All Chapters of Memikat Hati Pangeran Kelas: Chapter 41 - Chapter 50

140 Chapters

Bab 40 : Menjaganya

Di sebuah bangunan tua, terdapat tiga buah kursi dengan sebuah meja bundar di tengah-tengahnya. Di sana, tampak Kenzo sedang duduk bersama pamannya dan seorang pria berusia 40 tahun yang mana pria itu adalah orang yang menginginkan Gavin untuk dibunuh.  Paman Kenzo membuka obrolan. “Jadi, sesuai dengan aturan bahwa clien yang datang pada kami harus membawa data dan bukti kekejaman dari target yang ingin dibunuh. Kalo nggak ada bukti kekejaman dari target, kami nggak akan membunuh. Sementara itu, kalo kami nggak bisa membunuh target sementara di sisi lain jelas-jelas target udah memenuhi kriteria untuk dibunuh, clien boleh melakukan apapun pada pembunuh bayaran sebagai bentuk kekecewannya karena si pembunuh bayaran nggak bersedia menepati perjanjian.” Pria berusia 40 tahun atau clien itu mengangguk paham.  “Jadi, hanya untuk malam ini, apa yang ingin Bapak lakuin sama pembunuh bayaran kami?&rdq
Read more

Bab 41 : Diam Tanpanya

Keesokan paginya di meja makan, Vindreya hanya diam, berbeda dengan dia yang biasanya selalu menjadi orang yang paling berisik di rumah itu.  “Vindreya, jangan bilang kamu marah sama Mama karena Mama nggak sependapat sama kamu mengenai Kenzo,” ucap Freya.  Gavin menggenggam punggung tangan Freya yang berada di atas meja. “Udah, Frey. Jangan bahas itu dulu.”  “Vin, sebagai seorang ibu, aku wajar kalo takut anak aku deket sama seorang pembunuh.” “Iya, Frey, iya. Itu wajar, kok, tapi ‘kan ada waktu yang lebih tepat untuk bahas itu nanti.”  Ting! Vindreya meletakkan sendoknya di atas piring lalu bangkit dari kursinya. “Aku berangkat sekarang.”  Gadis itu berjalan menghampiri Gavin kemudian Freya untuk mencium punggung tangan kedua orang tuanya itu lalu
Read more

Bab 42 : Dipenuhi tentang Kenzo

Jumat pagi itu, Vindreya dan Hansa berjalan beriringan memasuki gerbang sekolah. Keduanya tampak diam, sibuk memikirkan ada di mana dan apa yang terjadi sebenarnya pada Kenzo hingga berhari-hari menghilang tanpa kabar seperti ini. Di depan gerbang, tepatnya di pilar gerbang sekolah tadi, kedua gadis itu masih saja tak melihat Kenzo di sana. Sambil harap-harap cemas, Vindreya dan Hansa terus melangkah, berharap Kenzo sudah lebih dulu berada di kelas nanti.  Dengan tatapan kosong, tetapi kaki terus melangkah maju, pikiran Hansa tak pernah lepas dari Kenzo. ‘Lo di mana, Ken? Di saat gue udah ngerasa nyaman banget ada di dekat lo, di saat akhirnya kita didekatkan dengan cara duduk semeja, lo malah menghilang kayak gini.’  Langkah kaki Hansa memelan dan mulai tidak terarah menuju kelas tanpa dia sadari. Di sisi lain, Vindreya juga melamun, tetapi dengan langkah kaki yang lebih cepat dan dia masih mampu sedikit lebih mengontr
Read more

Bab 43 : Mencintai Vindreya

Sore itu, Vindreya dan Hansa yang baru saja turun dari taksi, kini sedang berdiri di depan sebuah rumah dengan rupa sederhana yang tidak lain adalah rumah Kenzo, sesuai dengan yang Bu Winda beritahukan tadi.  “Langsung ketuk aja pintunya, Vin,” bisik Hansa.  Vindreya mengangguk.  Tok tok tok.  “Permisi!” ucap Vindreya.  Tak ada jawaban.  “Lagi, Vin, lagi.”  Tok tok tok.  “Permisi! Selamat sore!”  Ceklek. Akhirnya pintu terbuka lalu tampak seorang pria paruh baya yang tidak lain adalah pamannya Kenzo keluar dari sana.  “Kalian siapa, ya? Ada urusan apa ke sini?” tanya paman Kenzo.  “Saya Vindreya, Pak. Ini Hansa. Kami temen sekelasnya Ken
Read more

Bab 44 : Hanya Berdua

Siswa yang lain kompak menengok ke pintu kelas. Benar saja. Kenzo tampak baru saja memasuki kelas dengan … menggunakan tongkat. Laki-laki yang dijuluki pangeran hitam itu seketika menjadi pusat perhatian. Tidak hanya di kelasnya, bahkan saat berjalan menuju sekolah sampai menyusuri koridor tadi, dia memang sudah menjadi pusat perhatian.  Mulut Vindreya menganga. Tak ada satu kata pun yang mampu keluar dari mulutnya melihat Kenzo yang sedang berjalan pincang sambil memakai tongkat.  Kenzo yang sudah tidak tahan ditatap seperti itu oleh teman-temannya seketika berhenti di depan papan tulis sambil menatap tajam. “Apaan liat-liat, hah?”  “Kaki lo ….” Dimas menunjuk kaki kanan Kenzo.  “Kenapa kaki gue? Nggak pernah liat kaki lo?”  “Bu--bukan itu. Maksud gue … kaki lo kok bisa …..” 
Read more

