Semua Bab Memikat Hati Pangeran Kelas: Bab 1 - Bab 10

140 Bab

Prolog

Vindreya Sanjaya. Kata orang, gadis berumur 17 tahun itu sangat beruntung karena dianugerahi wajah cantik bak putri kerajaan. Tak hanya itu, dia juga memiliki kemampuan di mana dia bisa mengendalikan mimpinya. Tak ingin menyia-nyiakan kemampuannya itu, Vindreya mensetting mimpinya dengan menciptakan situasi di mana dia diperebutkan oleh kedua teman kelasnya yang masing-masing bernama Kenzo dan Elvano.  Alasan paling kuat mengapa Vindreya mensetting mimpi seperti itu adalah karena di dunia nyatanya, dia tidak mampu meluluhkan hati Kenzo ataupun Elvano yang dijuluki sebagai pangeran kelas itu. Beribu-ribu cara telah dilakukan oleh Vindreya, tetapi tetap saja dua pangeran kelas itu sulit sekali untuk didekati.  Indahnya mimpi yang disetting oleh Vindreya membuatnya terlena dan enggan kembali ke dunia nyata di mana dia telah berhari-hari menjadi putri tidur. Orang-orang mencemaskannya dan takut jika dia tidak akan pernah bangun lagi. H
Baca selengkapnya

Bab 1 : Suami?

Vindreya, gadis cantik berkulit putih itu membuka perlahan kedua matanya. Dengan mata sayup-sayup, dia mengubah posisinya yang tadi tidur terlentang, kini duduk di atas sebuah ranjang empuk. Dia melihat ke sekelilingnya. Ruangan yang sedang dia tempati itu tampak asing. “Aku di mana?” Vindreya menggaruk kepalanya sambil terus menoleh ke kanan dan kirinya. Prang! Vindreya terperanjat kaget. Sepertinya itu adalah panci yang tanpa sengaja jatuh ke atas lantai. Karena merasa penasaran, gadis itu beranjak lalu berjalan dengan mengendap-endap kemudian keluar dari kamarnya. Tak jauh di depan Vindreya, tampak seorang lelaki asing sedang membungkukkan badannya untuk mengambil panci yang baru saja terjatuh. Laki-laki itu lalu tak sengaja menoleh ke sisi kirinya dan melihat Vindreya sedang berdiri dengan raut wajah bingung sekaligus takut. Laki-laki berambut hitam dengan sorot mata tajam itu tersenyum. Lalu, entah bag
Baca selengkapnya

Bab 2 : Gadis di Balik Cermin

Kenzo dan Vindreya tiba di depan kamar mandi. Kenzo melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum memperhatikan tiap keindahan yang terpancar di wajah sendu Vindreya. “Masuk sana. Aku bakal tunggu di sini,” kata Kenzo. “Hah? Em, nggak perlu ditungguin. Aku bisa balik sendiri ke dapur nanti. Takutnya juga masakan kamu nanti gosong gara-gara nungguin aku.” “Kamu nggak suka makanan gosong?” “Hah?” “Ahaha.” Kenzo tersenyum gemas lalu mengacak-ngacak rambut Vindreya. “Oke, aku akan balik ke dapur sekarang. Tapi, hati-hati ya karna di dalam kamar mandi itu ada cermin angker.” Vindreya seketika merinding dengan mata yang membulat sempurna. “Eh? Se--serius?” “Ahaha.” Kenzo lagi-lagi tertawa melihat ekspresi Vindreya yang tampak begitu polos. “Enggak, Sayang. Aku bercanda. Udah, sana masuk.&rd
Baca selengkapnya

Bab 3 : Tunangan?

