Waktu terus mengalir, Viola menjalankan hari-harinya dengan penuh warna. Walaupun ada sekelibat warna hitam di hatinya.
Viola menjalankan hari-harinya dengan menjadi ibu rumah tangga sekaligus sebagai seorang ayah untuk kedua putranya. Namun anehnya, ia selalu merasa Duke Cristin berada di dekatnya. Walaupun rasanya tidak mungkin.
"Nyonya."
Milea mendekat, tidak mudah bagi majikannya menerima semuanya. Hatinya, ia merasa bersalah pada Viola yang tidak menceritakan semuanya.
Apa aku ceritakan saja padanya, tapi bagaimana kalau Nyonya merasa bersalah.
"Apa nyonya merasa sedih atau merindukan.."
"Aku boleh jujur,"
Milea mengangguk yakin, matanya menatap kedua mata Viola yang berkaca-kaca.
"Aku merindukannya."
Milea melirik dengan wajah menunduk, hatinya seperti di tusuk. Majikannya merindukan Duke, bagaimana jika keb
Detak jantungnya seperti gendrang, dadanya naik turun, nafasnya terasa panas, seperti sebuah benda panas yang menghantam."Du-duke."Laki-laki yang pernah ia cintai, pernah melalui bersama, manisnya kehidupan dan pahitnya kehidupan.Seorang laki-laki yang mencintai wanita lain, tapi melibatkan kehidupannya. Seolah kehidupannya tidak berarti apa-apa.Setiap langkahnya mendekat, ada desiran aneh di hatinya."Vio.... "Duke Cristin semakin mendekat, ia merasakan keterkejutan, kekecewaan dan kesedihan yang mendalam."Vioo..."Duke Cristin menatap tangan yang meremas kain pembungkus tubuh bayi mungil di tangannya."Apa yang kamu lakukan Vio?"Seketika Viola tersadar, karena merasakan debaran hebat, tanpa ia sadari tangannya meremas kain pembungkus Javier.Viola memalingkan wajahnya, ia belum sanggup menerima semuanya. "Ini mimpi," ujarnya dengan bibir yang bergetar."Dia tidak ada di sini."
"Ternyata selama ini, Duchess memang ingin memisahkan kita."Sontak Viola berkerut, bukankah Duchess sangat baik padanya. Kenapa ingin memisahkannya dengan Duke?"Apa maksud Duke?"Duke Cristin melerai pelukannya, ia merangkup kedua pipi Viola. "Dia cemburu, itu mungkin, tapi semuanya sudah tidak berarti lagi. Duchess yang menginginkan kita menikah dan memilik anak, tapi lambat laun dia juga yang ingin memisahkan kita. Apa kamu tahu? Ternyata Duchess ingin berkerja sama dengan Duke Aland untuk memisahkan kita. Aku baru tahu faktanya beberapa tahun yang lalu, aku langsung mendatangi Duke Aland. Aku menghormatinya dan menghargainya, tapi apa yang dia perbuat? Dia mempermainkan perasaan ku, bukan hanya aku, kamu dan kedua putra kita. Kamu mengalah demi dia bukan, mari kita bersama Vio.. Kita buat keluarga baru dan memulai kehidupan kita.""Aku tidak bisa!" Tolak Viola. Bukan karena ia tidak ingin memberikan k
Eryk keluar dari kamar ibunya dengan wajah kusut. Sejujurnya, ia ingin hanya ibunya, tapi melihat penderitaan sang ibu. Ia harus menurutinya."Bagaimana kalau nyonya Viola tidak mau dengan ku? Aku bukan anak kandung mereka, aku hanya anak adopsi saja," ujar Eryk seraya melihat ke arah gerbang.Ia menunggu Duke Cristin dan akan membicarakan hal ini secepatnya.Sesaat kemudian, ia melihat pintu gerbang terbuka. Dua ekor kuda yang di tumpangi ayahnya dan Kesatria Luis memasuki halaman Duke. Keduanya turun dan Eryk langsung berlari menyambut mereka."Ayah!" Sapa Eryk. Ia sangat merindukan ayahnya itu dan ingin menghabiskan waktu bersama.Duke Cristin masih menunduk, ia membuka jubah penutup kepalanya."Eryk, ayah lagi banyak urusan," ujar Duke Cristin. Ia begitu lelah dan tak ingin di ganggu oleh siapapun.Eryk memutar tubuhnya, ia menatap nanar punggung Duke
Sebelumnya alurnya memang author pengen gak balikin, tapi melihat karya orang lain banyak yang balik ada juga yang enggak jadi author putuskan milih yang balik saja.Lima Tahun Kemudian...Duke Cristin tak pernah lelah melihat sebuah lukisan yang terpanjang indah di ruangannya, salah satunya wanita pertama dan kedua. Salah satunya memiliki peran di hati Duke Cristin.Selama Lima Tahun ini, ia hanya bisa menatap dalam-dalam kedua lukisan itu. Duchess Lilliana yang pada akhirnya meninggal sebelum ia membawa Viola kembali dan ini janji terakhirnya."Maafkan aku Duchess, tapi aku berjanji akan membawa Viola kembali."Sebelum Duchess pergi, ia sudah memberi tahukan, bahwa ia dan Viola sudah memiliki anak. Duchess sangat bahagia dan saat itu, Eryk pun juga tahu.Laki-laki yang sudah berumur 10 tahun itu juga berjanji pada Duchess, akan membawa nyonya Viola dan kedua putranya.