Bab 45 : Ingin Menjauhkan Kenzo dan Vindreya

Siang itu Vindreya dan Hansa sedang berada di toilet untuk becermin. Hansa beberapa kali melirik Vindreya yang sejak tadi tak henti tersenyum. Tampaknya gadis itu sedang sangat bahagia karena Kenzo kembali masuk sekolah. Hansa juga sebenarnya bahagia. Ya, tentu saja bahagia. Dia juga mencintai Kenzo dan sangat merindukan laki-laki itu hingga akhirnya laki-laki itu kembali dan mereka bisa kembali duduk bersebelahan. Namun, kerinduan Vindreya yang teramat besar membuatnya terus saja mendekati Kenzo hingga membuat Hansa solah-olah tak memiliki kesempatan untuk mendekati laki-laki itu. “Em, Vin,” panggil Hansa lembut. Masih dengan senyum mengembang di wajahnya, Vindreya menoleh. “Iya, Han?” “Lo nggak lupa ‘kan kalo hari ini harusnya lo fokus PDKT ke Elvano?” Vindreya mengangguk. “Tapi kayak yang gue bilang waktu ke lo bahwa ….”“Bahwa lo cinta sama K
Read more

Bab 46 : Pengganti Nyawa

Dengan kaki pincangnya, Kenzo berjalan beriringan bersama Vindreya. Vindreya sejak tadi tersenyum karena teringat bagaimana hari ini Kenzo memintanya untuk tetap berada di kelas bersamanya dan memintanya untuk pulang bersama. Apakah ini tanda bahwa …. Bug!“Aduh!” Vindreya hampir saja tersungkur di atas tanah. Untung saja Kenzo sudah lebih dulu menarik tangan kanan gadis itu. Puk! Kenzo memukul pelan dahi Vindreya. Vindreya mendengus kesal sambil mengusap-usap dahinya. “Ceroboh banget jadi orang,” kesal Kenzo, masih dengan tak mau menatap mata Vindreya. “Ish. Siapa suruh lubangnya ada di situ?” “Nggak usah nyalahin lubang. Lo-nya aja yang jalan, tapi pikirannya di tempat lain.” Vindreya malah cengar-cengir. “Gue lagi mikirin lo tau.”“Oh. Kalo gitu jangan mikirin gue biar lo nggak jatuh lagi kayak tadi.&rdqu
Read more

Bab 47 : Membela Kenzo

Gavin dan Freya baru saja pulang dari tempat kerja mereka masing-masing dan sekarang tengah berdiri di depan pintu utama rumah mereka. Gavin menekan bel lalu menunggu Vindreya membukakan pintu agar mereka bisa segera masuk. Ting nung …. Ceklek. Pintu terbuka. Gavin dan Freya tersenyum lebar dan sudah menarik napas mereka, bersiap menyapa Vindreya yang baru saja membukakan pintu. Namun, sepasang suami istri itu malah dibuat kaget melihat wajah murung Vindreya ditambah dengan mata sembabnya. “Lho, Sayang. Ada apa? Kamu habis nangis?” tanya Freya lalu berjalan ke samping Vindreya kemudian merangkul pundak putrinya itu. “Kenzo.” Hanya satu kata itu yang mampu keluar dari mulut Vindreya. Alis Gavin merapat sambil berpikir ada apa lagi dengan Kenzo. Akhir-akhir ini nama itu sering sekali disebut dalam keluarga mereka. Di sisi lain, Freya tampak kecewa karena putrinya masih saja mem
Read more

Bab 48 : Pengagum Rahasia Hansa

Di sisi lain, Vindreya malah tersenyum lebar. Dia lega karena untung saja bukan Hansa gadis yang disukai oleh Kenzo. Setidaknya, Vindreya masih memiliki harapan.  Tok tok tok.  Para siswa kompak menengok ke pintu kelas. Tumben sekali ada yang mengetuk pintu. Biasanya juga langsung masuk saja. Tunggu. Itu Elvano, tapi tidak sendiri. Di kanan, kiri dan belakangnya ada beberapa pria berjas dengan kacamata hitam sedang membawa banyak sekali coklat.  “Happy valentine day, my Princess Vindreya!” ucap Elvano dengan semangat.  Elvano berjalan masuk ke kelas diikuti oleh para pria berjas yang adalah pelayannya hingga akhirnya berhenti tepat di depan meja Vindreya. Semua orang pasti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.  Elvano menengok ke belakang untuk memberi isyarat pada pelayan-pelayannya agar meletakkan coklat-coklat itu di meja Vindreya. Alhasi
Read more

Bab 49 : Momen Manis di Hari Valentine

Siang itu pukul 01.45, tumben sekali angin berembus cukup kencang sehingga membuat siapa pun yang berjalan kaki merasa nyaman, tenang dan tidak perlu kepanasan seperti biasanya.  Vindreya lagi-lagi melangkah ringan sambil tersenyum mengingat bagaimana beberapa hari terakhir ini Kenzo tampaknya mulai betah berada di dekatnya. Bahkan, Vindreya juga tahu tadi Kenzo sengaja melempar pulpennya ke kepala Elvano dan meminta Vindreya mengambilkannya. Vindreya lalu cukup dibuat kaget ketika tiba-tiba sebatang coklat yang dipegang Kenzo muncul di depan matanya.  “Coklat buat lo,” kata Kenzo.  Dengan mata yang terpaku pada coklat dan mulut menganga tak percaya, langkah Vindreya refleks terhenti. Badannya tiba-tiba kaku. Kenzo juga berhenti lalu memegang kedua pundak Vindreya dan mengarahkan badan gadis itu sampai akhirnya mereka saling berhadapan.  “Vindreya, gue cinta sama
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status