Tepat pukul delapan malam, keluarga Rey tiba di rumah Suci yang disambut oleh kedua orang tuanya.
Ketiga orang itu datang menggunakan baju normal layaknya manusia. Hampir saja Olympus melayang masuk ke dalam rumah Suci saat dipersilahkan masuk oleh Susi.
"Selamat datang di rumah kami," sapa wanita itu sopan.
Susi mempersilahkan Clara dan juga Olympus duduk di ruang tengah bersama Rey. Keluarga calon suami anaknya tampak dingin dengan kulit yang sama pucatnya dengan Rey.
"Maaf jika kami terlambat." Clara membuka suara berusaha terlihat normal.
"Tidak apa-apa, kami mengerti mungkin tuan dan Nyonya sedikit sibuk hari ini."
Clara mengangguk dan tersenyum lembut. Wanita itu tampak memperhatikan isi dalam rumah keluarga Suci, menantunya.
Sederhana dan hangat, penilaian pertamanya pada rumah seorang manusia yang sontak membuat Clara
"Apa? Kamu akan menikah dengan tuan Rey?" Olivia memekik kaget di dalam sebuah restoran cepat saji dekat rumah Suci.Dua wanita itu sedang duduk menikmati hari libur Olivia yang kebetulan sedang mengambil cuti selama satu minggu kedepan."Kamu tidak perlu berteriak begitu, Liv…." Suci menutup wajahnya, malu menjadi pusat perhatian beberapa orang di sana."Aku tidak menyangka kamu akan lebih dulu menikah Suci … aku sangat iri padamu," sahut teman kerjanya setengah merengek."Tidak perlu iri, kamu juga pasti akan secepatnya menikah dengan Joseph…."Olivia mendengus, tidak yakin dengan ucapan Suci. "Kalau dia memang mau menikah denganku, sudah lama Joseph melamarku Suci. Hubungan kami hanya begini saja sejak dulu. Aku tidak yakin kalau dia memang serius ingin terus bersama denganku.""Jangan berpikir begitu, Liv. Mungkin saja Jos
Gaun panjang berwarna putih dengan detail rumit di dada sampai ke pinggang, melekat indah di tubuh ramping Suci.Wanita itu tengah bersiap di dalam ruang ganti pengantin ditemani ibunya Susi. Sejak tadi wanita paruh baya itu tidak berhenti menangis, terharu dengan hari bahagia anak perempuannya."Kamu cantik sekali Sayang," puji Susi mengusap sudut matanya."Mommy juga sama cantiknya hari ini…," balas Suci memuji wanita yang sudah melahirkannya itu."Mommy jadi ingat gimana dulu nikah sama Daddy kamu Suci. Gaun yang kamu pakai hampir mirip dengan gaun mommy juga.""Benarkah?" Susi mengangguk."Pasti mommy cantik sekali hari itu." Susi tertawa mendengar pujian yang entah keberapa kali diucapkan oleh anaknya.Ibu dan anak itu sedang memuji satu sama lain hingga Charlie masuk ke dalam."Apa aku ketinggalan s
"Terima kasih sudah datang, Liv. Semoga kalian bisa secepatnya menyusul." Suci menerima jabatan tangan teman sekerjanya yang memberi selamat untuk dia dan Rey.Olivia datang bersama Joseph kekasihnya malam itu. Suci sengaja bersuara demikian di depan pria yang diketahuinya senang bercanda itu, sebagai pertanda kalau mereka sebenarnya sudah cukup lama berpacaran."Terima kasih doanya Suci," sahut Olivia tersenyum puas.Setidaknya Suci sudah mengungkapkan apa yang dia rasa pada Joseph secara tidak langsung, pikirnya.Pria yang sedang disinggung itu hanya diam, ikut tersenyum bersama kekasihnya. Entah dia merasa atau tidak, tapi yang pasti Olivia berharap setelah ini Joseph mau memastikan hubungan mereka nanti."Kalian akan langsung pergi?" Susi datang mendekati anak dan menantunya saat Olivia pulang."Iya, Mom. Penerbangannya satu jam lagi." sahut Suci melihat
