All Chapters of Second Marriage With Duke: Chapter 41 - Chapter 50
59 Chapters
Rencana Pertama
"Apa yang ingin kamu lakukan? Kamu jangan memaksanya dan membuat Viola tahu semuanya."Duke Cristin tak ingin mengambil resiko. Lebih baik dia melihat dari jauh dari pada harus kehilangan mereka kembali. "Dia akan datang sebagai pelayan yang membantu nyonya, sesuai permintaan Baginda, tapi kali ini. Bagaimana kalau kita merekayasa? Saya akan menyuruh Emma pura-pura pingsan, seperti rencana awal, tapi kali ini. Kita jangan menggunakan Emma menjadi pelayan tapi memiliki seorang bisnis. Dengan begitu, semuanya akan sesuai dengan rencana Tuan. Kita hanya perlu melakukan rencana berikutnya yaitu membuat Nyonya ikut ke kota dan bersama Emma. Tuan bisa lebih leluasa bertemu dengan kedua putra Tuan," ujar Kesatria Luis. Kali ini rencana yang awalnya mereka susun. Harus ia susun kembali untuk mempermudahkan majikannya menemui ke dua buah hatinya."Duke Cristin tersenyum, ia bangga memiliki bawahan seperti Kesatria Luis. Tidak sia-sia menjadikan Kesatria untuk kedia
Read more
Pertemuan Kedua
Seminggu telah berlalu, Emma sangat antusias dan siap siaga menjaga dua baby boy sang majikan. Rencananya sangat lancar tanpa hambatan apapun, dengan mudahnya sang majikan mempercayainya, bahkan menganggapnya seperti kelurga.Kali ini dia akan mengutarakan maksudnya dan tujuannya, dia ingin membawa Viola dan pelayannya ke kota bersamanya. Rasanya dia sudah cukup meyakinkan mereka."Nyonya!""Jangan panggil aku Nyonya, panggil saja aku kakak," ujar Viola. Sudah berulang kali dia mengatakan pada Emma agar memanggilnya kakak, bukan embel-embel nyonya.Emma merasa tak nyaman, mana mungkin dia memanggil majikannya dengan sebutan kakak. Duke Cristin pasti memenggal kepalanya."Begini nyonya, saya ingin membawa nyonya ke kota dan Mia. Anggap saja sebagai balas budi dan nyonya sudah menganggap saya sebagai saudaranya nyonya, saya kesepian di kota nyonya," ujar Emma. Dia pura-pura menangis dan meng
Read more
Memutuskan
Di rasa sudah tenang, Duke Cristin meletakkan baby Jasper ke keranjang bayi itu. Dia mengayunkan dengan pelan dan melihat mata itu mulai terpenjam. Duke Cristin mendekat, dia memberikan kecupan terindahnya di dahi sang putra.Melihat kedua putranya kembali tidur, Duke Cristin memejamkan matanya seraya menguap.Duke Cristin merenggangkan otot-otot tubuhnya, kemudian menaiki ranjang Viola. Dia menarik selimut itu sampai ke dadanya, lalu melingkarkan tangan kanannya ke perut Viola. menyandarkan kepalanya ke bahu Viola.Aroma mawar yang menenangkan, dia sangat suka aroma itu dan perlahan kedua matanya terpenjam.Di tempat lain.Duchess tak bisa tidur, dia memilih keluar untuk mengurangi beban pikirannya yang terus saja memikirkan Duke Cristin yang tidak pulang. Dia khawatir dan gelisah, takut terjadi sesuatu pada suaminya itu."Aku ingin ke kota. Siapkan kereta!" Perintah Duchess Lilliana. Sudah cukup dia melihat taman bunga di depan dan samping r
Read more
Kesedihan Duchess Lilliana
Benarkah? Benarkah? Benarkah? Pikiran Duchess Lilliana semakin kacau, mengusap bibirnya yang gemetar, air matanya mengalir tanpa memikirkan waktu. Perkataan Duke Aland menembus ulu hatinya. Beberapa pertanyaan tentang dirinya sendiri mulai berputar di otaknya. "Apa aku egois? Tapi, aku, aku hanya ingin mempertahankan apa yang jadi milik ku." Duchess Lilliana membalikkan tubuhnya, dia melangkah dan kemudian berbalik lagi. Seolah kaki tak pernah lelah melangkah mondar-mandir."Apa aku salah? Apa aku egois? Apa aku harus iklas. Duke, suami ku sendiri bersikap acuh pada ku dan sahabat ku, dia memutuskan hubungannya dengan ku karena aku egois.""Aku salah, aku salah."Duchess Lilliana menghapus air matanya. "Apa aku suruh saja Viola pulang? Apa dengan begitu mereka akan memaafkan ku."Duchess Lilliana membuka pintu kamarnya, dia bertanya pada pelayan yang berjaga di luar. "Apa Duke sudah pulang?""Belum nyonya."
