Semua Bab Semu cinta Anea: Bab 21 - Bab 30
74 Bab
Ah, akhirnya!
        Hari ini apartment Anea resmi terjual. Ia menggunakan uang penjualan untuk melunasi kompensasi kepada Mamy Han. Padahal dirinya dulu yang di jebak dan dipaksa bekerja di bar, sekarang saat akan keluar pun malah harus membayar.Seharusnya si keparat Indra lah yang harus membayar segalanya atas hidup Anea. Dia yang menyebabkan Anea berada dalam garis hidup yang salah.Sayang sekali, kabar terakhir yang Anea dengar Indra telah melarikan diri ke luar negeri sehingga dirinya tidak menemukan keberadaannya sampai sekarang. Padahal ia sudah geram sekali dengan bajingan itu. Mereka hanya sebatas kekasih, pun belum terlalu lama. Berani-beraninya menjual Anea kepada Mamy Han.Andai Anea bisa menemukan jejaknya, maka akan ia pastikan bajingan itu tidak akan selamat!Waktu berlalu. Ketika hutang Indra telah dinyatakan lunas karena pekerjaannya, apa yang harus dilakukan Anea selanjutnya? Mamy Han sudah bersedia melepaskan diri
Baca selengkapnya
Pekerjaan pengganti
        Berhari-hari Anea jalani tanpa kesibukan yang berarti. Sudah mencoba mencari pekerjaan namun tak kunjung dapat.Ia tak bisa bekerja menjadi pembantu seperti dahulu. Jelas ia akan malu kepada Jan. Padahal lowongan pembantu banyak infonya, tapi ia menampik mentah-mentah pekerjaan itu. Bukan merendahkan pekerjaan, namun alasan sebenarnya adalah ia trauma dengan masa lalu.Itu adalah masa lalu, tak perlu di ulangi!Paling tidak ia berencana melamar pekerjaan sebagai pegawai toko. Mungkin itu terlihat sedikit berkelas dari pada harus kembali menjadi jongos.Bagaimana dengan pegawai kantor, apa ia tidak berminat? Bukan tak minat, namun karena ia tak memenuhi syarat. Benar, itu karena Anea tidak sekolah tinggi!Ia tak mempunyai ijazah, bagaimana mau menjadi orang kantoran? Membayangkan saja rasanya mustahil. Hal ini sekaligus menjadi pacuannya untuk menyekolahkan adiknya setinggi mungkin, agar tak bernasib sama s
Baca selengkapnya
Melampiaskan hasrat dengan Clara
Anea menengadahkan kepalanya ke atas, kemudian menarik kecil rambut lurusnya yang tergerai.“Bagaimana sayang, iya kan?” Jan mengejar jawaban.“Emm.. sepertinya malam ini aku tidak bisa, badanku sedang butuh istirahat. Maaf sayang, mungkin lain kali ya.”“Istirahat? Apa kau sakit?”“Tidak sayang, bukan begitu.”“Lalu?”“Sudah kukatakan, lain kali saja ya.”“Kau terlihat berbeda.”“Tidak begitu. Emm.. sudah dulu ya, taksiku datang. Bye sayang!”Anea mematikan sambungan telepon ketika sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Tak menunggu lama, ia segera menaiki kendaraan itu.Sementara di lain tempat, Jan merasa kesal dengan kekasihnya. Tidak biasanya Anea menolak keinginannya. Sudah beberapa hari ini ia tidak menyalurkan hasrat lelakinya, tentu saja ada yang menggebu di dalam sana.Ia sedang stres memikirkan peker
Baca selengkapnya
Terluka
“Jan!! Di mana kamu.”Anea merangsek masuk menuju kamar, tanpa membuang waktu ia segera memutar knop pintu.Brak!!“Anea..” Jan terbeku di tempatnya. Tak tahu harus bersikap seperti apa.Anea mematung ketika mendapati kekasihnya berada satu kamar dengan wanita lain.Nyess!Ada yang tertusuk di dalam sana. Luka yang dulu menganga lebar, baru beberapa waktu disembuhkan. Namun kenyataannya sekarang malah ditancapkan pedang yang lebih tajam.“Apa yang kalian lakukan di sini?”Sementara itu, Clara yang merasa menang telah mendapatkan Jan, kini semakin melambung hatinya. Tak ia sangka, tanpa perlu ia beri tahu, kini Anea sendiri yang memergoki dirinya berasa dikamar yang sama dengan  kekasihnya.“Bagus jika kau mengetahuinya secara langsung, aku tak perlu repot memberi tahumu.”“Clara!” Jan membentaknya dengan mata yang menyala tajam.“Ada apa
Baca selengkapnya
Berbaikan?
