Semua Bab Second Marriage With Duke: Bab 11 - Bab 20
59 Bab
Perhatian
CitCitCitSapaan burung menari-nari di dalam telinga, kelopak mata indah itu pun terbuka. Kepalanya tak seperti tadi malam yang lumayan tak berdenyut. Ia merasakan sesuatu yang menumpu di atas perutnya, menatap ke perutnya, satu tangan kokoh yang memeluk perutnya. Kedua ekor matanya mengikuti tangan kokoh itu, melihat seorang laki-laki yang tertidur pulas.Dia beringsut duduk, dari dahinya terjatuh sebuah kain. Di liriknya ke atas nakas, ternyata sebuah baskom yang berisi air. Mengingat-ngingat kejadian tadi malam. Duke Cristin mendatangi paviliunnya seperti maling dan merawatnya saat demam."Tidak buruk," ujar Viola.Ditatapnya wajah yang pulas itu, sebuah senyuman tersungging di mulutnya. Seandainya laki-laki di hadapannya tidak memiliki istri lainnya, pasti akan terpukau dan memujinya, tapi mengingat perlakuannya, membuatnya jengkel."Duke,"Viola mencoel pi
Baca selengkapnya
Ada Apa Dengan Mu
EkhemDuke Cristin gelagapan, ia langsung berdiri seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ekor matanya melirik sedikit, mengatur nafasnya untuk berbicara."Duchess, kamu datang kesini untuk bertemu dengan Vio, ah iya aku lupa. Aku membantu Vio karena Vio sakit, jadi ya aku ...""Tidak perlu Duke, kamu sudah merawatnya sesuatu yang membuat ku senang. Aku senang, Duke mau berbaikan dengan Viola. Seperti ini, jaga hubungan Duke dengan Viola. Agar usaha ku tidak sia-sia." Duchess Lilliana memotong perkataan Duke Cristin. Ia tahu, Duke Cristin pasti akan menjelaskannya, tapi percuma saja, hatinya sudah cemburu, perubahan yang Duke Cristin berikan, menohok hatinya yang peling dalam.Duke Cristin menunduk, samar-samar dia tersenyum tipis dan tentunya tanpa semua orang sadari. "Aku akan mengusahakannya.""Maksud Duke,"Duke Cristin menggigit bibir bawahnya, mulutnya tidak bisa di ajak kom
Baca selengkapnya
Tidak Ada Cinta Di Hati Ku
Viola mengkerutkan dahinya, matanya menangkap sosok aura yang berbeda dari Duchess Lillian, seperti ada sebuah ketidakrelaan di matanya."Sebaiknya Duke menemani, Duchess. Tidak baik, jika Duchess sendirian. Aku takut ada musuh Duke yang mengincar Duchess." Viola menyanggah seraya menatap Duke Cristin."Tapi kamu membutuhkan aku, Vio." Sarkas Duke Cristin. Sudah berbagai macam rayuan dari Viola, tapi kali ada rasa khawatir di hatinya. Bagaimana jika ada musuhnya yang mengincar Duchess? Setelah memikirkan matang-matang, Duke Cristin menentukan keputusannya."Aku akan mengantarkan Duchess, tapi setelah Duchess sampai aku akan pulang."Viola malah melongo dengan mulut lebarnya.Duchess Lilliana begitu senang, ia langsung merangkul lengan Duke Cristin. "Terima kasih Duke," Duchess Lilliana melangkah bersamaan dengan kaki Duke Cristin, namun sampai di ambang pintu dia menoleh. "Terima kasih Vio,"Viola tak menjawab atau pun mengangguk,
Baca selengkapnya
kamu jangan egois