Read more
Kekecewaan Duke Cristin
"Ayah!" Teriak Anak kecil. Dia berlari menuruni tangga, tidak sabar ingin mengatakan kondisi tentang sang ibu."Ayah! Ayah dari mana saja? Ibu, Ayah... " Eryk menunduk, sudah berhari-hari ibunya bagaikan mayat hidup."Ada apa dengan ibu mu?" Tanya Duke Cristin. Sejak meninggalkan Viola, dia sering berhenti di penginapan atau Restaurant karena malas untuk pulang. Hatinya tidak rela berpisah dengan Viola. Ia ingin kembali, namun keadaan tidak memungkinkan."Sebenarnya ada apa?"Eryk mulai menceritakan semuanya, Duke Cristin merasa bersalah sudah meninggalkan istrinya terlalu lama. "Ayo! Ayah akan menemui ibu mu."Eryk menggenggam tangan Duke Cristin. Kedua laki-laki berbeda umur itu mulai menaiki tangga. Sampai di kamar Duchess Lilliana. Duke Cristin membuka pintu itu, memasuki kamar yang sudah lama tidak ia pijaki. "Duchess! Ada apa dengan mu?" Duke Cristin duduk di sisi ranjang. Ia mengelus pipi Duchess Lilliana, membuat s
Read more
Pahit
Argh!!!Duke Cristin menjambak rambutnya dengan kasar. Marah, kecewa, sedih, semuanya campur aduk di hatinya. Ia seperti orang bodoh yang berjalan kaki di tengah malam, semua hidupnya hancur. Benar hancur, bahkan tidak tersisa.Duke Cristin terduduk di tanah, semuanya terasa seperti racun yang perlahan membuat tubuhnya tidak berdaya. Desiran angin malam menghembus tubuhnya. "Aku benci semua ini."Selama ini Duchess telah mempermainkannya dengan Viola. Ia berjanji, tidak akan memaafkannya. Karena wanita itu, ia kehilangan seorang wanita yang berharga."Ini semua salahnya, aku membenci."Kesatria Luis memejamkan matanya, ia lebih memilih kemarahan Duke daripada melihat tangisannya."Tidak, Tuan. Jangan membenci Duchess. Sepertinya Duchess menyesalinya.""Menyesal tidak ada artinya, apa dia bisa mengembalikan Viola dan kedua putra ku?" Duke Cristin meremas tanah di hadapannya. "Dia tidak bisa, wanita yang selama ini aku bangga
Read more
Pertemuan Pertama
Waktu terus mengalir, Viola menjalankan hari-harinya dengan penuh warna. Walaupun ada sekelibat warna hitam di hatinya.Viola menjalankan hari-harinya dengan menjadi ibu rumah tangga sekaligus sebagai seorang ayah untuk kedua putranya. Namun anehnya, ia selalu merasa Duke Cristin berada di dekatnya. Walaupun rasanya tidak mungkin."Nyonya."Milea mendekat, tidak mudah bagi majikannya menerima semuanya. Hatinya, ia merasa bersalah pada Viola yang tidak menceritakan semuanya.Apa aku ceritakan saja padanya, tapi bagaimana kalau Nyonya merasa bersalah."Apa nyonya merasa sedih atau merindukan..""Aku boleh jujur,"Milea mengangguk yakin, matanya menatap kedua mata Viola yang berkaca-kaca."Aku merindukannya."Milea melirik dengan wajah menunduk, hatinya seperti di tusuk. Majikannya merindukan Duke, bagaimana jika keb
Read more
Patah