Selesai makan malam, Rey menggendong Suci ke atas ranjang kamar hotel. Masih sama saat malam pertama mereka sebagai pasangan Raja dan Ratu Vampire baru, kamar mereka dipenuhi dengan kelopak bunga mawar merah yang disebar di atas ranjang maupun lantai kamar.Entah apa maksud bunga-bunga ini berada di sana, namun bau yang dihasilkannya benar-benar sangat wangi memenuhi kamar mereka."Apa aku boleh menyentuhmu My Lady?" Rey sudah berbaring di samping Suci yang gugup."Haruskah kamu menanyakan itu padaku Rey? Kamu membuatku sangat malu sekarang…," jujur Suci.Rey tersenyum, mengatur rambut istrinya ke belakang telinga. "Aku merasa, aku harus bertanya padamu sebelum aku menyentuhmu. Aku tidak mau kejadian tempo hari terulang kembali."Suci diam, mengingat bagaimana dia sadar ketika Rey mulai menyentuhnya saat itu.Masih jelas dalam ingatan Suci,
"Selamat pagi My Lady…." Suara bariton Rey terdengar menggema di telinga Suci.Wanita itu mengerjapkan mata berulang kali, hingga terlihat wajah tampan suaminya yang tengah tersenyum hangat menatap Suci."Kamu sudah bangun?" tanya Suci dengan suara khas bangun tidur."Iya, aku menunggu kamu sejak tadi."Suci mengernyitkan dahi. "Kenapa menungguku?""Karena aku ingin berlama-lama melihat wajah cantikmu saat sedang tidur My Lady. Aku menyukai wajah teduh dan damaimu," sahut Rey jujur.Suci tersenyum malu, menarik selimut yang menutupi tubuh polosnya. Masih pagi dan pria ini sudah menggombali dia? Rey benar-benar tahu cara membuat hatinya berbunga gumam Suci."Berapa lama kita akan berada di kota ini Rey?" tanya Suci mengalihkan pembicaraan mereka.Dia tidak ingin jantungnya semakin menggila di dalam sana ji
"Rey…," desah Suci dengan nafas yang tertahan.Pria itu tengah mencumbu tengkuk lehernya, mengusap punggung Suci yang setengah polos. Tangan kekar namun kasar itu menyapu hampir seluruh sudut tubuhnya, membuat Suci meremang seketika.Rey perlahan membuka pengait bra wanitanya, mencampakkannya begitu saja dan berpindah mencumbu bibir tipis Suci.Rey mendekap wanitanya dengan tubuh bagian atas Suci yang sudah polos. Dua ganjalan yang terasa lembut, menggelitik dada Rey yang bidang.Satu tangannya mulai mendaki menyentuh salah satu gundukan Suci yang menyembul, menantang jiwa kelelakiannya.Meremas itu dengan lembut, Rey memainkan ujung benda kenyal berwarna merah muda Suci dengan dua jarinya tanpa melepaskan pagutan bibir mereka.Dalam tekanan di dadanya yang semakin kuat diberikan Rey, Suci mendesah lagi dengan tubuh yang menegang. Hanya dengan remasan
"Kenapa kamu senang sekali menggigitku Rey?" tanya Suci belum lama bangun dari tidurnya yang cukup panjang."Karena aku harus melakukannya My Lady….""Kenapa?""Tahap akhir setiap Vampire selesai bercinta memang begitu. Kami harus meminum darah pasangan untuk memuaskan hasrat tertinggi kami.""Jadi, setiap kita selesai bercinta … kamu akan terus menggigitku seperti itu?" Rey mengangguk."Astaga … darahku pasti akan habis setelah ini," keluh Suci mengusap lehernya."Tentu saja tidak, kita tidak akan sering melakukannya jika kamu tidak mau. Aku tidak akan memaksa untuk itu….""Baguslah kalau begitu, aku bisa lebih tenang sekarang…," sahut Suci lega."Tapi, bukan berarti aku tidak akan menggigitmu lagi My Lady … aku masih tetap membutuhkan darahmu untuk energi dan kek
"Ambil ini…." Elish menyerahkan sebuah tongkat ke tangan Suci."Apa ini Grandma?""Tongkat yang akan kau gunakan hingga kau menjadi tua sepertiku. Tongkat ini akan menjadi lambang kekuatan dan statusmu di Klan kami."Suci menatap tongkat berwarna hitam yang masing-masing ujungnya terdapat emas, dengan kepala naga di atasnya. Tongkat itu hanya sebatas bahunya, namun terlihat sangat kuat dan pas dalam genggaman Suci."Kau bisa mengayunkannya ke kanan." Suci mengikuti arahan Elish dan mengayunkan tongkat itu ke arah yang dia katakan.Dalam sepersekian detik, pakaian yang dipakai oleh Suci berubah menjadi gaun panjang, dengan sebuah mahkota berlian di kepalanya.Wanita itu terlihat sangat menawan dengan gaun yang membungkus tubuhnya, menjuntai sampai ke bawah dengan jubah berwarna hitam.Suci terkejut melihat perubaha