Semua Bab Second Marriage With Duke: Bab 1 - Bab 10
59 Bab
Kehidupan Kedua
Suara gemuruh di langit, sebuah cahaya yang membelah langit itu di iringi dengan derasnya air hujan yang membasahi bumi. Angin bertiup kencang seolah akan ada badai. Jendela kaca bercat putih itu langsung terbuka, angin malam itu menyusup memasuki ruangan itu. Menyapa seorang gadis yang tampak pucat terbaring tak berdaya. Sudah tiga hari gadis itu tak sadarkan diri dan suara gemuruh petir yang ketiga kalinya membuat kelopak gadis itu langsu terbuka lebar.Dadanya naik turun, ia merasakan seluruh tubuhnya sangat sulit di gerakkan. Netra birunya melirik kanan kiri, aroma bunga mawar menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Ia merasa berada di ruangan asing.Matanya menyapu setiap sudut ruangan.Dia berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku. Setelah sekian lama berusaha menggerakkan. Akhirnya membuahkan hasil, ia beringsut duduk, menarik nafasnya pelan, ia kembali mengedarkan pandangannya. Suasana aneh di ruangannya saat ini membuat penasaran. Tidak mungkin rumah sa
Baca selengkapnya
Pertemuan
"Oh, tidak-tidak, apa yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu dunia apa ini? Aku tidak mengenal dunia ini, bagaimana aku bisa menjalaninya. Aku belum siap menjadi seorang istri." Helena mengusap wajahnya secara kasar. Lalu mengacak-acak rambutnya. Otaknya seakan mendidih. Dia sungguh tidak menerima semua ini. "Bagaimana bisa aku menjadi seorang istri yang tidak di cintai. Dhih, apa lagi istri kedua. Lelucon macam apa ini? Aku Helena si cantik, yang memang tidak ingin menikah di usia ku 20 Tahun harus terjebak di sini. Oh, bulshit, ancur reputasi ku jika seperti ini. Lalu bagaimana dengan tubuh ku di sana. Oh, Tuhan ... Kenapa aku harus terjebak di dunia aneh ini?" Helena berdecak pinggang. Dia ingin marah, tapi siapa yang harus ia salahkan?AkhhhHelena melambaikan tangannya secara kasar. Kemudian mengelus dagunya runcipnya, bergelut dengan pikirannya. Dia pun menuju ke arah balkom untuk mendinginkan pikirannya.
Baca selengkapnya
Sindiran Duke Cristin
"Duke apa tidak ingin menemui, Viola. Dia baru sadar," ucap Duchess Lilliana seraya menaiki ranjangnya, ia duduk menyamping menghadap Duke Cristin yang memejamkan matanya, bersendekap dan menyandarkan lehernya ke bantal yang di sisi ranjangnya."Aku tidak ada waktu menemuinya, membuang waktu ku saja," ujar Duke Cristin seraya menoleh ke samping, menatap istrinya."Viola pasti senang, jika Duke menengoknya walaupun sebentar." Duchess Lilliana mencoba menawar, mungkin saja Duke Cristin mau menemui Viola. Memberikannya semangat agar cepat pulih."Dia datang kesini karena dirimu, Duchess. Bukan karena diriku. Aku menikahinya juga karena dirimu. Bagi ku sudah cukup menghargainya sekaligus menerimanya menjadi istri ku." Tegas Duke Cristin. Ia langsung membenarkan posisinya, membaringkan tubuhnya dalam posisi miring, memunggungi Duchess Lilliana. Ia kesal, Duchess Lilliana selalu memaksanya untuk melihat Viola yang tak berarti apa-apa untuknya.Keesokan harinya.