Detak jantungnya seperti gendrang, dadanya naik turun, nafasnya terasa panas, seperti sebuah benda panas yang menghantam."Du-duke."Laki-laki yang pernah ia cintai, pernah melalui bersama, manisnya kehidupan dan pahitnya kehidupan.Seorang laki-laki yang mencintai wanita lain, tapi melibatkan kehidupannya. Seolah kehidupannya tidak berarti apa-apa.Setiap langkahnya mendekat, ada desiran aneh di hatinya."Vio.... "Duke Cristin semakin mendekat, ia merasakan keterkejutan, kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. "Vioo..."Duke Cristin menatap tangan yang meremas kain pembungkus tubuh bayi mungil di tangannya."Apa yang kamu lakukan Vio?"Seketika Viola tersadar, karena merasakan debaran hebat, tanpa ia sadari tangannya meremas  kain pembungkus Javier.Viola memalingkan wajahnya, ia belum sanggup menerima semuanya. "Ini mimpi," ujarnya dengan bibir yang bergetar."Dia tidak ada di sini."
Read more
Menunggu
"Ternyata selama ini, Duchess memang ingin memisahkan kita."Sontak Viola berkerut, bukankah Duchess sangat baik padanya. Kenapa ingin memisahkannya dengan Duke?"Apa maksud Duke?"Duke Cristin melerai pelukannya, ia merangkup kedua pipi Viola. "Dia cemburu, itu mungkin, tapi semuanya sudah tidak berarti lagi. Duchess yang menginginkan kita menikah dan memilik anak, tapi lambat laun dia juga yang ingin memisahkan kita. Apa kamu tahu? Ternyata Duchess ingin berkerja sama dengan Duke Aland untuk memisahkan kita. Aku baru tahu faktanya beberapa tahun yang lalu, aku langsung mendatangi Duke Aland. Aku menghormatinya dan menghargainya, tapi apa yang dia perbuat? Dia mempermainkan perasaan ku, bukan hanya aku, kamu dan kedua putra kita. Kamu mengalah demi dia bukan, mari kita bersama Vio.. Kita buat keluarga baru dan memulai kehidupan kita.""Aku tidak bisa!" Tolak Viola. Bukan karena ia tidak ingin memberikan k
Read more
Waktu Telah Berganti
Eryk keluar dari kamar ibunya dengan wajah kusut. Sejujurnya, ia ingin hanya ibunya, tapi melihat penderitaan sang ibu. Ia harus menurutinya."Bagaimana kalau nyonya Viola tidak mau dengan ku? Aku bukan anak kandung mereka, aku hanya anak adopsi saja," ujar Eryk seraya melihat ke arah gerbang.Ia menunggu Duke Cristin dan akan membicarakan hal ini secepatnya.Sesaat kemudian, ia melihat pintu gerbang terbuka. Dua ekor kuda yang di tumpangi ayahnya dan Kesatria Luis memasuki halaman Duke. Keduanya turun dan Eryk langsung berlari menyambut mereka."Ayah!" Sapa Eryk. Ia sangat merindukan ayahnya itu dan ingin menghabiskan waktu bersama.Duke Cristin masih menunduk, ia membuka jubah penutup kepalanya."Eryk, ayah lagi banyak urusan," ujar Duke Cristin. Ia begitu lelah dan tak ingin di ganggu oleh siapapun.Eryk memutar tubuhnya, ia menatap nanar punggung Duke
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status