All Chapters of Terpaksa menikah dengan gadis desa: Chapter 31 - Chapter 40
86 Chapters
Baba. 31. Aku mencintaimu
Saat Ayrin membuka mata, yang pertama ia lihat adalah wajah tampan suaminya Briyan. Tetapi ia masih jelas mengingat kalau yang menemukannya adalah Rehan. Ayrin tersenyu tipis saat Briyan tersenyum kepadanya. Bola matanya memutar untuk mencari sosok pria yang menyelamatkan dirinya.Tidak lama, tiba-tiba pintu terbuka, dan Rehan muncul dari balik pintu. Ayrin langsung tersenyum saat melihat wajah tampan Rehan. "Abang " panggil Ayrin tanpa mempedulikan wajah Briyan yang cemberut. Tadi saat Briyan menyapanya, ia hanya diam dan tersenyum tipis, tetapi saat melihat Rehan, Ayrin langsung membuka mulut, seolah-olah Rehan lah suaminya."Kamu sudah sadar ?" Rehan menghampiri Ayrin, ia mengelus ujung kepala Ayrin dengan lembut."Abang dari mana ?" Tanya Ayrin, dengan nada yang lembut, wanita itu masih lemah, sehingga ia belum bisa berbicara seperti biasanya."Tadi Abang lagi cari makan. Oh iya.. kamu makan dulu, biar Abang suapin ?" Rehan meraih makanan yang sudah t
Read more
Bab. 32
Ayrin memberikan kode kepada Briyan, agar pria tampan itu mengambil bra-nya yang terletak di atas sofa, ia malu jika Deny sempat melihatnya. Namun Briyan tidak mengerti apa maksud Ayrin. "Kamu kenapa Ayrin ?" Tanya Briyan dengan bodohnya."Tenggorokanku terasa pahit" sahut Ayrin "Kaka mau minum ?" Deny menyodorkan satu gelas air mineral."Masih terasa pahit" ucap Ayrin setelah ia meneguk setengah air mineral yang di berikan Deny. "Sepertinya harus minum yang ada rasa manis-manisnya gitu" lanjut Ayrin. "Ya sudah, biar aku pesan minuman untuk kamu" sahut Briyan dan langsung meraih ponsel dari saku celananya untuk memesan minuman."Mas mau ngapain ?" Tanya Ayrin."Mau pesan minuman untuk kamu" sahut Briyan."Ini sudah larut malam mas" bantah Ayrin. Sebenarnya tenggorokannya tidak pahit, ia hanya beralasan agar Deny pergi membelikan minuman, lalu ia bisa mengambil bra-nya. "Ya sudah, biar aku belikan di supermarke
Read more
Bab 33. Aku ingin hidup bahagia selamanya dengan kamu
Sinar matahari yang menembus kaca masuk ke dalam kamar Ayrin, membuat sepasang suami istri itu terbagun dari mimpi indahnya. Ayrin duduk di atas ranjang dengan posisi bersandar sambil memandang wajah tampan Briyan yang masih terlelap. Ia tidak dapat membohongi perasaannya kalau dirinya benar-benar mencintai dan menyanyi pria yang baru saja mengambil kesuciannya itu. Tanpa terasa cairan bening yang hangat lolos keluar dari mata indahnya. Hatinya sedih mengingat hubungan rumah tangga mereka yang rumit.Hayalannya melambung tinggi sehingga ia tidak menyadari kalau Briyan sudah terbagun dan saat ini sedang menatapnya bingung "kamu sudah bangun ?" Tanya Briyan sambil mengangkat kepalanya dan meletakkannya di atas kedua paha Ayrin."UM...iya mas" sahut Ayrin dengan gugup. Ia mengangkat tangan untuk menyeka air mata yang membasahi pipi mulusnya."Kamu kenapa menagis ? Hm....?" "Siapa yang menagis ?" Dalih Ayrin."Jangan berbohong, aku jelas melihat
Read more
Bab 34. Aku hanya menikah siri
Satu harian penuh hanya berdiam diri di dalam kamar membuat Ayrin merasa jenuh dan bosan. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, ia turun ke bawah dan membatu pak Karto menyiram bunga di halaman depan. Tidak lama tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam masuk dari gerbang "Hay Ayrin" sapa Sarah dari dalam mobil setelah membuka kaca mobilnya. "Hay juga Sarah, apa kamu sudah selesai berpetualang ?" Sindir Ayrin dengan senyum sinis. "Tentu saja" sahut singkat Sarah, sambil menginjak gas mobilnya dan memarkirkan ke dalam garasi. "Neng kok aku merasa ada yang aneh ya dengan nona Sarah ? Beliau sepertinya tidak suka dengan neng Ayrin" Karto mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia pendam di dalam hati. "Itu hanya perasaan bapak saja, Sarah itu orangnya baik" sahut Ayrin dengan tersenyum sambil melanjutkan menyiram bunga. "Apa iya ya neng, Hanya perasaan bapak saja ? Apa bapak bisa mengatakan sesuatu neng ? Lanjut pak Karto dengan rasa ragu-ragu.