"Lama tidak berjumpa, Duchess." Duke Arland tersenyum menyeringai. Mata Duke Aland melihat dari bawah kakinya sampai ke atas, Duchess Lilliana sama seperti dulu, wanita itu masih cantik, dan sekarang lebih cantik. "Bagaimana kabar mu, Duchess?""Sebaiknya kita menuju Restaurant depan, kita berbicara di sana. Tidak enak di sini," ujarnya.Duke Aland mengikuti langkah kaki wanita di depannya. Setiap melihat punggung rampingnya, ia teringat masa lalunya. Dulu, ia sering memeluk pinggang ramping itu.Bayangan di mana mereka saling kejar-kejaran, bermain bersama dan tertawa bersama, tapi sayang tidak ada cinta sebagai laki-laki di hatinya, melainkan cinta sebagai kakak laki-laki. Miris sekali hidupnya."Silahkan duduk, Duke Arland."Duke Arland menatap sekelilingnya, tanpa ia sadari langkahnya sudah sampai ke dalam Restaurant,ia duduk di hadapan Duchess Lilliana, sesuai dengan permintaannya.Seorang pelayan pun datang membawakan teh dan kue sesuai
Baca selengkapnya
Terciptanya kehangatan
Duke Cristin menghentikan langkahnya, baru saja ia memasuki kediamannya, hatinya berniat ingin melihat Viola, namun ada seorang pelayan yang mengatakan ada yang mengirim bunga untuk Viola, dan setelah melihatnya. Banyaknya bunga mawar."Siapa yang mengirimnya?" Rahang Duke Cristin mengeras, ia tidak akan menerima laki-laki lain mengagumi istrinya, Viola hanya miliknya. "Buang bunga itu, jangan sampai Viola mengetahuinya," ujar Duke Cristin meremas tangkai bunga mawar berdiri itu, hingga darah segar itu keluar dari telapak tangannya. "Tuan, Duke." Pekik salah satu pelayan. "Aku tidak apa-apa, lanjutkan saja membuang bunga di kereta itu," ujar Duke Cristin dengan nada dingin. Sedangkan di ambang pintu, tak jauh dari sana. Pelayan Milea mendengarkan dan melihat semuanya. "Aku harus melaporkan pada nona."Pelayan Milea langsung berlari menuju paviliun seraya membawa semua bahan untuk di makan nanti malam."Nona,"
Baca selengkapnya
Berujung Kesakitan
Angin menyelunup memasuki jendela kaca di samping ranjang yang tak jauh itu, membuat seseorang di atas ranjang itu membuka kedua matanya, merasakan semilir angin menerpa wajahnya.Mata hitam elangnya menatap langit-langit asing, ia pun memutar ingatannya, hingga sebuah senyum terbit di kedua bibirnya. Hatinya berbunga-bunga, ia tidak pernah sesenang saat ini, merasa terpuaskan dan kehangatan. Ternyata, bercinta dengan orang yang di cintai lebih berwarna.GlekDuke Cristin menelan ludahnya, bagian dimana ia menjamah tubuh Viola berputar-putar bagaikan roda kereta yang kembali membuatnya bergairah. Duke Cristin melirik ke bawah selimut, sesuatu kini menjulang tinggi di bawah selimut itu.EmmViola menggesekkan kepalanya di bawah ketek Duke Cristin, tanpa ia sadari, lenguhan dan gesekan itu membuat Duke Cristin tidak tahan. Tadi siang, ia sudah menggempur tiga ronde, rasanya belum terpuaskan. Matanya menatap ke arah Viola yan
Baca selengkapnya
Seperti Pelakor
Sedangkan di lantai bawah, Duchess Lilliana berjalan mondar-mandir dengan wajah panik, perasaannya takut, perasaanya bimbang, benarkah langkah ini adalah jalan yang terbaik untuk dirinya dan suaminya, benarkah semua ini permintaan hatinya.Mendengarkan Duke Cristin dan Viola berada di dalam satu kamar sampai jam makan malam, jantungnya seakan berhenti berdetak. Seandainya mereka melakukannya, haruskah ia senang atau sedih."Nyonya," seru sang pelayan. Dia pusing melihat majikannya berjalan mondar-mandir di depannya. Ia paham apa yang di khawatirkan, tapi Viola juga berhak. Ia merasa kasihan pada Viola, sekian lama gadis itu tidak mendapatkan haknya."Kemana mereka?" Tanya Duchess Lilliana seraya melihat ke arah tangga, sejak sore tadi ia sudah menunggu keduanya sampai ia merasa bosan dan kembali ke kediaman utama. Karena sudah jam makan malam, ia bermaksud ingin menjemput Duke Cristin sekaligus mengajak Viola."Pelaya
