All Chapters of Second Marriage With Duke: Chapter 21 - Chapter 30
59 Chapters
Di Balik Perapian
"Oh, my gogok. Dia ada di sini." Viola memutar bola matanya, ia malas melihat orang yang kini berada di ambang pintu. Berjalan dengan sikap arogantnya itu.Kedua pelayan itu menaruh camilan di atas meja di depan Viola. Setelah menaruhnya, Milea dan pelayan lainnya pun pergi menyisakan kedua orang di ruangan perapian itu.Duke Cristin duduk tepat di hadapan Viola, entahlah, dia merasa Viola sangat sulit membukakan hati untuknya. "Vio, kamu suka sup dan teh, serta buburnya. Maaf jika rasanya kurang pas untuk mu," ujar Duke Cristin dengan nada selembut mungkin. Seumur hidupnya, ia tidak pernah membuatkan sup pada siapa pun, termasuk Duchess Lilliana. Jika pun sakit, tugasnya hanya menemaninya sana dan memanjaknnya."Tidak buruk." Viola memakan sup sayur itu. Rasanya memang pas di mulutnya.Duke Cristin tersenyum, tangannya mengelus kepala Viola yang sedang memakan sup sayur buatannya. "Aku tidak tahu caranya
Read more
Sebatas Patner Ranjang
AhhEmmmOh shit.Ia tidak bisa membohongi tubuhnya sendiri, tubuhnya meminta lebih dan lebih. Viola memandang kedua manik Duke Cristin, dadanya naik turun menahan gejolak yang semakin memanas.Tangan Duke Cristin tak henti-hentinya, meremas bokongnya dan meremas salah satu dadanya, hingga tangan Duke Cristin di balik gaunnya."Ini yang di namakan patner Duke, sebatas patner saja, tidak lebih!"Viola tersenyum miring, ia meraba tangan Duke Cristin di balik gaunnya yang masih meremas salah satu benda kenyal itu.Viola mengusap kedua dada Duke Cristin, tangannya merasakan detak jantungnya yang berlomba. Kedua tangan itu pun turun ke resletingnya, menariknya ke bawah, tangan nakalnya mulai berkerja dan meremas.AhDuke Cristin melongo, ia menatap ke bawah. Melihat tangan Viola, dan menegelusnya, lalu meremasnya.Ah Tubuhnya semakin panas, tangan Viola seperti mengalirkan aliran listrik. Keringat semakin
Read more
Kehangatan Kedua
Duke Cristin langsung menarik lengan Viola, hingga dia kembali duduk di atas pangkuannya, ia tidak peduli, Viola mau mengatakan apapun, yang jelas ia merasa nyaman dan tenang, i butuh Viola, ia butuh Viola menenangkan pikiran, hati dan kehangatannya."Duke, lepaskan. Aku lelah dan tidak ingin bermain dengan mu."Duke Cristin tak peduli, sedangkan Viola merasakan di bawah sana sangat pas. Tanpa ia sadari tadi, kedua pahanya menghimpit pedang panjang Duke Cristin, namun pedang itu terasa lemah. Mungkin karena sudah mencapai kenikmatannya.Duke Cristin menggendong tubuh Viola, membaringkan tubuhnya di sofa merah, hanya cukup menampung satu orang. Tanpa permisi, Duke Cristin kembali menidih tubuh Viola dan membenamkan kepalanya ke ceruk leher Viola."Biarkan seperti ini, Vio. Aku lelah, aku ingin beristirahat saja.""Ya, tapi jangan seperti ini. Tubuh mu berat Cristin, sebaiknya kamu mengurangi makan mu," ujar Viola tanpa abal-abal Duke, ia langsung me
Read more
Bertemu Duke Aland