Baca selengkapnya
Perjanjian Nikah
"Maaf, Nona. Tuan sedang sibuk dan tidak ingin di ganggu," ucap seorang laki-laki yang menghalangi jalannya saat memasuki ruangan kerja Duke Cristin. Viola melirik, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Dia langsung menepis tangan yang mengalangi jalannya. Kemudian membuka handle pintu di depannya. "Nona, jangan lancang." Bentak sang Kesatria.  Viola menghentikan kembali langkahnya. Saat tubuh kekar itu di depannya. "Duke!" Teriak Viola menggelagar di ruangan itu.  "Nona!" Bentak laki-laki itu seraya menatap tajam. Duke Cristin menghentikan aktivitasnya. Dia menatap sang kesatria dan istri keduanya. "Biarkan dia menemui ku, Luis." "Maaf, Tuan. Saya tidak bisa mencegah nona Viola memasuki ruangan Tuan." Duke Cristin mengangguk, kemudian Kesatria Luisa memberikan hormat dan berlalu pergi. "Ada apa?" Tanya Duke Cristin datar. Dia tidak memil
Baca selengkapnya
Istri Kedua Duke Cristin
Viola berjalan tanpa arah dan tujuan di ekori Milea. Sepanjang langkahnya, bibirnya tak berhenti menggerutu. Dia bahkan mengeluarkan semua unek-uneknya. Entah berbagai macam sumpah serapah apa yang dia keluarkan. Viola berdecak pinggang sambil menghentikan langkahnya."Ini tidak bisa di biarkan, aku harus membuat wanita bangsawan itu diam tak berkutik. Enak saja dia membentak ku, memarahi ku dan menghakimi ku."Viola berjalan tanpa memperhatikan, ia kembali menunduk dan menggerutu. Hingga tanpa ia sadari, tubuhnya menabrak seseorang."Maaf, maaf, saya tidak sengaja," ucap Viola seraya memegangi lengannya yang hampir terjatuh.Rahang orang itu mengeras, dia tidak suka di sentuh. Namun ada rasa aneh di tubuhnya. Tiba-tiba jantungnya berdisko. Dia langsung menoleh, melihat siapa yang sedang memegangi lengannya.Seperti sebuah cahaya dan bunga baru mekar. Matanya menatap wanita di depannya yan
Baca selengkapnya
Bentakan
"Kemana dia?" Duke Arland celingak-celinguk kanan kiri. Dia mencari seorang gadis yang menggemaskan dan lucu.Sang Kesatria yang berada di sampingnya pun langsung menawarkan diri. "Tuan, biar saya saja yang mencarinya.""Tidak! ayo kita cari bersama-sama," ucap Duke Arland mempercepat langkahnya seraya melihat kanan-kiri."Itu dia," Duke Arland berlari dengan cepat. Menerobos orang yang berlalu lalang. Dia tidak boleh kehilangan wanita itu. "Hey, Nona."Viola dan pelayan Mia menoleh ke belakang. Sejurus kemudian, Viola kembali menghadap lurus dan melanjutkan langkahnya. Ia tak memperdulikan pria aneh di belakangnya."Hey, Nona. Mau kemana?" Tanya Duke Arland berbasi-basi. Langkahnya, dia sejajarkan dengan langkah Viola dan pelayan Mia. Sedangkan sang Kesatria ingin memuntahkan darah. Junjungannya berbicara lembut, bahkan wanita yang baru dia temui. Seumur hidupnya, junjungannya membaut benteng pertahanan. Hanya ada Lilliana dan Lillian
Baca selengkapnya
Aku Takut
Mendadak pikiran Viola langsung berhenti. Dia melebarkan telinganya mendengarkan ucapan Duke Cristin. Semenjak kapan dirinya di pandang seorang istri. Bukankah dirinya hanya patung penghias kediaman Duke.Duchess Lilliana tersenyum, artinya Duke Cristin sedikit demi sedikit telah membuka hatinya. Baru kali ini dia mendengarkan pengakuan Duke Cristin meskipun dalam keadaan marah."Istri? Semenjak kapan?" Viola tersenyum, ia menepuk bahu Duke Cristin. "Jangan menganggap ku istri. Aku tidak menyukainya."Viola mengelus tangannya yang di tepis oleh Duke Cristin. Laki-laki itu sepertinya sangat marah. Bahkan kilatan petir itu muncul di matanya. Layaknya Harimau yang akan mengoyak mangsanya.Sedangkan Duke Cristin menahan nyeri di hatinya. Dulu wanita itu ingin sekali dia akui. Tapi sekarang, dengan mudahnya mengatakan tidak menyukainya."Status mu, istri ku, suka tidak suka itulah kenyata