Read more
Bab 35. Ya hamil anak manusia
Kicauan burung di pagi hari, membangunkan Ayrin dari tidur panjangnya. Suasana pagi ini terasa berbeda dengan hari-hari sebelumnya, ia menatap wajah tampan Briyan sambil tersenyum bahagia. Tangan kanannya membelai rambut hitam Briyan dengan penuh kasih sayang.Briyan menggeliat saat merasakan sentuhan di rambutnya, perlahan ia membuka mata dengan malas "selamat pagi sayang ?" Ucap Briyan dengan suara khas bangun tidur."Pagi juga mas Iyan" sahut Ayrin."Kita tidur lagi ya ?" Ajak Briyan, karena matanya masih terasa ngantuk dan belum bisa diajak kompromi."Mas aja yang tidur ya ? Aku ke dapur dulu buatin sarapan untuk kita""Enggak usah buat sarapan, kamu temani aku tidur ya ?" Bujuk Briyan, dengan mata yang terpejam sambil melingkarkan satu tangan kekarnya di pinggul Ayrin."Tapi mas...." Protes Ayrin."Nanti kita sarapan di luar saja sayang. Aku masih ngantuk, kita tidur 30 menit lagi ya ?" Bujuk Briyan Sementara di kama
Read more
Bab. 36 Ayrin aku mencintaimu
Briyan mengusap layar ponselnya untuk menerima panggilan "iya Deny" sahut Briyan"Apa kakak masih di rumah sakit ?" Tanya Deny dengan nada sedikit meninggi"Ya" sahut singkat Briyan"Tunggu aku di sana, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kakak""Apa kamu ingin bicara tentang Sarah ? Jika ingin bicara tentang Sarah, sebaiknya kamu tidak perlu menemui aku" todong Briyan."Aku tidak peduli dengan Sarah, aku hanya peduli dengan kak Ayrin" bantah Deny"Ayrin ? Cepatlah kemari, aku menunggumu" desak Briyan. Semangatnya kembali hidup saat mendengar nama AyrinBriyan dan Deny bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari rumah sakit. Pria tampan itu memijat keningnya saat mendengar apa yang dikatakan Deny kepadanya. Ia sungguh tidak percaya kalau Ayrin secepat ini mengajukan perceraian ke pengadilan agama."Tolong bantu aku" Briyan memohon kepada Deny, ia belum siap berpisah dengan Ayrin. Ia baru memulai menjalin rumah tangg
Read more
Bab 37. Aku tidak bisa janji
Cuaca yang mendung menyambut Ayrin di pagi hari, ia menyandarkan kepalanya ke kaca sambil menatap orang yang sedang berenang di bawah sana. Satu malam ini ia tidak bisa tidur karena memikirkan proses perceraiannya dengan Briyan. Untuk menyandang status sebagai janda, itu tidaklah mudah, tetapi untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Reyhan sungguh lebih rumit lagi, ia tidak akan sanggup jika harus tinggal satu atap dengan Sarah. Ayrin sudah membulatkan keputusannya untuk mengakhiri rumah tangganya. Apa pun yang dikatakan Pamela kepadanya, ia siap untuk menerima. Suara dering ponsel menyadarkan Ayrin dari hayalannya, ia menyeka air mata dari pipi mulusnya. Baru saja ia memikirkannya, tetapi orang itu sudah menghubungi. "Hallo" sahut Ayrin setelah mengusap layar ponselnya. *Ayrin kamu di mana ?* Suara bariton dari seberang sana "Aku di apartemen Deny" sahut Ayrin dengan santai *Aku mohon, maafkan aku Ayrin. Aku tidak mau berpisah dengan kamu
Read more