Viola diam seribu bahasa, Duke Cristin pun berharap Viola mau menerimanya kembali."Tolong pikirkan Viola, ini permintaan dari Duchess."Otak Viola tak bisa berfikir, kejadian ini sangat mengejutkan baginya. Ia pun langsung pergi dengan membawa surat itu, melipatnya kembali, lalu Memasuki Restaurant tadi, terlihat kedua putranya berbincang dengan laki-laki yang tadi bersama Duke Cristin."Nyonya Viola."Viola menatap ringan, ia pun langsung melihat ke arah kedua putranya. "Ayo pulang!""Kakak aku pulang."Aronz tersenyum, ia mengelus kepala Jasper. "Lain waktu kita akan bertemu kembali.""Iya kak." Tangan kanannya beralih mengelus kepala Javier.Viola meraih kedua tangan putranya. Sampai di ambang pintu Restaurant. Mereka kembali berpapasan dengan Duke Cristin."Aku harap kamu jangan memarahinya."Viola kembali melanjutkan langkah kedua kakinya.Sesampainya di kediamannya. Ia melihat Milea dan E
Sinar matahari mulai menembus kaca. Menerpa wajah seorang wanita yang tengah berdiri di depan kaca jendela itu, matanya lurus melihat ke halaman depan seolah pikirannya terbang entah kemana.TokTokTok"Nyonya."Panggilan itu belum membuyarkan lamunannya. Ia tetap melihat ke depan. Hingga ketukan entah berapa kalinya. Kedua matanya langsung berkedip.Ah"Iya Milea."Langkah kakinya bergegas menuju ke arah pintu. "Ada apa?" Ia melihat seorang wanita yang turut membohonginya tengah berdiri dan tampak ragu mengucapkan sesuatu."Katakan saja, aku tidak marah pada mu, walaupun aku cukup kecewa pada mu.""It-""Itu....""Di luar ada Tuan Duke, Nyonya."Viola menatap ke atas, kemudian menghembuskan nafas dari mulutnya. "Baiklah, aku akan menemuinya," ujarnya bergegas pergi. Semal
Duke Cristin memegang pergelangan tangan laki-laki di sampingnya, kedua ekor matanya pun melirik laki-laki itu.Ia ingat betul, sebelum menikahi Viola. Ia sudah menyelidiki semua identitas Viola termasuk kekasihnya."Lepaskan tangan anda dari istri ku."Laki-laki itu langsung melepaskan tangannya. Namun sorot matanya mengisyaratkan permusuhan yang mendalam."Vio, bisakah kita bicara." Pinta laki-laki itu memohon."Apa maksud anda?" Duke Cristin berpindah tempat. Dia menjajarkan tubuhnya dengan tubuh Viola. Kemudian merangkul pinggangnya. "Viola adalah istri ku, jadi anda harus meminta ijin pada ku, tapi aku tidak mengijinkannya."Duke!"Viola menggoyangkan bahu kanannya agar Duke Cristin memundurkan tubuhnya. Ia merasa risih dengan lirikan orang."Sayang, apa kamu merasa malu? Emm baiklah, aku akan meminta jatah pada mu nanti malam. Kamu ingat kan, nanti malam janji mu.""Duke!""Ah, iya. Aku tahu, jangan ma
Sepanjang malam Viola memikirkan perkataan Eryk, sebuah surat yang berada di tangannya. Memikirkan nama Jasper dan Javier."Apa aku kembali saja?""Tapi rasanya."Tak terasa sinar matahari mulai memasuki kaca jendela, Viola masih tak bergeming di kursinya, lelah berdiri. Ia memilih untuk duduk.TokTokTok"Nyonya sarapan sudah siap," ujar Milea.Viola pun mendekati pintu, ia keluar dengan hati tak karuan. Duduk di tengah-tengah kedua putranya, di raihnya susu di sampingnya itu, dalam sekali teguk, susu itu pun tandas tanpa tersisa."Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ibu?" Tanya Javier. Mungkin karena sosok ayahnya yang datang dan mengganggu pikiran ibu. Ia sudah tahu semuanya, Duke Cristin adalah Ayahnya dan Eryk adalah kakak angkatnya.Sejujurnya ia sangat ingin memiliki keluarga lengkap, tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak akan memaksa keinginan sang ibu. Kebahagiaan ibunya adalah kebahagiaannya.E