Setelah dibuat bingung oleh kehadiran Hansa, Vindreya keluar dari kamar mandi lalu berjalan menuju dapur. Di sana, dia melihat Kenzo tampak sedang terburu-buru menyajikan makanan di atas meja. Merasa ada seseorang di dekatnya, Kenzo mendongakkan kepalanya dan mendapati Vindreya sedang berjalan ke arahnya. “Hai, Sayang,” sapa Kenzo ramah. Kenzo berjalan cepat menghampiri Vindreya yang masih sekitar 1 meter lagi untuk tiba di meja makan. Laki-laki itu berdiri di belakang Vindreya lalu memegang lembut pundaknya dan mendorongnya hingga akhirnya duduk di depan makanan yang masih sedikit berasap itu. “Ayo, dimakan,” suruh Kenzo, masih dengan senyum ramahnya. Vindreya mengangguk pelan. Dia melihat ada yang aneh dengan suaminya itu yang tampak terburu-buru seperti ada sesuatu yang sedang dikejar. Vindreya mulai memasukkan suapan pertama ke mulutnya. Dia mengunyahnya dengan pelan sambil bebe
Baca selengkapnya

Bab 4 : Berada di Antara Dua Laki-laki Asing

“Lho. Kamu mau ngapain?” tanya Vindreya yang kaget karena Elvano tiba-tiba mengajaknya masuk ke rumah dan mengunci pintunya. Bukannya menjawab pertanyaan Vindreya, Elvano malah asik melihat isi rumah itu. “Oke, jadi apa yang bisa kita berdua lakuin di sini, ya?” Vindreya sangat ketakutan. Bagaimana jika Elvano melakukan sesuatu yang buruk? Gadis itu kemudian tiba-tiba teringat pada Hansa, si gadis di balik cermin itu. “Hansa, kamu di mana? Please, tolong aku,” batin Vindreya. Hansa memang aneh sekaligus ajaib. Wujudnya tidak tampak, tetapi suaranya terdengar dan menjawab kekhawatiran Vindreya. “Vindreya, tenang aja. Elvano nggak mungkin bakal ngelakuin sesuatu yang buruk sama kamu. Asal kamu tau aja bahwa menjadi tunangan Elvano adalah keinginan kamu,” kata Hansa yang suaranya hanya bisa didengar oleh Vindreya. Alis Vindreya merapat dan lagi-lagi berucap dala
Baca selengkapnya

Bab 5 : Hansa Memberitahu yang Sebenarnya

Vindreya berlari sekencang yang dia bisa menjauhi rumah di mana Kenzo dan Elvano sedang berdebat memperebutkannya. Beberapa kali Vindreya menengok ke belakang untuk melihat apakah kedua laki-laki itu mengejarnya atau tidak. Cukup mengagetkan bahwa tak ada satu pun di antara Kenzo dan Elvano yang mengejarnya. Ada apa ini? Apakah mereka benar-benar mencintai Vindreya atau tidak? Namun, ini membuat Vindreya bisa bernapas lega karena telinganya tak perlu lagi terganggu dengan perdebatan itu. Entah sudah berapa lama dan berapa jauh Vindreya berlari, tetapi entah kenapa dia tidak merasa lelah sedikit pun. Matahari yang tadinya bersinar terik, kini berganti dengan bulan yang menerangi gelapnya malam. Vindreya melihat ke kanan dan kirinya. Aneh sekali. Ada banyak rumah dengan lampu menyala seperti pada umumnya, tetapi sejak tadi dia tidak melihat ada satu orang pun di sana. Dunia asing itu seolah-olah hanya ditinggali oleh Vindreya, Kenzo, Elvano dan Hansa. 
Baca selengkapnya

Bab 6 : Kembali ke Dunia Nyata

Di dunia nyata, tampak seorang dokter sedang memeriksa kondisi Vindreya yang sudah berhari-hari ini tidak sadarkan diri. “Gimana keadaan anak kami, Dok?” tanya Freya, ibu dari Vindreya dengan raut panik. Dokter menggantung stetoskop miliknya ke lehernya setelah selesai memeriksa detak jantung Vindreya. “Anak Ibu dan Bapak baik-baik aja. Jantungnya berdetak normal dan nggak ada tanda-tanda yang nunjukkin kalo dia sakit.”Gavin, ayah dari Vindreya melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan enteng. “Ya, iyalah dia baik-baik aja. Dia itu cuma tidur. Lagian juga ada selang medis yang bisa salurin makanan dan minuman ke tubuhnya. Jadi, apa yang perlu dikhawatirin?” “Dok, apa Vindreya perlu dibawa ke rumah sakit? Mungkin dia harus diberi perawatan intensif atau operasi biar bisa bangun lagi.” Freya tampak semakin panik. Gavin tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalan
Baca selengkapnya

