"Azka, mau tambah ikan, Nak? Mama buangkan durinya, ya," kataku selembut mungkin sambil menggeser kursi mendekati putraku. "Terima kasih, Mama. Sudah cukup ikannya." Bahasa formal Azka membuatku sakit hati. "Ini enak lho, Nak … bagus juga buat pertumbuhan otak kamu." Aku ingin menunjukkan pada anak itu kalau dirinya memiliki ibu yang cerdas dan tahu banyak hal. Dia harus mengenalku lebih baik dari Kak Enjang yang hanya istri ayahnya yang lain. Tak kupedulikan banyak tatapan mata di ruangan ini. Tak ada yang salah dengan seorang ibu yang memberikan perhatian pada anak di meja makan. "...." Kulihat kekiri dan kanan. Tak ada yang bersuara dan Azka kembali fokus pada piring di depannya. Aku berbisik ke telinganya. "Isi piringmu banyak yang pindah ke sana, bagaimana kalau isi piring Mama kupindahkan padamu?" tanyaku sambil melirik anak perempuan yang berada tepat di sampingku. "Maaf, Azka diajari tidak banyak bicara saat makan." "...." Aku terdiam dengan wajah kecut. B
Last Updated : 2022-02-14 Read more