Sejak meninggalkan apartment Jan tadi pagi, Anea sengaja mematikan gawai. Dirinya merasa perlu menenangkan diri terlebih dahulu sebelum meminta penjelasan Jan. Tapi semakin lama ia semakin  penasaran.Anea menatap lekat layar ponsel itu. Walau bagaimanapun dirinya harus meminta kejelasan pada kekasihnya atas apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan ingin menekan tombol power di sisi samping, namun terbesit ragu di hatinya.Bagaimana jika yang akan dikatakan Jan adalah hal yang menyakitkan? Sanggupkah Anea menghadapi? Lagi pula kenapa sewaktu Anea berlari keluar tadi pagi, Jan tidak mengejarnya?Apakah Jan sudah tidak membutuhkan dirinya lagi? Beribu pertanyaan menyerang benaknya.Ting.. ting.. ting..Nada notifikasi berebut masuk memenuhi layar ponsel. Hati Anea sangat berharap bahwa yang menghubunginya adalah Jan yang mencoba mencari keberadaannya.Jan memang belum tahu tempat tinggal Anea yang baru. Mungkin itu sebabnya kalau Jan belum m
Baca selengkapnya
Terpaksa berhenti bekerja
Lima bulan Anea tinggal bersama Jan di apartment. Sebagai seorang buruh di kedai kopi ternyata penampilan Anea banyak berubah. Entah hanya perasaannya saja atau memang benar-benar terjadi. Saat ini Jan mulai tak semanis dulu. Padahal Anea sudah semaksimal mungkin melayani kebutuhan Jan, baik kebutuhan fisik ataupun batin. “Apa aku harus berhenti bekerja agar bisa merawat diri kembali.” Lirih Anea saat memandangi wajahnya pada cermin pintu lemari baju. Wajahnya dari dulu memang tidak kinclong seperti boneka porcelen, namun terlihat segar dengan kulit sawo yang terlihat manis. Kuku-kuku jarinya dulu panjang dan lentik, sekarang ia potong pendek agar memudahkan saat bekerja. Tangan mulus dan kaki jenjang yang dulu menjadi pujaan kaum lelaki pun kini terlihat sayu dan nampak kering karena jarang pergi spa. Apakah penampilannya seburuk itu saat ini hingga Jan menjadi tak romantis lagi? Anea tidak rela jika harus kembali kehilangan Jan. Ia harus seg
Baca selengkapnya
Positive hamil!
