Semua Bab Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain: Bab 31 - Bab 40
110 Bab
Part 22 : Pulau Pribadi
"Nay, Erin kenapa kalian di sini?" Aku mendekati Nay dan Erin yang berada di lantai 2 rumah Danirmala.   "Kamu bermain dengan mereka sampai melupakanku!" ucap Erin ketus.   "Hahaha maaf, kalian semua cantik sekali jadi mana bisa aku menahannya,"   "Sayang, ayo ikut aku!" Nay menarik tanganku, lalu berteleport ke suatu ruangan. Ruangan yang berbeda dengan hotel yang ada di pohon Nay maupun asrama akademi, ruangan ini terlihat lebih sederhana. Udara yang aku rasakan lebih hangat dibandingkan udara gunung yang dingin dan juga ada aroma khas.   "Mmm bau ini, laut?"    "Iya, ini pulau pribadi milik kami," jawab Nay sambil membuka korden beserta jendela. Ada kolam di depan kamar yang dihadapkan langsung dengan pantai pasir putih dan air laut yang jernih. Karena bulan sedang bersinar terang, terlihat banyak sekali pulau karang di depan sana dengan jarak hanya beberapa puluh meter s
Baca selengkapnya
Part 22.5 : Bertemu Kembali dengan Lia
"Lia!?"   "Mesumm!" Lia malah menampar pipiku.   "Oh sakit ya? Maaf maaf," lanjutnya sambil mengusap-usap pipiku yang memerah karena ditamparnya.   "Dasar ini anak!" Aku sentil dia tepat di dahinya.   "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu menikah dengan bangsawan?"   "Sayang, kemarilah berendam, akan aku jelaskan!" teriak Noe yang sedang berendam di kolam.   "Pantas saja sampai melupakan aku, ternyata Ratu negeri ini yang jadi saingan!" Lia membuka ikatan kimonoku lalu menarikku masuk ke dalam kolam.   "Hahaha jadi kamu akan menyerah?" Noe   "Tentu tidak!" Lia langsung duduk di pangkuanku.   "Jadi sekarang jelaskan kepadaku!"   "Lihatlah apakah ada yang berbeda dari Lia?" ucap Noe.   "Untuk penampilan sih tambah cantik." Aku pegangi mukanya dan aku panda
Baca selengkapnya
Part 23 : Gua Cryostar
Setelah kedatangan Lia, kami di pulau pribadi beberapa hari. Karena aku jenuh, aku meminta mereka untuk jalan-jalan ke tempat lain. Aku diajak mereka semua untuk berkunjung ke kota Cryostar yang ada di dalam pegunungan Smabor. Kota para dwarf dan juga kota bawah tanah dan tambang terbesar di dunia ini. Kami berteleport di samping pegunungan Smabor, terlihat ada gerbang yang sangat besar dan juga rel kereta api.   "Keretanya digerakkan secara manual, karena tidak ada minyak bumi maupun batubara di dunia ini," ujar Nay seakan membaca pikiranku.   "Ada listrik kan? Ada sihir juga, kenapa tidak digunakan?"   "Kau kira kita tau cara bikinnya!" Noe ketus.   "Tidak ada yang bisa membuatnya, ada sihir Alkimia namun sangat susah di pelajari karena harus tau bahan, proses dan cara kerja benda yang akan dibuat," Nay   "Kalian bahas apaan? Violet, Nay, gantian lah! Kalian memeluk lengan Al t
Baca selengkapnya
Part 23.5 : Seleksi dwaft
Kami di arahkan menuju ruangan yang letaknya di bagian atas gua, ruangan yang lebih hangat dibandingkan dengan tempat awal. Atap ruangan ini berbentuk kerucut dan ada lubang di ujung atasnya. Mirip dengan joglo yang ada di ranting atas pohon Danirmala, di sini juga ada meja bundar yang lebar namun terbuat dari kristal.    "Kok udaranya hangat? Bukankah ini di dataran sangat tinggi, sebelumnya aku lihat bahkan ada salju di pucuk gunung," tanyaku.   "Ohh, ini memang di atas gunung, tapi di balik dinding ini ada magma." Jade menjawab sambil menunjuk ke dinding di sekitar.   "Ini gunung berapi!? Kalau meletus bagaimana?"   "Gunung yang sudah tidak aktif, itu di dinding juga ada penghalangmu yang menyelimuti," Erin.   "Penghalangku!?" Karena penasaran, aku berjalan mendekati dinding.   "Violet, hancurkan dinding ini!" perintahku kepada Violet, semuanya kaget
Baca selengkapnya
Part 24 : Oyen si Kucing Oren
Keesokan harinya, aku bangun kesiangan lagi namun masih ada Noe, Violet dan Nay di sisiku. Kemarin setelah Selen pergi, aku bertanya kepada mereka semua dan tidak mendapatkan jawaban apapun.    "Tumben yang bangun orangnya duluan, biasanya itunya duluan." Noe bangun dan segera berdiri sambil melepaskan kimononya. Dia berjalan ke arah kolam namun segera aku cegat.   "Kenapa!? Sama Violet atau Nay saja sana!" Noe ketus tapi tidak berusaha melawan.   "Kalau mau galak ya galak saja, tidak usah ikutan tsundere jadi-jadian,"   "Biarin, weekk!" Noe menjulurkan lidahnya dan langsung aku lumat.   ....   "Oiii Oyen, yuhuu kau di mana? Keluarlah!" Selen berteriak di tengah hutan yang sangat lebat. Hutan di benua Kalenex yang terkenal dengan hutan rimba dan dihuni oleh monster-monster mengerikan. Selen melompat dari batang pohon satu ke yang lainnya sambil melihat k
Baca selengkapnya
Part 24.5 : Bertemu Oyen
Kami sedang menuju ke tempat para Tribal yang berada di benua Kalenex. Sejauh mata memandang, hanya ada hutan yang sangat lebat dengan beberapa sungai besar. Aku, Noe dan Lia naik di atas punggung Violet dalam wujud naganya, sedangkan Noa ada di lehernya sambil berpegangan di tanduk milik Violet. Erin, Nia dan Nay terbang di samping kami, Nay karena dia Roh pohon jadi dengan mudah mengubah tubuhnya sesuai keinginan.    "Kok tidak terasa hembusan angin?" tanyaku karena tidak merasakan hembusan angin, padahal kami terbang dengan kecepatan yang cukup tinggi.   "Ada sihir angin milikku dan juga pelindungmu yang menyelimuti kita," jawab Noe yang berada di depanku, sedangkan Lia ada di belakangku sambil memeluk tubuhku.   "Tinggi banget." Lia menelukku erat karena takut akan ketinggian.   "Lia, jangan banyak gerak! Aku juga takut ketinggian." Aku reflek memeluk Noe karena sedikit terhuyung ke samping.
