Semua Bab Jerat Cinta Tuan Vampire: Bab 21 - Bab 30
154 Bab
Memulai Penyerangan
"Dimana pria tua itu Michael?"  "Dia ada di hotel ini Tuan. Menurut orang kita, dia sedang menunggu kesempatan untuk membawa Nona Suci pergi dari sini." Rey mengangguk sambil mengusap dagu runcingnya. "Apa dia membawa kaumnya yang lain?"  "Setahuku dia selalu punya bantuan dadakan jika sedang bepergian jauh dari kerajaannya seperti kejadian di kantor tempo hari. Kita harus selalu bersiap dengan segala kemungkinan yang ada Tuan."  Pria berambut putih itu terdiam dengan sejuta rencana di otaknya. Rey harus memastikan hari ini berjalan dengan baik, dan dia bisa berhasil menghabisi salah satu pemimpin kaum hitam tersebut. Rey akan menyerang pemimpin itu bersama dengan Olympus ayahnya. Mereka tinggal menunggu tengah malam untuk melancarkan aksi bersama ini. "Apa Suci baik-baik saja?" tanya Rey lagi dengan wajah yang berubah sendu. 
Baca selengkapnya
Debu Hitam
Hampir lima menit menghabisi kaum hitam yang ada dengan mudah, Olympus mengajak anaknya keluar dari sana. "Ayo, kita harus ke kamarmu sekarang Rey. Dia pasti akan pergi menemui Suci."  Rey bersama Olympus melayang secepat mungkin menuju presidential suite di mana Suci masih tertidur sampai saat ini. Mereka tiba dan mendapati Michael tengah menghadapi kaum hitam bersama Klan mereka yang juga berjaga di sana. Pintu kamar Suci berada pun sudah terbuka, Rey bergegas masuk dan melihat Tuan Heinze sedang berdiri di atas tubuh wanitanya. Pria tua itu tampaknya sedang menghisap aura positif dari tubuh Suci untuk menambah kekuatannya menghadapi Rey dan Olympus. Tuan Heinze tidak menyangka kalau ayah dan anak itu akan secepat ini datang ke kamar Suci di saat dia bahkan belum berhasil menyentuh wanita itu. "Brengsek!" Rey berlari dengan marah, menerjang Tuan Heinze
Baca selengkapnya
Tidak Percaya
Suci membuka perlahan kedua matanya dengan rasa sakit hampir di sekujur tubuhnya. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya, dengan luka perih di leher. Apa yang terjadi? Kenapa badanku sangat sakit?  Sekilas ingatan Suci tentang kejadian mengerikan yang menimpanya kemarin terlintas di pikirannya. Bulu kuduk Suci meremang, dengan rasa takut luar biasa dihati. "So-sosok itu? Apa itu benar?"  "Dia memang benar Suci…." Rey datang, mendekati wanitanya di atas ranjang. "Pa-pak Rey?" sahut Suci lemah. "Maaf membuatmu terluka lagi Suci." Wanita berambut panjang itu mengernyit. "Apa maksudmu, Pak?"  Rey meletakkan tangan ke dahi Suci, membuka pikiran istrinya yang selama ini dia tutup, untuk memberikan sugesti kalau apa yang mereka alami dan lewati bukanlah sebuah mimpi. Manik mata coklat tua
Baca selengkapnya
Permainan Lidah
"Jangan lukai dirimu lagi Suci. Kamu tahu kalau aku tidak mengizinkanmu terluka sedikitpun. Tunggu disini, aku akan mengambilkan obat untukmu."  Suci menatap atasan sekaligus suaminya berjalan ke arah lemari di dekat mereka. Pria itu membungkus jari telunjuknya persis seperti yang pernah dia lakukan tempo hari di kantor. "Jadi ini memang bukan mimpi?" tanyanya lagi masih belum percaya. "Iya Suci, ini bukan mimpi. Kamu adalah ratu di kastilku dan juga ratu di Klan kami."  "Tapi ... bagaimana mungkin? Kalian hanya cerita tidak masuk akal yang sengaja dibuat orang jaman dulu untuk menakut-nakuti anak-anak, bukan? Lalu kenapa kalian bisa benar ada?"  "Kami memang ada sejak dulu, kami hidup dan membaur dengan kaum kalian manusia. Selama berabad-abad kami bersembunyi tanpa diketahui keberadaannya. Kamu adalah manusia pertama yang tahu keberadaan kami."  