Bab 38. Ayrin apa kamu sudah memiliki pacar
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, Ayrin sedang mengemas barang-barangnya dan masukannya ke dalam tas kantornya. Saat ia membuka pintu, matanya langsung bertemu dengan mata indah Rehan. Pria tampan itu sudah menunggunya di depan pintu."Pak Rehan" ucap Ayrin "Sore ini kamu ada kesibukan enggak ?" Tanya Reyhan."Hm.... enggak ada, emang kenapa pak ?" Ayrin balik bertanya"Aku ajakin kamu minum kopi" sahut Rehan dengan senyum seribu pesona."Tapi aku enggak suka kopi" tolak Ayrin, sebenarnya Ayrin sangat suka dengan kopi, tetapi ia sengaja agar Rehan merasa kesal."Di sana tidak hanya ada kopi, tetapi masih banyak menu minuman lainnya. Nanti kamu bisa pilih sendiri mana yang kamu suka" jelas Rehan "Heheheh" Ayrin terkekeh "aku suka kopi kok, sewaktu di kampung, hampir setiap hari aku minum kopi bersama ibu dan ayah" wajah Ayrin berubah menjadi sedih, karena teringat kepada almarhum ibu dan ayahnya."Jangan sedih dong" bu
Read more
Bab 39. Mungkin kamu sedang mengandung anak kita
Kring...kring....kring.... Suara nyaring ponsel Ayrin di pagi hari.Ayrin membuka matanya dengan malas, tangannya meraba ponsel miliknya yang terletak di atas meja kecil di samping tempat tidur. Matanya membulat saat melihat nama yang muncul di sana *mama* ucap Ayrin. Ia bangkit dari tempat tidur lalu mengusap layar ponselnya"Hallo ma" sapa Ayrin dengan lembut."Iya sayang, kamu di mana ?" Tanya Pamela"UM...aku lagi di rumah ma, ada apa ma ?" Tanya Ayrin, ia sengaja berbohong agar Pamela tidak curiga."Mama tahu kamu saat ini tidak di rumah" todong Pamela.  "Itu sebabnya mama menghubungi kamu. Hari ini juga mama akan ke Indonesia, mama berharap saat tiba di rumah, kamu ada di sana menyambut mama" lanjut Pamela.Ayrin sulit untuk menelan salivanya, ia jadi gugup karena Pamela mengetahui kalau ia sedang berbohong "ba...baik mama" jawab Ayrin "Kalau begitu, mama tutup teleponnya dulu. Bye sayang" "Bay mama" bala
Read more
Bab 40. Cukup, aku tidak butuh penjelasan kamu
Waktu menunjukkan pukul 8 malam saat mobil Hendrik tiba di kediaman Barata. Sarah yang duduk santai di teras bersama Briyan, langsung menyambut Pamela. Dengan tidak tahu malu, ia meraih tangan Pamela dan menciumnya."Selamat datang mama" ucap SarahPamela tidak menjawab sapaan Sarah, ia hanya menarik tangannya dengan kasar dari genggaman Sarah. Ia juga tidak menerima jabat tangan dari anaknya Briyan. "Mama" panggil Briyan sambil mengikuti langkah ibunya dari belakang bersama Sarah."Selamat datang nyonya" sapa pelayan Riana dengan ceria."Iya bi" sahut Pamela dengan ramah "oh iya bi, Ayrin belum datang ya ?" Lanjutnya."Sudah nyonya. Beliau sudah datang sejak tadi siang, mungkin saat ini sedang istirahat di kamar. Sebentar saya panggilkan dulu nyonya" ucap Riana. Ia melangkah menaiki anak tangga menuju kamar Ayrin yang berada di lantai dua.Tok...tok...tok.... Riana mengetuk pintu kamar Ayrin *Iya, masuk* suara dari
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status