Semua Bab Undesirable Wedding: Bab 11 - Bab 20
39 Bab
Posesif
Mobil berhenti di carport rumah minimalis itu. Alya keluar lebih dulu tanpa menunggu Dean. Namun, dia tidak bisa masuk ke rumah karena ternyata pintunya dikunci. Sementara Dean baru turun dari mobil. Sambil berjalan pria itu terus menatap istrinya dengan tatapan yang cukup tajam. Dean masih emosi dengan tingkah Alya. Wajah istrinya itu memang cantik, tapi kelakuannya membuat kepalanya hampir pecah. Sebagai seorang lelaki yang kodratnya suka melihat pemandangan yang indah-indah dari lawan jenis, Dean juga suka seperti kebanyakan pria lain, tapi tidak untuk perempuan yang statusnya ada hubungan dengannya. Dari dulu dia sangat mewanti-wanti kedua adiknya dalam berpakaian. Meski mereka tak berjilbab, tapi mereka menurut dengan memakai pakaian yang sopan. Dan ini, perempuan yang di mata hukum dan agama sah sebagai istrinya malah pamer body di depan semua orang. "Gua nggak suka lo kayak tadi." ucap Dean saat mereka melangkah ke dalam. Dia tak menu
Baca selengkapnya
Oh Dian
Setelah bersitegang beberapa menit perihal galon air minum. Akhirnya Dean mengantar Alya dengan mobilnya. Dean menunggu istrinya itu di parkiran minimarket. Pria tersebut memang tidak ikut masuk. Katanya, dia tidak suka belanja. Apalagi untuk kebutuhan rumah tangga. Rumah tangga? Ia mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus. Menyulut dengan korek api dan menghisapnya. Dean menikmatinya, hanya rokok yang bisa menghilangkan kepenatan. Terkadang masih belum percaya jika kini dia sudah menikah. Sudah menyandang gelar sebagai seorang suami hanya demi membahagiakan sang ibu. Bahkan dalam hatinya saja masih dipenuhi oleh Dian. Gadis manis yang sudah menolaknya mentah-mentah. Menyender pada badan mobil di bagian samping pintu kemudi. Menghisap asap rokok melalui mulut dan ia keluarkan lewat hidung. Sambil kedua matanya melihat ke arah jalan raya yang dilalui banyak kendaraan. Tak lama, ada sebuah mobil putih yang berbelok memasuk
Baca selengkapnya
Bab Tigabelas
"Wah pengantin baru sumringah banget nih."Setibanya di lobby kantor, Dean langsung disambut oleh Raka. Sahabatnya itu meringis, memamerkan giginya yang rapi. Entah menertawakan pernikahannya atau benar-benar ikut bahagia."Hmm." gumam Dean membalas singkat. Ia jalan terus melewati tempat Raka berdiri."Asem."Umpatan Raka masih bisa didengar jelas olehnya. Dean tak mau ambil pusing. Ini adalah hari pertamanya bekerja seusai mengambil cuti selama sepuluh hari. Dia tidak mau moodnya hancur hanya karena Raka.Kejadian tempo hari masih terekam jelas di otaknya. Saat ia mengantar Alya ke minimarket dan malah bertemu Dian di sana. Adik sahabatnya itu tampak bukan seperti Dian yang biasanya. Dian yang baik, ceria dan murah senyum berubah menjadi gadis super jutek. Dan sialnya, walaupun begitu masih tetap saja bisa menggetarkan hatinya."Rasanya nggak pakai karet gimana?"Setelah menekan tombol lift, Dean menoleh. Mendapati Raka yang sudah m
Baca selengkapnya
Ombrophobia