“Bagaimana hasilnya dok?”“Selamat, anda positive hamil!”Benda kecil yang disodorkan oleh dokter tersebut adalah tespeck. Setelah Anea menjalankan prosedur pemeriksaan, ternyata hasilnya sesuai dengan prediksi sang dokter.“Apa benar Dok?” Dengan antusias Anea bertanya.“Ya benar, nanti saya beri vitamin, agar nutrisi jabang bayi baik.”“Terima kasih Dokter.”Anea senang sekali mendengar kabar baik itu. Ternyata penyebab tidak enak badan dan rasa mualnya adalah bayi dalam kandungannya saat ini.“Senjata pamungkas agar Jan tidak lepas dari genggaman ku.” Batin Anea. Ia pun tersenyum penuh arti.Di elusnya perut yang masih rata, Anea tersenyum meski pusing di kepalanya belum membaik.Dirinya baru turun dari taksi, melangkahkan kaki menuju rumah, Anea tak sabar ingin meminum obat agar keadaannya membaik. Dirinya meletakan plastik kecil tadi dimeja, ber
Baca selengkapnya
Tawaran Richard
Perlakuan Jan semakin hari semakin manis saja. Anak di kandungan Anea benar-benar menghipnotisnya.Anea juga rutin perawatan setelah tidak bekerja di kedai. Tentu saja ia memilih produk yang aman bagi ibu hamil. Hal itu menjadi salah satu alasan bagi Jan hingga menjadi lebih perhatian.Ternyata benar. secinta-cintanya lelaki, ia akan lebih memilih wanita yang cantik dari pada yang terlihat kumal. Menyesal mengapa dulu Anea mengabaikan penampilannya.Anea baru saja merapikan kuku-kukunya dari salon. Rasa lapar memaksanya untuk mencari pengenyang perut.Ketika lewat di depan sebuah restaurant, bau harum semrebak memenuhi rongga hidungnya.“Apa kau ingin makan di sini sayang?” ucap Anea dengan mengelus perutnya.Segera saja ia memasuki bangunan mewah di depannya. Meski Anea paham dengan kondisi keuangan yang tidak setebal dulu, tapi tak ada salahnya jika sesekali mencoba. Lagi pula ia sedang hamil. Jangan sampai ketika anaknya lahir
Baca selengkapnya
Terluka (lagi)
Anea menenteng sebuah plastik berisikan buah lemon. Mual yang ia rasakan sungguh menyiksa.Sebuah lemon dipotongnya dan segera ia kunyah buah dengan rasa asam itu. Bokongnya duduk manis di atas kursi dengan nyaman. Saat akan meletakan pisau di meja, Anea melihat plastik flip kecil berukuran kecil.Astaga!Pantas saja ia merasakan mual yang hebat. Ternyata ia lupa meminum obatnya. Segera saja ia telan benda kecil itu dengan satu tegukan air putih.Matahari masih belum ingin terbenam. Itu tandanya Jan belum akan pulang. Anea bosan terus berdiam diri tanpa kawan.Ia jadi teringat tawaran Richard. Apa yang akan ia berikan sebagai jawaban untuk Richard?Jika mengingat saldo tabungannya yang semakin menipis tanpa adanya pemasukan, rasanya ingin saja ia langsung menerima tawaran bagus itu. Apalagi uang bulanan yang Jan berikan itu kurang kalau dirinya harus sering-sering pergi ke salon. Bahkan ia harus mengirim uang untuk ibu dan adik-adiknya di ka
Baca selengkapnya
Saran Richard
Sekali lagi, Richard sangat paten dalam hal menebak. Anea melayangkan pandangan kosong, tersirat jelas problema pada jiwanya. "Aku mulai membenci benih ini." Lirih ia berkata. "Bayimu tidak mempunyai secuil pun dosa. Kenapa harus mencaci makhluk sebersih kapas, sedangkan yang memberi kebencian berlumur penuh kotoran." Plak! Bagai tamparan keras untuk pemikiran Anea. Ia tak bisa berpikir logis dalam keadaan terluka sanubari. Beruntung sekali dirinya bersama Richard sekarang. Ia bagai dewa penolong pemberi nasihat dalam kegersangan hati dan jiwanya. Entah apa jadinya jika ia meratap seorang diri, mungkin keadaannya kacau tak tetarah. Bahkan bagian terburuknya bisa saja ia melukai diri sendiri atau mungkin juga melukai bayinya sendiri. "Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan selanjutnya." "Apa dia mengetahuinya?" Richard mencecar pertanyaaan kepada Anea. "Ya. Bahkan ia berkata akan menjaga bayi ini bersama, tapi kenyataa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status