Baca selengkapnya
Part 25 : Suku Pedalaman
Ternyata, kami sudah disambut oleh kepala suku beserta ratusan warganya. Mereka berada di depan rumah masing-masing, tapi ada juga yang berada di jembatan. Pakaian yang dikenakan mereka berupa anyaman dengan motif yang berwarna kuning, merah dan dominan hitam. Mereka juga memakai ikat kepala yang dihiasi oleh bulu burung rangkong. "Selamat datang di desa kami Yang Mulia!" Seorang pria memakai ikat kepala yang lebih meriah daripada yang lainnya, dia berlutut dan diikuti oleh warga yang lainnya. Rasdh namanya, pria yang seumuran paman Bob.  "Bagus sekali sambutanmu Rasdh," puji Noe. "Terima kasih banyak atas pujiannya Yang Mulia dan juga selamat atas kebangkitan kembali Paduka Al,"  "Selamat atas kebangkitan kembali Paduka!" semua orang mengulangi kalimat yang diucapkan oleh Rasdh. "Terima kasih banyak," jawabku. "Silahkan menuju ke ruang aula." Rasdh
Baca selengkapnya
Part 25.5 : Ahli Sihir di Pedalaman
"Mereka menggunakan senjata sumpit ya? Apa efektif untuk perang skala besar?" tanyaku kepada Noe yang tiduran dengan bantalan pahaku bersama Nia.   "Nanti biar aku latih barengan dengan pasukan Elfit," jawabnya santai.   "Elfit?"   "Pasukan elite dari para elf kemarin, ada juga assasin superior unit atau pasukan ASU yang dipimpin oleh Selen," jawab Nay sambil menyuapiku.   "Ohh, pantes mereka sangat kuat, kalian latih langsung?"    "Iya, untuk pasukan ASU ada banyak juga manusia yang masuk. Mereka bisa melalui latihan keras dari Noa dan Violet," sahut Erin yang duduk di depan kami bersama Lia.   "Termasuk aku, manusia yang bisa lolos dari siksaan guru." Lia mengangkat tangan.   "Mantap!" Aku acingkan jempol.   "Bagus sih, hanya sedikit tapi sangat kuat," lanjutku.   "Nanti kau marah kalau pas
Baca selengkapnya
Part 26 : Para Pahlawan
Istana Kerajaan Borlal Ratusan ribu pasukan telah dikumpulkan, mereka sudah bersiap untuk berangkat menuju benua Danirmala. Atas perintah dari Raja Februtus dan juga Pendeta Hiu Hiulus, para pahlawan mendapat mandat untuk memimpin pasukan. Ada Joko Satoru dengan senjata 2 buah shot gun, Alex dengan senapan runduk atau sniper, Des dengan pedang yang bisa memanjang seperti cambuk dan Priest bernama Mia sebagai support. Masing masing dari mereka memimpin 50 ribu pasukan dan Mia bersama pasukan penyembuh sebanyak 10 ribu orang saja. Tidak hanya itu, ada juga pasukan penyihir sejumlah 20 ribu orang dan juga pasukan penyihir dari gereja suci kurang dari 10 ribu orang. Di belakang pasukan, ada 4 buah meriam yang cukup besar. Meriam dengan moncong seperti laser dan di tengahnya ada kristal sihir yang ukurannya sebesar ban mobil.  "Meriam apa itu?" tanya Alex sambil mendekat ke arah Joko, mereka sedang berada di depan pasukan yang amat banyak it
Baca selengkapnya
Part 26.5 : Bertambahnya Harem Al
Rumah Danirmala di kota Mala Al berada di rumah sendirian, dia ditinggal oleh para Ratunya yang sedang sibuk mempersiapkan perang yang akan datang. Karena Al belum mendapatkan ingatannya kembali, dia lebih memilih untuk tidak ikut campur terlebih dahulu. Sebenarnya alasan terbesar Al tidak ikut campur bukan tidak paham tapi karena dia males. Alasan yang cukup untuk disetujui para Ratunya, tapi mendapat sedikit perdebatan dengan Noe sang Ratu elf.  Al hanya berendam saja di kolam air hangat dan mulai merasa bosan, dia kemudian berencana untuk berkeliling kota yang ada di sekitar kota Mala. Padahal Al tau kalau dia tidak sendirian, ada Selen yang berada tidak begitu jauh dari Al untuk mengawasinya.  "Oi Selen!" teriakku yang masih berendam di dalam kolam. "Ahhh papa sudah menyadari keberadaanku." Selen langsung muncul di pinggir kolam, dia malah membuka pakaiannya. "Mau n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status