Plak."Bau banget ih, sumpah." cerca seorang perempuan yang baru saja membuka kedua matanya. Ia pukul lengan berotot yang menjadi bantalnya semalam suntuk. Tidur miring menghadap ketiak sang suami.Dean mencebik. Bisa-bisanya Alya berkata seperti itu. Yang membuatnya tidak mandi adalah Alya sendiri. Istrinya itu yang tak mau ditinggal bahkan hanya untuk mengambil minum. Kalau sekarang saat mereka bangun tidur dalam keadaan bau badan yang menusuk, siapa yang harus disalahkan? Bukankah kesalahan memang berada pada Alya?"Nggak usah teriak bau kalau lo sendiri juga bau." balas Dean enteng. Ia mencoba menggerakkan lengannya yang kaku. Entah sudah berapa kali ia kesemutan sejak semalam. Alya yang lama-kelamaan tertidur membuatnya tak tega jika ingin membangunkan.Alya yang sudah dalam posisi duduk di tengah ranjang itu hanya mengembuskan napas pendek. Ia menoleh kepada Dean yang masih berbaring miring. Agak meringis karena bagian ranjang yang ditiduri lelaki i
Baca selengkapnya
Lima Belas
Alya[Gue udah pulang. Nggak usah dijemput.]Dean mengantongi ponselnya lagi sebelum naik ke mobil. Entah mengapa setelah membaca pesan dari Alya membuatnya jadi lesu. Dia sudah berjanji akan menjemputnya, tapi Alya malah sudah pulang duluan. Rasa sesaknya hampir sama seperti saat ditolak Dian.Sebelum menghidupkan mesin mobil, pria itu merogoh saku celananya lagi. Mengambil ponsel dan mengetik beberapa kata untuk dikirimkan kepada Alya. [Mau makan apa?]Begitu tulisnya ketika ide pertanyaan lain muncul di otak. Sambil menunggu balasan, ia memutar kunci.Alya[Gua udah beli makanan. Lo nggak usah beli.]Seulas senyum Dean tanpa sadar terukir. Istrinya sore ini lumayan manis. Dia lalu menarik tuas transmisi. Kemudian melaju pulang.×Sampai di rumah, Dean langsung masuk. Di meja makan ia dapati sudah ada kantong makanan dari restoran cepat saji. Pria itu mendesah pelan. Dia tak begitu suka dengan ayam goren
Baca selengkapnya
Sampul Seorang Dean
Dean menarik napasnya dalam-dalam kemudian mengembuskannya dengan cepat. Ini adalah hari ke-empat dia tak mendapati Alya ada di rumah setelah pulang dari kantor. Istrinya itu memang sudah bilang akan lembur. Katanya sedang ada banyak pekerjaan di kantornya. Namun, Dean menangkap ada sesuatu yang aneh dari diri Alya. Mereka memang sering adu mulut. Pertikaian sudah menjadi hal biasa di dalam keseharian mereka, tapi pertikaian terakhir tentang Dean yang menyebut nama Dian saat tidur memang tidak bisa dianggap biasa saja. Dean merasa Alya seperti menghindarinya sejak hari itu. Dia bukannya terlalu percaya diri, tapi memang gelagat Alya yang berbeda sudah terlihat dengan nyata.Meremas rambutnya dengan kasar. Dean merasa frustasi. Keadaan seperti ini terasa sangat menyesakkan dada. Biasanya setelah bertengkar mereka akan akur lagi tanpa menunggu hari berganti. Namun, ini sudah empat hari dan itu sudah termasuk lama. Dia tak suka diacuhkan oleh Alya lebih lama lagi.Tak mau
Baca selengkapnya
Usil
"Akhirnya kalian pulang juga."Setiba di rumah, Dean dan Alya dibuat terkejut karena kedatangan Ibu Lis dan Lintang. Mereka berdua duduk menunggu di lantai teras."Bu." sapa Dean sembari mencium punggung tangan Sang ibunda. Diikuti oleh Alya yang melakukan hal sama. Keduanya lalu tersenyum cerah. "Kenapa nggak telpon dulu kalau mau kesini? Dean bisa jemput.""Sengaja biar jadi kejutan." jawab Ibu Lis sambil beralih kepada Alya. "Jam segini baru pulang kerja kamu, Al?" tanyanya saat memeluk menantunya itu sekilas.Di dalam pelukan ibu mertuanya, Alya mengangguk. Ia masih tersenyum palsu ketika pelukan itu terlepas. "Iya, Ma." jawabnya tak mau berbohong. Baju yang ia pakai sebenarnya sudah menjadi jawaban."Terus kamu, Mas?" Ibu Lis beralih kepada anaknya yang tengah membuka pintu.Dean menoleh ke arah Ibu dan istrinya. Pria itu menatap Alya sejenak sebelum berucap. "Habis jemput dia. Udah jelas kan, Bu." Lalu dia masuk begitu saja ke dalam ru
