All Chapters of Memikat Hati Pangeran Kelas: Chapter 21 - Chapter 30

140 Chapters

Bab 20 : Maaf

Hansa duduk sendirian di dalam kelas. Dia melihat pada bangku Kenzo yang berada cukup jauh di depannya. Bangku yang biasanya selalu terisi itu, kini kosong. Kenzo biasanya selalu berada di sana dan tidur. Namun kali ini, entah ke mana perginya laki-laki itu.  “Hahaha. Masa, sih?”  Hansa spontan melihat ke arah pintu kelas setelah mendengar suara yang tidak asing itu. Di sana, tampak Elvano dan Vindreya baru saja kembali dari kantin dan sekarang sedang membicarakan sesuatu yang sepertinya cukup mengasyikkan.  “El, ke ruang kesenian, yuk,” ajak salah satu siswa yang juga baru saja masuk ke kelas.  Elvano tampak senang dan langsung mengangguk semangat. Laki-laki itu kemudian melihat pada Vindreya.  “Vin, gue ke ruang kesenian dulu, ya. Em, entar pulang sekolah, mami gue jemput gue dan katanya mau mampir ke rumah lo. Gimana kalo
Read more

Bab 21 : Di Bawah Hujan

Kenzo melepas tasnya lalu meletakkannya di atas kepala Vindreya. “Pake.”  Laki-laki itu kemudian berjongkok di depan Vindreya dan membiarkan gadis itu naik lagi ke punggungnya. Setelah Vindreya sudah naik, Kenzo mulai berjalan cepat hingga akhirnya berlari menerobos hujan.  “Kali ini jangan minta gue pelan-pelan!” teriak Kenzo agar suaranya tetap bisa didengar oleh Vindreya di tengah-tengah kerasnya suara hujan karena menimpa pepohonan dan atap-atap bangunan itu.  Vindreya terus tersenyum kecil di sepanjang perjalan pulang, entahlah karena apa. Dia melirik tas Kenzo yang berada di atas kepalanya lalu meninggikan posisinya agar tas itu juga bisa melindungi kepala Kenzo dari hujan.  Byur!  “Aaa! Tuh, ‘kan kotor! Ih, mobil ngeselin!” umpat Vindreya setelah baru-baru saja sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi
Read more

Bab 22 : Kencan

Setelah belasan menit berada di dalam mobil, akhirnya Elvano dan Vindreya keluar dari kendaraan mewah itu dan sekarang sedang berdiri di depan sebuah gedung bioskop yang cukup terkenal di kota itu.  Elvano membuka payung yang sebelumnya sudah dia ambil dari dalam mobilnya dan membiarkan tubuhnya dan tubuh Vindreya berada di bawah payung itu.  “Ayo, Vin! Terobos hujannya!” sorak Elvano.  “Ayo!” balas Vindreya, kemudian mereka berdua berlari bersama menuju gedung bioskop itu.  Sesampainya tepat di teras bioskop, Elvano menurunkan payungnya lalu menutupnya dan menitipkannya di loket penitipan barang yang sudah tersedia di sana.  “Jadi, malam ini kita mau nonton apa?” tanya Elvano.  “Em ….” Bola mata Vindreya berputar ke atas.  “Lo sukanya film ber
Read more

Bab 23 : Rasa yang Berbeda

“Pejabat yang meninggal di rumah saudaranya itu, itu ulah lo, ya?” tanya Vindreya.  “Liat aja sendiri dari mata gue.”  “Mana? Coba sini!”  Vindreya langsung memegang kedua pipi Kenzo lalu menatap tajamnya sorot mata laki-laki itu. Belum sempat melihat apa yang ingin dia lihat, dia malah lebih dulu memalingkan wajahnya dengan cepat ke sisi kirinya.  Entahlah. Akhir-akhir ini jantung Vindreya selalu berdetak cepat dan kuat tiap kali menatap mata Kenzo. Dia yang awalnya begitu senang tiap kali ditatap Kenzo, kali ini justru selalu salah tingkah dan memilih untuk memalingkan wajahnya.  “Jangan tatap gue setajam itu,” kata Vindreya yang masih memalingkan wajahnya.  “Nggak bisa. Tatapan gue emang kayak gini.”  Vindreya menghela napas panjang. “K
Read more

Bab 24 : Belajar Bersama

Dengan wajah ketusnya, Kenzo mencoret beberapa angka yang sebelumnya Hansa tulis di bukunya. “150-nya dapat dari mana? Dari istana tuan putri? Harusnya di sini 175. Gara-gara di awal aja udah salah hitung, di bawahnya juga jadi ikut-ikutan salah padahal langkah-langkahnya udah bener. Nih!”  Setelah mengubah beberapa jawaban Hansa, Kenzo melempar buku dan pulpen yang tadi dia rebut ke tengah-tengah meja. Vindreya, Hansa dan Elvano kompak memajukan tubuh mereka untuk melihat jawaban Kenzo lebih dekat.  Vindreya melihat pada Hansa. “Gimana, Han?”  Hansa yang tidak mau kalah dengan Kenzo, memperhatikan dengan detail jawaban Kenzo. Namun, pada akhirnya secara tidak langsung dia mengakui kekalahannya.  “Iya, Vin. Gue salah hitung di sini. Jawaban yang dibuat Kenzo bener.” Hansa tampak berat sekali mengakui itu.  Elvano mengan
Read more

