Semua Bab Semu cinta Anea: Bab 51 - Bab 60
74 Bab
Kiriman gambar calon buah hati
Sedari tadi Anea memandangi gambar print hasil USGnya tadi. Semakin tak sabar rasanya memeluk sang buah hati.Sebuah ide mencuat begitu saja di kepalanya. Ada rasa yang menggebu-gebu untuk bertukar kabar gembira ini dengan calon ayah dari sang janin. Entah dari mana datangnya perasaan itu, yang jelas Anea terbayang-bayang untuk segera melakukannya.Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Anea mengambil beberapa potret dari hasil print USG di tangan.Dengan cekatan gambar-gambar itu ia kirimkan pada nomor Jan.Ah, apa mungkin si bayi juga tak sabar ingin bertemu ayahnya? Sejenak Anea menertawakan dirinya sendiri. Berharap kepada orang yang telah di benci ternyata begini rasanya.[Gambar apa itu?] Beberpaa saat menunggu, akhirnya Jan membalas pesan Anea.[Hasil USG bayi kita.][Benarkah? Bagaimana keterangan Dokter?]Anea tak berkedip membaca sebaris pesan itu. Apakah itu hanya perasaannya saja atau memang nyata? Jan ter
Baca selengkapnya
Berkumpul
Pemandangan kota seolah terlihat luar biasa dimata Anea kali ini. Alasannya hanya satu, karena hari ini ia akan kembali bersama Jan dalam keadaan lain dari kemarin.Anea masih menunggu di kursi kedatangan bandara. Seseorang melambai dari jauh dengan senyum merekahnya.Pandangan Anea tertuju pada manusia yang melambai itu, Kemudian ia berdiri bersiap menyambut lelakinya."Anea! Aku merindukanmu." Tiba-tiba saja Jan mendekap Anea dan mengecup kecil keningnya.Anea terdiam, ia menatap lama. Jan hanya terkekeh melihat ekspresi istrinya. Kemudian netranya tertuju pada bagian perut yang menggembung.Tepat di atas sana, Jan mengelusnya dengan penuh kasih sayang. mengecupnya lembut dengan hati miris!"Bagaimana mungkin selama ini aku mengabaikannya?" Bisiknya dalam hati penuh sesal.Merasakan kasih sayang yang begitu dalam. Anea melihat penyesalan di mata Jan."Lelaki ku telah kembali," ia membatin."Ayo kita pulang!"
Baca selengkapnya
Sea food
Mitha menurunkan tas yang ia tenteng dengan kasar. Meski Anea menggodanya dengan kata-kata rayuan namun Mitha memasang mimik kesal."Setidaknya ijinkan aku merasakan kebahagiaan dengan kehamilan ini. Aku sedang butuh dukungan di fase yang rapuh ini Mitha."Apa yang dikatakan Anea membuat Mitha merubah rasa di hatinya. Sedikit empati ia tuangkan demi sahabatnya itu."Tapi tolong, jangan pernah kau bertahan dalam posisi sakit!""Tentu.. Aku berusaha mengontrolnya."Bel berbunyi. Membuyarkan keheningan yang sempat terjadi."Siapa?" Mitha bertanya."Pasti kurir." Anea perlahan bangkit dari duduknya."Aku kira lelaki itu.." Nada jutek masih terdengar dari ucapannya."Bukan. Dia telah mengirim pesan jika pulang terlambat." Ucap Anea seraya meraih gagang pintu.Anea menerima makanan yang ia pesan dan membayarnya. Setelah kurir pergi, ia menutup pintu dan berbalik menghadap Mitha.Senyuman Aneh tergambar jelas di w
Baca selengkapnya
Rumah Sakit
"Apakah istri saya baik-baik saja, Dokter?"Jan berharap dalam cemas ketika dokter yang memeriksa Anea keluar dari ruangan. "Pasien mengalami kontraksi, namun kemungkinan hanya kontraksi palsu mengetahui umur janin yang masih muda. Untuk itu sebaiknya pasien dirawat di bangsal guna mengetahui perkembangannya lebih lanjut." Sang Dokter menjelaskan pada Jan. "Ya Dokter, lakukan saja yang terbaik. Lantas apa kondisinya sekarang baik-baik saja?" "Ya, kondisi pasien baik-baik saja. Anda bisa menemuinya sekarang." "Terima kasih, Dokter!" Jan menjabat tangan dokter itu dengan penuh rasa terima kasih. "Emm.. tunggu dulu Tuan," Ucapan sang dokter menghentikan langkah kaki Jan yang segera ingin menemui Anea. "Apa pasien telah memakan makanan yang aneh? Maksud saya, yang tidak biasa pasien makan ketika hamil?" Jan menghembuskan nafas gusar. " Ya, ia baru saja memakan kerang porsi jumbo bersama sahabatnya!" Kata "Sahabatnya" sengaja sed
Baca selengkapnya
Wanita dukun?
