All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 341 - Chapter 350
387 Chapters
Bab 92: Pembantaian (part 1)
Indra terus melompat dari satu atap rumah ke atap rumah lainnya. Dia terus melihat ke depan untuk mencari mana balai desa yang dimaksud, tak lama kemudian dia melihat ada bangunan semi permanen yang jauh lebih besar dibandingkan bangunan di sekitarnya, di depannya juga berdiri pendopo sederhana. Indra pikir mungkin itulah balai desa yang dimaksud sebab tidak ada bangunan lainnya yang lebih menonjol lagi.Dengan hati-hati Indra menggunakan ajian halimunan miliknya hingga wujudnya lenyap dari pandangan para bandit yang ada di sekitar rumah-rumah yang dia lompati. Dengan tenang Indra berhasil menapak tepat di atap bangunan balai Desa Karipuh. Perlahan Indra mulai menggeser genteng-genteng yang dia pijak agar bisa masuk ke dalam atap bangunan. Dia ingin memastikan apakah benar di sana para penduduk dikurung atau tidak.“Darah?” gumam Indra setelah berhasil masuk ke atap. Dia mendadak saja mencium aroma anyir darah dari bawahnya.“
Read more
Bab 93: Pembantaian (part 2)
‘Beukh’‘Brakh’Terdengar suara benturan keras saat tendangan Indra dengan telak menghantam punggung si bandit. Tubuhnya terpental menghantam pintu masuk balai desa hingga terdobrak lepas dari engselnya oleh tubuh si bandit. Sontak saja para bandit lainnya yang sejak tadi hanya diam di sekitar rumah penduduk segera mengalihkan pandangan mereka menuju ke arah balai desa.“Ada penyusup!” teriak si bandit sambil meringis kesakitan.“Beritah- heuk!” pekik si bandit sebelum perkataannya selesai. Lehernya di injak oleh kaki kanan Indra sekuat tenaga hingga terkapar meregang nyawa.“Penyusup!”“Kepung-kepung!” terdengar kawanan bandit lainnya mulai berteriak. Satu persatu mereka mulai keluar dari rumah-rumah penduduk yang mereka tempati. Mereka segera bergerak mengepung Indra dari arah depan sembari menghunuskan senjatanya masing-masing.
Read more
Bab 94: Tiga Murid Mbah Kupat (part 1)
Ketiga bandit lainnya yang tersisa di sana tidak berani berkata apa-apa lagi, mereka sadar kalau meminta belas kasihan pun tidak ada gunanya saat ini. Bandit lainnya yang sebelumnya terpental dan terbaring di tanah malah pura-pura pingsan karena takut terkena imbas kemarahan Indra. Perlahan Indra mulai berjalan mendekati tiga bandit yang masih bersimpuh di tanah dengan kepala tertunduk.“Apa yang kalian lakukan kepada penduduk desa ini? Apa alasan kalian menghabisi mereka semua hah?” tanya Indra. Namun ketiga bandit itu tidak berani menjawab, mereka hanya bisa gemetar ketakutan.“Jawab keparat!” bentak Indra sambil menjambak rambut seorang bandit dan mendongakan kepalanya hingga menatapnya.“Am-pun tu-an,” rengek bandit seraya berderai airmata.“Jeh, disuruh menjawab malah minta ampun,” gerutu Indra dengan raut wajah kesal.“Apa perlu aku tendang dulu telingamu biar
Read more
Bab 95: Tiga Murid Mbah Kupat (part 2)