Setelah acara drama dan melodrama, akhirnya pasangan itu melanjutkan acara sarapan pagi dengan suasana hening."Sayang, makannya pelan-pelan, nih mulutnya belepotan," ujar Duke Cristin seraya menghapus sisa roti di bawah bibir Viola.Viola bersemu merah, ia langsung memalingkan wajahnya. "Sudahlah, aku sangat lapar. Emm, kamu tahu sendiri, gara-gara kamu.""Lah, kok nyalahin saya, kan kamu sendiri sayang yang berkerja, aku hanya menikmati hasilnya saja."Viola menatap dekik Duke Cristin, tangannya terasa gatal ingin membogem mulutnya yang bak seperti burung pipit. Viola menoleh ke arah pelayan Milea dan kedua pelayan yang menunduk dengan sudut bibir yang tertarik."Jangan bicara sembarangan!" Kilah Viola. Ia memakan roti di tangannya dan mengunyah dengan cepat."Hah, sayang. Kamu kok malu sih, mereka pasti tahu.""Diam!" Viola sangat kesal, tangannya hampi
Read more
Resah
Duke Aland tersenyum penuh kemenangan, akhirnya wanita di hadapannya mau duduk kembali.Viola merasa jengah melihat senyuman itu, "Katakan, jika tidak penting, saya permisi." "Tunggu!" Duke Aland mencegah lengan Viola. "Aku akan mengatakannya."Dan lagi, dia harus kembali duduk karena rasa penasaran yang sudah menguasainya."Aku dan Duchess, kami berteman. Duka dan senangnya Duchess aku tahu, warna kesukaannya, apa yang tidak dia sukai. Hari demi hari aku lalui bersama Duchess, rasa nyaman dan hangat yang aku butuhkan, Hingga suatu hari aku memutuskan untuk mengatakan perasaan ku, namun sayang Duchess memilih Duke Cristin yang telah di jodohkannya."Viola menyilangkan kedua tangannya di dadanya, wajahnya santai dan serius mendengarkan Duke Aland, yang menjadi pertanyaan adalah, lalu apa hubungannya?"Lalu ..."Duke Aland tersenyum, wanita tangguh di hadapannya tidak mudah di taklukan, apa lagi hatinya yang sekeras batu. "Aku ing
Read more
Manjanya Sang Duke
Duke Cristin membuka pintu paviliun itu, kedua ekor matanya melihat sekeliling ruangan itu, menyapu setiap sudut. Dari kejauhan, seorang pelayan berjalan tergopoh-gopoh, lalu memberikan hormat."Yang Mulia Duke.""Apa Nyonya sudah pulang?" tanya Duke Cristin, yang di tanya pun mendongak."Belum Tuan."Duke Cristin mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, Viola belum kembali, hatinya merasakan firasat buruk, ia takut terjadi sesuatu, salahnya dia yang tidak menemani Viola keluar.Duke Cristin memutar tubuhnya, kedua kakinya berjalan mondar mandir dan kedua tangannya berada belakang pinggangnya menyilang. Sedangkan lehernya, selalu tertuju pada arah luar."Oh Tuhan.. Dimana Viola? Semoga dia baik-baik saja."Dari arah pintu gerbang, Duke Cristin melihat kereta milik kediamannya memasuki halaman utama. Paviliun yang di tempati oleh Viola memang mengarah lang
Read more
Aku Pergi
Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah melihat kemesraan mereka. Ia tidak percaya, Duke Cristin menyuapi Viola, bahkan makan di piring yang sama. Selama pernikahannya, ia dan Duke Cristin tidak pernah melakukan keromantisan seperti itu, mereka hanya duduk bersama di meja makan dan saling bercanda."Duke, apa perlahan nama Viola sudah menghapus nama ku?"Duchess Lilliana menghapus air matanya, ia berlari dari kamar Viola ke kamarnya, tidak perduli teriakan pelayan yang memanggil namanya. Sedangkan sepasang suami istri yang tengah asik itu, langsung menghentikan aktivitasnya.Keduanya langsung keluar karena takut terjadi sesuatu pada Duchess Lilliana."Ada apa Milea?"Milea melihat ke arah Viola. "Duchess tadi kesini, dia berdiri di depan pintu kamar nona dan setelah itu menangis sambil berlari."Tangan kanannya memijit pelipisnya, sedangkan tangan kirinya berdecak pingga