Bab 7 : Back to School

Setelah mendengar penuturan Vindreya yang terkesan lebih suka berada di alam mimpi karena semua keinginannya bisa terwujud di sana, Freya tampak kecewa sekaligus sedih. Ya, itu wajar. Ibu mana yang akan rela jika ditinggal oleh putri sematawayangnya selama berhari-hari demi sebuah “mimpi”? “Terus gimana sama Mama dan Papa, Sayang? Kami sedih kalo kamu lebih suka berada di dunia mimpi dibanding ada di sini bersama kami.” Mata Freya berkaca-kaca lagi. “Ah. Cengeng lagi kamu, Frey. Vindreya, lihat. Kamu udah bikin Mama nangis, lho. Berdosa nggak, tuh?” Lagi-lagi Gavin mencari gara-gara dengan menggoda Vindreya. “Ih, Papa!” Vindreya melepas selang medisnya lalu bersembunyi di belakang Gavin. “Hibur Mama, Pa. Jangan sampe Mama keburu nangis bombai gara-gara aku.” Gavin melipat kedua tangannya di depan dada. “Nggak mau, ah. ‘Kan kamu yang buat Mama nangis. Ya, harusn
Baca selengkapnya

Bab 8 : Pangerannya Vindreya

"Cie elah. Uwu-uwuan katanya. Emang siapa pangeran lo?” tanya salah satu siswa.    Vindreya tersenyum remeh. “Ah, kayak gitu aja pake nanya segala. Harusnya kalian tau siapa di kelas ini yang cocok jadi pangeran.”    “Eh, itu Elvano!” teriak salah satu siswi ketika Elvano baru saja masuk ke kelas.    Kelas seketika gaduh. Para siswi berlarian mengerumuni Elvano, si laki-laki tampan, kaya dan berbakat di bidang seni itu.    “Elvano, selamat ya. Lagi-lagi lo berhasil jadi pemenang dalam lomba melukis tingkat nasional itu,” ucap salah satu sisiwi.    “Selamat, Elvano. Lo hebat banget,” kata siswi yang lain.    “Bagi tipsnya dong gimana caranya biar bisa pinter menggambar sama melukis, El.”    Bola mata Vindreya tak bisa bergerak ke manapun kecuali terpaku pada visual Elvano yang menurutnya sangat menawan. T
Baca selengkapnya

Bab 9 : Tugas Berpasangan

Vindreya merapikan rambutnya terlebih dulu kemudian berjalan dengan anggun keluar kelas. Di depan pintu, dia menengok ke kanan dan ke kiri hingga akhirnya menemukan Kenzo yang sedang berjalan menuju kelas. Tanpa pikir panjang lagi, Vindreya bergegas menghampiri laki-laki itu.  “Ehem. Pagi, Ken,” sapa Vindreya yang sudah berdiri tepat di depan Kenzo.  Kenzo menghela napas panjang. “Lo lagi. Awas. Jangan halangin jalan gue.”  Bukannya memberikan Kenzo jalan, Vindreya malah tersenyum semakin lebar. “Hari ini gue udah masuk sekolah lagi setelah nggak masuk berhari-hari sebelumnya. Lo ….”  “Gue nggak kangen sama lo kayak temen-temen yang lain. Awas.”  “Aaah, bercanda, nih. Jangan malu lah bilang kangen sama istri sendiri.”  Alis Kenzo merapat ditambah dengan tatapan ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status