“Am-pun tu-an,” rintih si bandit.“Katakan siapa yang menghabisi mereka semua!” bentak Indra yang kembali mulai berjalan mendekati si bandit. Tapi baru saja Indra melangkahkan kakinya, mendadak saja dari arah belakangnya dia merasakan ada semilir angin yang bertiup mendekat bersama derap langkah beberapa orang yang datang.“Aku yang menghabisinya!” tiba-tiba saja dari belakang Indra terdengar suara pria paruh baya dengan lantang.‘Beukh’“Khkh..”Tapi Indra pura-pura tidak peduli dan memilih untuk menginjak leher si bandit hingga dia menjerit sekarat. Baru setelah si bandit menggelepar di tanah, Indra membalikan tubuhnya ke belakang. Terlihat ada dua orang pria paruh baya bertubuh kekar tengah menatapnya dengan tajam, di samping mereka berdua juga ada satu orang wanita dewasa yang membawa pedang di pinggangnya. Mereka bertiga tak lain adalah tiga murid keperca
Read more
Bab 96: Ajian Malih Rasa (part 1)
Indra benar-benar bingung, entah kenapa tiba-tiba saja perutnya serasa sakit seakan ditinju dengan tenaga yang sangat kuat. Nafasnya mulai terengah-engah seiring dengan rasa sakit yang masih dia rasakan di area perutnya. Meski begitu, Indra kembali bangkit dan menatap ketiga murid Mbah Kupat yang masih menatapnya dengan tajam di kejauhan. Suasana di Desa Karipuh mulai terasa gelap setelah sang mentari mulai tenggelam di ufuk barat.“Kenapa? Apakah kau lupa bagaimana caranya menggunakan ajian tinju gelap andalanmu itu hah?” ejek Buras sambil menyeringai puas.“Apa yang terjadi? Aku sama sekali tidak merasakan atau melihat pergerakan orang yang menyerangku. Tapi mustahil perutku sakit begitu saja tanpa alasan yang pasti,” batin Indra dengan nafas terengah-engah, dia sama sekali tidak menyadari apa yang sebenarnya sudah terjadi.“Biar aku saja yang menghadapinya, kelihatannya dia hanyalah orang yang lemah,” tuka
Read more
Bab 97: Ajian Malih Rasa (part 2)
Indra dengan cepat berjungkir balik di udara lalu menghantamkan kedua tangannya ke bawah dalam gerakan ketiga pancalima. Para bandit yang ada di bawahnya mencoba menebas tubuh Indra yang melesat ke bawah.‘Trang’‘Brreugh’Suara dentingan senjata beradu terdengar jelas seiring dengan suara benturan keras saat tinju Indra menghantam beberapa bandit hingga mereka menjerit kesakitan. Tidak hanya sampai di sana, Indra yang sudah berhasil melumpuhkan beberapa bandit di bawahnya segera menggunakan kedua kakinya untuk menyapu beberapa kaki bandit yang masih mengelilinginya.‘Deukh’‘Brukh’Beberapa bandit yang kakinya terkena sapuan kaki Indra seketika ambruk ke permukaan tanah. Leupeut tidak tinggal diam, secepat kilat dia melompat dan menghujamkan tumit kaki kirinya dari atas mengincar kepala Indra. Di sisi lain Buras yang melihat beberapa anak buahnya sudah tumba
Read more
Bab 98: Ajian Malih Rasa (part 3)
“Lagi-lagi seperti ini,” batin Indra sambil mencoba mengatur nafasnya yang memburu.Indra kembali mengalihkan perhatian terhadap sekelilingnya seolah hendak mencari penyebab dia merasakan rasa sakit yang tiba-tiba itu. Namun dia sama sekali tidak menemukan ada yang perlu dikhawatirkan di sekitarnya, dia mulai bangkit lagi perlahan menatap Leupeut yang masih tertawa terbahak-bahak.“Ini buruk, di tengah kegelapan malam seperti ini aku semakin susah memastikan apa yang sebenarnya terjadi kepadaku,” gumam Indra seraya menyeka darah yang mengalir dari tepi mulutnya.“Hahaha.. menyerah saja! Dengan begitu setidaknya kau bisa menyimpan tenagamu untuk siksaan nanti,” ejek Leupeut disertai tawa anak buahnya.“Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan, tapi aku pastikan kalian akan menyesalinya!” tegas Indra tanpa gentar sedikitpun. Dia mulai memasang kuda-kuda gerakan silatnya lagi dengan tatapan penuh waspada memperhatikan sekitarnya.“Hahaha.. jika itu maumu apa boleh buat. Kau akan disiksa du