Read more
Kemarahan Duke Aland
Viola memandang ke arah luar jendela, kepalanya terus di isi oleh perkataan Duke Cristin dan Duchess Lilliana, walaupun ia sudah memberikan benteng yang sangat kuat, namun hatinya masih merasakan perih. Ucapannya sangat meremmukkan hatinya."Nyonya, apa anda baik-baik saja?" Viola menghapus air matanya. "Hey, aku baik-baik saja. Aku saja  hanya merindukan paviliun kita," ujar Viola. Seolah dirinya ceria dan sangat baik-baik saja."Syukurlah." Pelayan Milea tersenyum getir, ia juga merasakan sakitnya saat mendengarkan pendengaran Duke.Kedua pun telah sampai di sebuah penginapan keduanya pun turun memasuki penginapan itu."Selamat datang nyonya, ada yang bisa saya bantu.""Kami butuh menginap beberapa hari..""Maaf Nyonya." Pelayan itu mengatupkan kedua tangannya. "Penginapannya sudah penuh dan tidak ada kamar kosong," ujarnya tersenyum ramah.Viola mengangguk dan tersenyum kecut, "Terima kasih."Viola dan pela
Read more
Tercekat
Viola menatap manik Duke Aland, hingga Duke Aland sadar, dia menurunkan tangannya, berusaha mengatur nafasnya."Senangnya jadi Duchess. Kini dua orang yang mencintainya, sedangkan aku tidak." Viola menggeleng lemah. "Kamu tahu, aku pergi karena aku tidak ingin menjadi orang ketiga, perebut laki orang. Duchess mengatakan pada Duke, jangan mencintainya, cukup aku. Saat itu aku sadar, Duke tidak akan mencintai ku dan aku memilih pergi." Lirih Viola, tiba-tiba kedua air matanya menggenang. "Aku yakin dia orang baik, tapi setelah mendengarkan semuanya. Aku sadar, dia melakukannya hanya cemburu." Viola berdiri, ia memutar tubuhnya meninggalkan Duke Aland yang terpaku memikirkan perkataan Viola."Apa maksudnya? Apa Duchess memang benar melakukannya? Argh! Viola adalah korban, apa yang Duchess katakan sampai Viola memilih pergi? Dan aku, apa yang aku lakukan tadi?!" Duke Aland menjambak rambutnya frustasi.Sedangkan Viola, wanita itu membuka pintunya dengan
Read more
Aku Sudah Mencintainya
"Tidak-tidak, dimana Viola? Dia tidak mungkin pergi."Duke Cristin meninggalkan lemari yang kosong itu, dia berteriak seraya memasuki kamar lainnya, ke arah dapur dan ke tempat lainnya. Bahkan di halaman belakang pun, dia tidak menemukan Violanya."Viola, Luis! Luis!"Kesatria itu tergopoh-gopoh berlari mendengarkan teriakan majikannya. "Iya tuan,""Apa yang kamu lakukan, hah? Dimana Vio?""Tentu saja nona Vio ada di paviliun."BughBogeman itu melayang di pipi Kesatria Luis, hingga sudut bibirnya sobek dan darah segar keluar dari mulutnya.Tak hanya itu, Duke Cristin menarik kerah baju Kesatria Luis."Kamu bodoh, hah. Dia tidak ada, Viola pergi. Dan kamu malah tidak tahu. Cepat cari Vio, jangan pulang sampai kamu menemukannya."Kesatria Luis bergerak cepat, dia mengarahkan para pengawalnya mencari keberadaan majikan keduanya. "Viola." Duke Cristin terduduk di atas salju itu, kenangan demi kenangan berp
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status