Baca selengkapnya
Melamar
"Kamu yakin ingin mengantarkan aku pulang Rey?" tanya Suci saat keduanya tengah menikmati makan siang bersama di kastil Raja Vampire itu. "Kenapa memangnya?"  "Aku ... aku tidak mau mommy menanyakan hal yang tidak-tidak lagi padaku seperti tempo hari."  Rey mengernyit. "Memangnya apa yang mommy tanyakan?"  "Mommy?"  "Iya, mommy. Dia juga akan menjadi ibuku, bukan?" Suci tersipu mendengar ucapan pria itu, bahkan Rey saja sudah memanggil ibunya dengan sebutan tersebut sebelum mereka bertemu, pikirnya. "Iya, kamu memang benar." Rey tersenyum, mengusap sudut bibirnya dengan serbet. "Katakan apa yang mommy tanyakan waktu lalu padamu." "Dia hanya menanyakan kalau aku sudah punya pacar atau belum Rey," sahut Suci malu-malu. "Lalu … apa yang kamu jawab?" tan
Baca selengkapnya
Tidur Disini
"Kamu serius ingin menikah dengan atasanmu Suci?"  Wanita berambut hitam panjang itu duduk di depan orang tuanya sendirian setelah Rey meminta izin pulang.  Namun tidak, pria itu masih ada di sana, mendengarkan pembicaraan keluarga wanita yang dia cinta, bersembunyi di balik dinding ruangan. "Aku-" "Apa dia mengancammu dengan sesuatu?" potong Charlie cepat. "Tidak, Dad. Rey pria yang baik, dia tidak mungkin melakukan itu padaku," sahut Suci membela suaminya "Lalu kenapa dia datang kesini begitu tiba-tiba dan berkata ingin melamarmu? Daddy hanya—" "Dad, Rey benar-benar serius padaku." potong Suci menatap cinta pertama di hidupnya dalam. "Lagipula, aku juga mencintainya … aku juga ingin berada di dekatnya, Dad. Meski ini terbilang sangat cepat, tapi perasaan dihatiku tidak bisa berbohong. Aku mema
Baca selengkapnya
Cibiran Fourd
"Kau ingin mommy dan Daddy bertemu dengan keluarga mate-mu Rey?" "Iya, Mom. Aku ingin melamar Suci dan menikahinya secara resmi. Aku tidak mungkin membawa istriku begitu saja dari keluarganya."  Clara mengangguk mengerti dengan maksud anak laki-lakinya. Keluarga Raja Vampire itu sedang duduk menikmati makan malam bersama di kastil Olympus. "Jadi kau benar-benar ingin menjadikan manusia itu sebagai pendamping dan ratu di kerajaan Klan kita Rey?" Fourd duduk di depan adik tirinya dengan pandangan mata mengejek. "Benar, Suci adalah wanita yang paling tepat untuk mendampingiku," sahut Rey tidak peduli dengan tatapan Fourd padanya. "Lalu bagaimana dengan Klan kita? Kau ingin Klan kita terus hidup dalam rasa ketakutan karena serangan kaum hitam? Suci adalah manusia, jika kau membawa dia ke sisimu. Dapat dipastikan kalau kaum hitam akan terus menyerang Klan kita sampai berhasil men
Baca selengkapnya
Aku Mau
Tepat pukul delapan malam, keluarga Rey tiba di rumah Suci yang disambut oleh kedua orang tuanya. Ketiga orang itu datang menggunakan baju normal layaknya manusia. Hampir saja Olympus melayang masuk ke dalam rumah Suci saat dipersilahkan masuk oleh Susi. "Selamat datang di rumah kami," sapa wanita itu sopan. Susi mempersilahkan Clara dan juga Olympus duduk di ruang tengah bersama Rey. Keluarga calon suami anaknya tampak dingin dengan kulit yang sama pucatnya dengan Rey.  "Maaf jika kami terlambat." Clara membuka suara berusaha terlihat normal. "Tidak apa-apa, kami mengerti mungkin tuan dan Nyonya sedikit sibuk hari ini."  Clara mengangguk dan tersenyum lembut. Wanita itu tampak memperhatikan isi dalam rumah keluarga Suci, menantunya. Sederhana dan hangat, penilaian pertamanya pada rumah seorang manusia yang sontak membuat Clara
Baca selengkapnya
Kaget
"Apa? Kamu akan menikah dengan tuan Rey?" Olivia memekik kaget di dalam sebuah restoran cepat saji dekat rumah Suci. Dua wanita itu sedang duduk menikmati hari libur Olivia yang kebetulan sedang mengambil cuti selama satu minggu kedepan. "Kamu tidak perlu berteriak begitu, Liv…." Suci menutup wajahnya, malu menjadi pusat perhatian beberapa orang di sana. "Aku tidak menyangka kamu akan lebih dulu menikah Suci … aku sangat iri padamu," sahut teman kerjanya setengah merengek. "Tidak perlu iri, kamu juga pasti akan secepatnya menikah dengan Joseph…."  Olivia mendengus, tidak yakin dengan ucapan Suci. "Kalau dia memang mau menikah denganku, sudah lama Joseph melamarku Suci. Hubungan kami hanya begini saja sejak dulu. Aku tidak yakin kalau dia memang serius ingin terus bersama denganku."  "Jangan berpikir begitu, Liv. Mungkin saja Jos
Baca selengkapnya
Menikah
Gaun panjang berwarna putih dengan detail rumit di dada sampai ke pinggang, melekat indah di tubuh ramping Suci. Wanita itu tengah bersiap di dalam ruang ganti pengantin ditemani ibunya Susi. Sejak tadi wanita paruh baya itu tidak berhenti menangis, terharu dengan hari bahagia anak perempuannya. "Kamu cantik sekali Sayang," puji Susi mengusap sudut matanya. "Mommy juga sama cantiknya hari ini…," balas Suci memuji wanita yang sudah melahirkannya itu. "Mommy jadi ingat gimana dulu nikah sama Daddy kamu Suci. Gaun yang kamu pakai hampir mirip dengan gaun mommy juga." "Benarkah?" Susi mengangguk. "Pasti mommy cantik sekali hari itu." Susi tertawa mendengar pujian yang entah keberapa kali diucapkan oleh anaknya. Ibu dan anak itu sedang memuji satu sama lain hingga Charlie masuk ke dalam.  "Apa aku ketinggalan s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status