Ketika Mitha kembali ke ruangan dengan beberapa potong baju ditangan, ia melihat Anea telah terlelap. Mitha lalu memberikan baju itu pada Jan kemudian berkata, "aku tadi bertemu Clara." "Itu tidak ada hubungannya denganku." Terang Jan. "Apa kau yakin?" Mitha masih menduga jika Clara hendak menemui Jan. "Bukankah kau juga mengetahuinya, jika aku dan dia sudah tidak ada hubungannya?" Jan benar, mereka berdua telah cukup lama tidak terlihat di bar. Bahkan teman-teman mengatakan jika Clara telah mempunyai lelaki baru.  Jengkel juga mengetahui fakta terakhir ini, sebab kemungkinan Jan kembali dengan Anea hanya karena ia telah ditinggalkan oleh Clara. "Aku harap itu benar." Klek..! Dua manusia itu terkejut ketika pintu dibuka tanpa permisi. Mereka pikir itu adalah perawat, namun mata kedua orang itu membulat kala melihat siapa yabg datang. "Haloooo...!!" Clara berseru. "Clara?" "Hay, sedang apa ka
Baca selengkapnya
Tindakan Dokter
"Aaaa..!!! Tolongg...!!!" Pekikan terdengar dari dalam kamar mandi. Jan yang mendengar teriakan Anea seketika panik dan berlari menuju sumber suara. Brak!Jan membuka paksa pintu. "Apa yang terjadi?" Ia sangat terkejut melihat Anea terduduk di lantai dengan air mata yang berlinang. Jan segera mengangkat tubuh Anea, ketika tangannya menyentuh baju Anea, ternyata bajunya basah namun lengket seperti ada lendir-lendir yang menempel. "Perutku sakit!" Ungkap Anea. Mendengar keluhan itu Jan menjadi panik. "Ada apa dengan perutmu?" "Ahh.. sakit sekali.." Kini beberapa kali Anea meringis menahan sakit. "Bertahanlah! Kita ke Rumah Sakit sekarang." Pikiran Jan sudah tak karuan. Baju Anea yang basah pun tak sempat digantinya. Buru-buru ia menuju mobil dengan panik. "Suster tolong.. tolong istri saya..!!" Jan memanggil para perawat setelah sampai di depan halaman RS.Para perawat itu pun dengan sigap membawa ranjang pasie
Baca selengkapnya
Siapa nama bayi?