Read more
Bab 99: Tipu Daya Indra
Melihat Indra yang cengar cengir seperti itu membuat Leupeut semakin geram, secara beruntun dia melakukan serangan menggunakan pukulan berturut-turut. Indra dengan gesit menghalau semua serangan Leupeut tanpa kesulitan sama sekali. Di sisi lain Buras lagi-lagi terkejut dengan daya tahan tubuh Indra dia tidak menyangka meski tadi dia sudah tumbang beberapa kali serta terluka, tapi Indra masih bisa meladeni serangan Leupeut.Saat para bandit yang mengepungnya semakin rapat, Indra kembali menghentakan kedua kakinya untuk melompat agak jauh mendekati tubuh bandit yang sudah tumbang di tanah bersama senjatanya yang berserakan. Leupeut dengan cepat ikut melompat menuju Indra, begitu juga para bandit lainnya yang kembali berbalik mengarah kepada Indra.“Terimalah ajian tingkat tinggi yang aku kuasai ini!” teriak Indra sambil membuat pola gerakan seakan hendak menggunakan ilmu kanuragan.“Ajian tingkat tinggi?” tutur Leupeut yang mengurungkan niatnya untuk mendekati Indra, begitu juga para ba
Read more
Bab 100: Indra Disiksa (part 1)
“Hajar dia sampai mati! Hehehe.. Adiyaksa akan membayar semuanya dengan kehilangan muridnya satu demi satu!” samar-samar terdengar suara pria tua berteriak penuh semangat disertai tawa.“Apa yang terjadi?” batin Indra sembari mulai membuka kedua matanya secara perlahan.Namun hanya mata kanannya saja yang bisa dia gerakan, mata kirinya seakan membesar dan terasa sangat sakit. Bukan hanya itu, sekujur tubuhnya kini serasa sakit dan perih tiada tara. Kedua tangan dan kakinya serasa terikat dengan erat. Samar-samar Indra mendengar kembali suara tawa Buras dan para bandit lainnya yang tertawa puas.“Tubuhku serasa remuk,” gumam Indra seraya meringis kesakitan. Pandangan mata kanannya yang kabur perlahan mulai jelas.Indra kini berada tepat di halaman depan sebuah rumah besar. Di hadapannya terdapat sebuah api unggun yang tampak menjilat-jilat menerangi gelapnya malam. Tubuh Indra terikat di sebuah batang pohon dengan tangan diikat ke belakang, kedua kakinya juga diikat rapat ke batang poh
Read more
Bab 101: Indra Disiksa (part 2)
“Hahaha.. ada apa dengan tatapanmu itu hah? Kau juga ingin melihat tubuhnya bukan?” ejek Buras.“Hemh!” pekik Ratih yang berusaha melepaskan diri, tapi dia juga tidak berdaya karena tubuhnya sudah terikat ke kursi rotan. Tampak airmatanya semakin mengalir deras saat seluruh bajunya sudah dilucuti oleh Buras.“Kau! Keparat!” teriak Indra dengan suara lantang, nafasnya terlihat memburu seiring dengan matanya yang melotot geram terhadap Buras.‘Beukh’Nyi Pontrang kembali menghajar perut Indra bersamaan dengan bandit lainnya mencambuk tubuh Indra, tapi kali ini Indra tidak memekik sedikitpun. Dia malah mengalihkan pandangan mata kanannya kepada Nyi Pontrang. Entah mengapa saat itu juga Nyi Pontrang langsung melompat mundur ke belakang saat melihat tatapan Indra yang mengerikan.“Perasaan apa ini?” gumam Nyi Pontrang yang tiba-tiba bulu kuduknya serasa merinding.“Cih. Kalau kau ingin melihatnya, buka matamu dengan jelas!” bentak Buras yang seketika menghantamkan pukulannya ke dada Indra.
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
39
DMCA.com Protection Status