Baca selengkapnya
Menikah Lagi
Duchess Lilliana yang mendengarkan teriakan Duke Cristin, membuatnya langsung berdiri dan memeriksa kaki Duke Cristin yang di pegang."Sebaiknya kita panggil Dokter saja.""Aku tidak apa-apa," sahutnya tersenyum. "Kita lanjutkan saja, aku sudah lapar."Duchess Lilliana kembali duduk, Duke Cristin memulai memakan makan malamnya."O iya mulai malam ini aku akan tidur di paviliun, setelah satu minggu aku akan tidur di kediaman utama."UhukUhukViola langsung meraih segelas air di depannya, ia meneguk air itu setengahnya saja.Duke Cristin beranjak, dia menepuk punggung Viola dengan pelan. "Vio sayang, kamu tidak apa-apa?" Tanya Duke Cristin. Dia meraih segelas air di hadapannya. "Kamu kalau makan hati-hati."NyesHatinya langsung tergores, mengeluarkan darah dan perih. Pemandangan di depannya membuatnya tak mampu berkata-kata. Duke
Baca selengkapnya
Tak Bisa Melepaskannya
EmmmmzViola menggeliat, dadanya terasa geli. Seketika mata itu terbuka, matanya melirik ke bawah, melototi sesuatu di sana. "Duke!"Laki-laki yang menghisap benda kenyal itu langsung menghentikannya, lalu mengangkat wajahnya. "Emm, Vio." Duke Cristin menjauh, ia membuang muka. Malu, itu lah yang ia rasakan. Ia memejamkan matanya, sudah pasti dia habis kali ini.Viola membereskan gaunnya yang terbuka, ia malu, tubuhnya selalu saja di jajah oleh Duke Cristin, tapi sebetulnya dia juga mau. Argh! Hidupnya serba salah. Setiap manusia pasti memiliki nafsu."Sudahlah, aku mau tidur.""Vio, itu," Duke Cristin menggenggam kedua tangannya. "Aku minta maaf, sebenarnya aku menginginkan itu.."PlakTanpa sadar Viola memukul kepala Duke Cristin, hingga sang empu mengerang. "Vio," ringisnya sembari mengusap kepalanya yang tak sakit."Sakit, Vio."
Baca selengkapnya
Tak Pernah Salah
Viola membuka kedua matanya, lalu merenggangkan kedua otot tangannya itu. Ia beranjak duduk dan menoleh ke arah jendela. Matanya tertuju pada seseorang di sampingnya. Kosong, ia yakin Duke Cristin sudah pergi menemui Duchess."Ck, cinta mati."Viola melangkah ke arah balkom, merenggangkan kedua tangannya, merasakan semilir angin pagi yang masih dingin di iringi sebulir salju yang turun."Musim dingin, aku merindukan kehidupan ku sebelumnya. Di sini aku tidak bisa apa-apa? Tidak bisa bebas, ini dan itu, menjadi nona bangsawan atau menikah dengan bangsawan tidak mengenakkan. Kenapa aku tidak pergi berlibur saja!"Viola berdecak, sepertinya idenya tidak buruk. "Aku akan membicarakannya dengan Milea, dia pasti setuju kan.""Nona," sapa seseorang dari arah belakang. "Nona sudah bangun, o iya, air hangatnya sudah siap." Viola menatap Milea, ia pun langsung menuju kamar mandinya.Tiga pelayan itu pun membantu Viola membersihkan tubuhnya, memberikan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status