Baca selengkapnya
Tuduhan
Keesokan harinya.Nampak seorang gadis masih bergelut di dalam selimutnya, rasa hangat di dalam selimut sangat pas di musim dingin itu.Butiran demi butiran berjatuhan, hingga halaman depan di kediaman Duke Cristin terpenuhi oleh bola kecil putih itu."Nona, bangun." Gadis muda itu menggeleng pelan, matanya menatap wanita yang masih setia meringkuk di bawah selimut. "Duchess Lilliana memberikan pakaian hangat untuk nona." Sambungnya lagi."Sudah lah taruh saja di atas sofa, aku ngantuk plus dingin. Jangan ganggu aku." Kesal Viola di dalam selimut tebalnya. Bahkan ia begitu enggan menyentuh air. Tubuhnya pasti membeku bak patung es."Tapi Nona sudah di tunggu oleh Duke dan Duchess."Viola menyibak selimutnya, ia bangkit dengan rambut acak-acakan. "Bilang pada mereka aku ngantuk dan akan makan di sini," ucap Viola mendaratkan tubuhnya ke atas empuknya bantal dan kasurnya itu. Matanya me
Baca selengkapnya
Tidak Berhak
"Viola!" Sentakan Duke Cristin membuat ruangan itu seakan runtuh. Rahangnya mengeras, matanya memerah. Ia pun memejamkan kembali matanya untuk meredakan amarahnya. Dulu, ia memang mengatakannya. Bahkan hatinya tidak merasa berat sedikit pun, ia hanya menganggap Viola adiknya saja dan tanpa melibatkan perasaan apapun, namun sekarang, semuanya berbeda. Ada rasa yang tak menentu di hatinya."Aku tidak mengijinkan mu." Tolaknya secara halus. Perasaannya dulu hanya sebatas adik, tidak lebih. Membuatnya tidak betah di kediamannya, membuatnya membenci, ia sudah memutuskan membuat benteng yang kokoh, tapi kenapa sekian lama ia membuat benteng. Tiba-tiba benteng itu seakan runtuh dalam sekejap.Viola menggaruk pipinya yang tidak gatal. Tidak ada alasan baginya untuk tidak pindah. Tidak ada alasan baginya untuk bertahan. "Sudahlah, aku akan membicarakan pada Duchess."TokTokTokPelayan Milea muncul di de
Baca selengkapnya
Merawat
"Viola, tetaplah tinggal di sini." Duchess Lilliana menghentikan langkahnya tepat di belakang Viola. Matanya menatap Duke Cristin. Mata itu, mata yang mengisyaratkan untuk menghentikan Viola. "Tetaplah di sini, Vio." Sambungnya tanpa mengalihkan pandangannya. Ada kesedihan di dalam matanya, namun bibirnya tak mengucapkan apapun.Duke Cristin memalingkan wajahnya. Duchess Lilliana pasti mengerti kemauan dirinya."Terima kasih Duchess dan terima kasih Duke."Viola melanjutkan langkahnya, ia terus berjalan tanpa menoleh ataupun menghentikan langkahnya. Hatinya sangat lega, ia bisa bernafas teratur."Viola." Suara bariton itu memekik di telinga Duchess Lilliana. "Bisakah kamu tinggal di sini." Sebuah ucapan yang sangat berat, namun hangat. "Tinggalah di sini Vio,"Telinga Duchess Lilliana memanas, entahlah, ia tidak suka dengan suara hangat itu. Ia menepis pikirannya yang bercabang, mengatakan tidak masalah dan tidak akan terjadi apa-apa.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status