"Maaf Tuan, kami akan membawanya ke ruangan khusus bayi.""Tidak bisakah saya menggendongnya dulu, Suster?""Belum bisa Tuan, keadaannya belum memungkinkan." Kilah sang suster.Dari kejauhan Jan melihat Mitha. Sahabat Anea itu berlari kecil menghampiri ke arah mereka.Mitha menatap Anea yang terbaring di ranjang, ia hendak dipindahkan ke ruang perawatan."Anea, kau baik-baik saja?" Mitha bertanya meski masih tergopoh-gopoh. "Jangan ganggu pasien dulu, Nona! Kondisinya masih sangat lemah." Seorang perawat memarahinya.Mitha menyeka wajah, ia hanya mengiringi Anea dari belakang setelah mendapat teguran. Kini giliran Jan yang ia desak, "sebenarnya apa yang terjadi? Bukankah usia kandungan belum mencapai sembilan bulan? Bagaimana bisa melahirkan sekarang? Emm.. lalu di mana bayinya saat ini? Ia baik-baik saja, kan?"Satu telunjuk Jan letakkan di atas bibirnya,"Stttt...! Diam dulu, kau membuatku bertambah pusing dengan rentetan pertanyaanm
Baca selengkapnya
Albian Heswara
Nama? Benar.. Bahkan Anea belum mendapatkan nama yang pas untuk sang bayi."Sayang, apa kau sudah memilih salah satu nama?" Jan bertanya pada Anea yang juga masih belum fix."Aku belum ada yang cocok." Jawabnya sambil tersenyum geli sendiri. "Bagaimana denganmu?"Bagaimana dengan Jan? Apalagi dirinya, terlalu banyak pekerjaan membuatnya tak sempat sekedar memikirkan sebuah nama. Ia pun sama dengan Anea, menggaruk tengkuk yang tak gatal sambil menggeleng."Dasar orang tua payah!" Celetuk Mitha kepada mereka berdua."Ok.. biarkan aku berpikir sejenak..."Anea mencoba merangkai berbagai huruf agar menjadi sebuah nama."Kalian ingin nama Indonesia atau Korea?" Mitha mulai mengupas satu apel yang terletak di depannya."Bagaimana menurutmu, Jan?" Giliran Anea yang bertanya."Aku terserah kau saja, hehe." Lagi-lagi Jan hanya dapat meringis menanggapinya.Hening beberapa saat, hanya terdengar kunyahan apel oleh Mitha yang nam
Baca selengkapnya
Kerepotan
Sepuluh hari setelah perawatan instensif di Rumah Sakit, kini Albian telah sampai di istana kecil keluarga hangatnya. Haru dan bahagia menyeruak memenuhi rongga dada.Kini setiap hari Anea bisa memeluk dan menimang bayi tampannya.Sang nenek pun telah tidak sabar menunggu cucu pertama, dan ketika malaikat kecil itu hadir di tengah-tengah, bahagialah semua orang yang mengelilingi.Segala kesusahan semua ibu yang memiliki bayi, kini dirasakan oleh Anea. Dari begadang malam, mengganti popok, memandikan, memakai baju, dan lainnya seolah menjadi rutinitas yang tiada terputus. Beruntung ibunya ada di sini dan dengan sigap mengajari Anea banyak hal tentang mengurus anak.     Dua minggu ibunya berada di kota. Ia merasa sudah cukup dan ingin kembali ke kampung. "Kasihan adik-adikmu, Anea. Ibu sudah lama disini. Sawah dan ladang juga tidak ada yang mengurus." Begitu kata-katanya ketika mengutarakan isi kalbu.Dengan berat hati, akhirnya A
Baca selengkapnya
Krisis dana
"Bisakah kita punya pengasuh bayi?" Setelah satu minggu mengurus Albian seorang diri, Anea benar-benar tidak sanggup dengan rutinitas ini.Kunyahan di mulut Jan terhenti. Melihat sorot mata yang lemah dimata suaminya, Anea merasa bersalah."Aku masih punya tanggungan hutang di kantor. Biaya Rumah Sakit kemarin sangat menguras tabungan bahkan.. kurang." Berat bagi Jan mengatakan ini. Sejujurnya ia tidak ingin Anea mengetahui masalah hutang yang ia tanggung, namun jika seperti ini situasinya, Anea harus mengerti keadaan sebenarnya."Maaf.." Akhirnya kata itu yang terucap dari bibir Anea. Jujur saja dirinya pun terkejut mengetahui berita ini."Apa salahmu? Bukankah memang semua itu tanggung jawabku?""Aku banyak menuntut terhadapmu.""Tidak. Tapi aku mohon pengertianmu kali ini. Aku tahu kesusahanmu, namun dengan berat hati kukatakan jika keuangan kita sedang krisis."Anea memeluk Jan, ia merasa tidak enak karena begitu menyus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status