibir tipisnya ketika dia melirik pasukan yang berbaris rapi di belakangnya.“Siapkan mantra kalian! Malam ini, kita akan menyalakan api di pegunungan utara,” teriak pria itu yang segera dibalas dengan teriakan keras pasukan di belakangnya.Sorakan itu terdengar menggema di bukit-bukit pegunungan utara. Suara hentakan kaki kuda dan teriakan-teriakan mereka terdengar dari kejauhan layaknya gemuruh yang mendekat sebelum badai. Memecah kesunyian malam yang tenang sebelum terj
Magbasa pa
Bagian 59 : The Other Side
Kota itu terlihat kosong tanpa seorangpun berada di sana. Hanya rumah-rumah dengan perapian yang mengepulkan asap namun tak berpenghuni sama sekali. Lucian telah memerintahkan seluruh pasukannya memeriksa setiap pintu rumah yang ada, tapi gak ada siapapun di sana. “Sepertinya mereka telah melarikan diri, Tuan,” lapor salah satu bawahan Lucian. Lucian mengangguk menyetujui gagasan tersebut, tapi sekali lagi pria itu tersenyum. Dia memandang setiap rumah di depannya dengan wajah takjub. Sebuah kota kecil di pegunungan terpencil tapi terlihat sangat megah dan jauh lebih layak daripada rumah penduduknya di tanah Redrock. “Tidak masalah, jika penghuninya tidak ada, maka kita hanya tinggal mencari orang lain untuk menggantikan mereka. Lalu, kita hancurkan tempat ini,” seru Lucian sembari tertawa ringan tanpa beban.
Magbasa pa
Bagian 60 : Something in Sight
“Ada apa? Apa yang terjadi?” Suara Ervin masih terdengar terengah-engah setelah Rachel berhasil bangun. Rachel yang masih sedikit bingung berusaha duduk di atas ranjangnya dan menatap kedua pemuda itu dan beberapa pelayan yang menemaninya. “Aku melihat sesuatu,” gumam Rachel mulai berbicara. “Awalnya hanya teriakan-teriakan samar, tapi lama-kelamaan mimpi itu semakin jelas. Kobaran api yang membesar. Asap yang membumbung. Tubuh-tubuh tergeletak tak bernyawa. Semua itu terlihat sangat nyata di dalam mimpiku,” lanjut Rachel dengan mata menerawang mengingat mimpinya barusan. Nerwin menatap Ervin dan mengangguk pad pemuda itu. Ervin memahami maksud Nerwin dan segera meninggalkan ruangan Rachel. “Nerwin, aku me
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status