Bab 25 : Aku Mencintainya

Minggu pagi itu sekitar pukul enam, Vindreya berdiri di pinggir jembatan jalan raya sambil melihat sungai panjang yang airnya mengalir deras karena hujan lebat tadi malam. Sambil beberapa kali kedua telapak tangannya saling digesekkan untuk mendapatkan rasa hangat, Vindreya melirik jam di ponselnya.  ‘Dia bakal dateng nggak, ya? Gimana kalo dia marah apalagi sampe nggak mau temuin gue lagi setelah denger ucapan Mama kemarin?’ batin Vindreya. Dia gelisah dan khawatir sekali.  Syus.  “Aduh.” Seketika pandangan Vindreya gelap.  Sebuah jaket tiba-tiba dilayangkan seseorang sampai menutupi kepala hingga wajah Vindreya. Vindreya menarik jaket itu dari kepalanya lalu melihat bingung ke sekelilingnya sampai akhirnya dia mendepati Kenzo sedang berdiri di belakangnya.  Dengan tampang cueknya, Kenzo berjalan mendekati Vindreya lalu kembali me
Read more

Bab 26 : Dia Hanya Milikku

Hari Minggu seperti ini memang paling cocok untuk me time. Entah sudah berapa jam Elvano duduk melantai di depan sebuah layar besar berbentuk kotak itu, dia masih saja belum merasa bosan untuk terus memainkan game-nya.  Ayah Elvano tiba-tiba datang tanpa mengetuk terlebih dulu pintu kamar anaknya itu lalu mencabut kabel yang tersambung dengan stop kontak hingga membuat layar besar yang tadinya penuh warna dengan karakter bergerak itu kini mendadak menjadi hitam total.  Elvano membanting stik PS-nya dengan kesal. “Ih, Papi! Kok dimatiin, sih?!”  “Gimana sama hubungan kamu dengan Vindreya? Kamu udah lakuin yang Papi minta waktu itu, ‘kan? Kamu udah deketin dia, ‘kan? Ingat, Vano. Kelancaran bisnis kita tergantung pada sebaik apa hubungan di antara kamu dan anak dari Gavin Sanjaya itu.”  “Hubungan kami makin baik seiring dengan berjalannya wa
Read more

Bab 27 : Upacara Ceria

Kriiing ….  Bel berbunyi nyaring dan membuat para siswa yang mendengarnya bergegas menuju lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Di salah satu barisan, Vindreya menoleh pada barisan siswa di sebelah kanannya mulai dari depan hingga belakang. Senyumnya mengembang ketika mendapati Kenzo berdiri paling belakang karena memang memiliki tubuh paling tinggi dibandingkan dengan siswa lainnya di kelasnya. Vindreya keluar dari barisannya untuk pindah ke barisan paling belakang agar bisa bersebelahan dengan Kenzo.  “Lho, Vin. Kok lo pindah paling belakang? ‘Kan masih tinggian gue,” kata salah satu siswi di barisan siswi paling belakang.  “Gue di sini aja, ya. Please,” mohon Vindreya.  “Kenapa emang?”  “Tuh.” Vindreya memanyunkan bibirnya ke arah Kenzo.  Siswi tadi melihat Ke
Read more

Bab 28 : Tangan untuk Tidur Lelap

~Aku menyesal pernah sebenci itu padanya. Sekarang aku merasa malu dengan rasa cinta ini~ Hansa.  Setelah selesai mengubah susunan tempat duduk, Bu Winda memulai pelajaran Matematika hari itu. Sekilas, tampak beberapa siswa merasa senang dengan perubahan tempat duduk itu, sisanya lagi ada yang merasa kurang senang, ada juga yang mencoba untuk beradaptasi dengan teman semeja barunya.  Sejak upacara bendera hingga pelajaran pertama dimulai, Elvano masih belum menunjukkan batang hidungnya karena masih disibukkan dengan persiapan lomba melukis di ruang kesenian. Hal itu membuat Hansa harus duduk sendirian di meja pojok kanan belakang dan Elvano pastinya belum mengetahui tentang perubahan tempat duduk ini.  Kefokusan Hansa dalam menyimak penjelasan Bu Winda di depan kelas beberapa kali dibuyarkan dengan pemandangan di depannya di mana tampak Kenzo dan Vindreya sepertinya semakin dekat. Tidak, Hansa tidak cembur
Read more

Bab 29 : Maaf, Aku Juga Mencintainya

“Permisi, Bu,” ucap Elvano dengan sopan setibanya di ruang guru, tepatnya di depan meja Bu Winda, wali kelasnya sekaligus tantenya.  Bu Winda yang tadinya fokus pada buku bacaannya kini mendongak dan melihat Elvano. “Iya, Vano. Ada apa?”  “Saya nggak mau duduk bareng Hansa, Bu.”  “Lho. Kenapa, Vano? Hansa ‘kan pinter. Dia bisa bantu kamu untuk memahami pelajaran di kelas yang nggak kamu pahami.”  “Percuma saya semeja bareng cewek pinter tapi duduknya di belakang. Pelajaran tetap nggak akan masuk ke otak saya, Bu.”  “Oh, kalo gitu Ibu akan pindahin kalian berdua ke meja paling depan. Gimana?”  “Eh, enggak gitu, Bu. Saya pengen tukaran tempat duduk sama Kenzo. Jadi, biar Kenzo yang duduk di belakang bareng Hansa, saya di depan bareng Vindreya.&rdquo
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status