Baca selengkapnya
MR. Dean Edan
Beberapa saat Alya memilih diam. Ia biarkan saja sang suami mendekapnya erat. Dadanya bergemuruh kencang. Rasa yang sudah lama hilang itu kini kembali lagi menyapa hati. Tak jarang ia mengumpati dirinya sendiri. Mengapa ia bisa begitu mudah jatuh cinta kepada Dean?"Tolong jangan ngambek lagi." ucap Dean masih lirih.Hah... Ngambek... Bagaimana dia tidak kesal jika pria itu malah menyebut nama perempuan lain disaat mereka tengah bersama? Pria tersebut tentu tidak sadar ketika mengatakannya. Namun, telinga Alya juga sedang tidak mengalami gangguan. Hatinya merasakan sakit yang teramat dalam. Jika memang yang ada di pikirannya adalah Dian, mengapa dulu dia menawarkan pernikahan kontrak ini?Dimana pun laki-laki memang sama saja! Batin Alya."Gue minta maaf."Terhitung sejak malam setelah mereka pulang dari rumah sahabat pria tersebut. Dean memang sudah berulang kali memohon maaf. Lelaki itu juga sering mencandainya ketika mereka sedang ada di rumah.
Baca selengkapnya
Keracunan
Hari Kamis sore pukul lima kurang seperempat. Alya sampai di rumah setelah dari Bali. Wanita itu melambaikan tangan kepada sahabat-sahabatnya semasa SMA yang berada di taksi online. Lama tak bertemu nyatanya mereka masih cukup akrab. Alya memang sudah merencanakan ini jauh-jauh hari bahkan sebelum menikah dengan Dean.Ia dapati mobil Dean sudah terparkir rapi di carport. Menegaskan bahwa pria itu sedang ada di rumah. Alya lalu masuk sembari menggeret kopernya. Ada beberapa plastik pula yang berisi oleh-oleh.Sampai di ruang keluarga, Alya dibuat terkejut dengan keadaannya. Dia hanya pergi selama lima hari dan ruangan minimalis itu tak ubahnya sudah seperti kapal pecah. Cangkir bekas kopi dan piring kotor di atas meja tengah sofa. Ada kulit kacang yang berserak di lantai. Di meja makan juga ada sampah sterofoam bekas mie instan. Tak hanya satu, tapi sampai empat buah. Mungkin rumah ini akan jadi tempat pembuangan sampah jika Alya benar pergi selama seminggu.Tak
Baca selengkapnya
Saran Sesat
Dean[Gaes, cara biar bini nggak ngambek lama-lama gimana?]Akhirnya Dean meminta solusi kepada para sahabatnya di grup berbagi pesan. Meski sadar akan diolok-olok terlebih dulu, tapi dia sudah tak tahan akan kebisuan sang istri yang hampir satu bulan. Alya bukan tak bicara sama sekali. Wanita itu masih mau membalas ucapannya jika dirasa pembicaraan mereka penting. Namun, tak dipungkiri jika obrolan mereka lebih banyak tak pentingnya.Dean kadang mengajak Alya main ke rumah ibunya atau ayah Alya setiap akhir pekan. Bukan tanpa sebab, di sana Alya akan bersandiwara dan bersikap manis kepadanya. Alya akan tersenyum, menggandeng lengannya dan berpura-pura semua baik-baik saja.Raka[Udah berapa lama ngambeknya?]Lima menit kemudian baru ada balasan dari salah satu sahabat sekaligus bosnya di kantor. Raka Aditya Widjaya.Dean[10 jam]Pria itu tak mungkin jujur. Bisa turun kredibilitasnya dimata mereka semua. Jika tahu hal yang se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status