All Chapters of ELLIA: Chapter 51 - Chapter 60
103 Chapters
Mengupas Kenangan
Cuki memerintahkan para pekerja Georges Hat untuk berpencar ke setiap Kota bahkan Negeri. Mereka ditugaskan untuk menyelidiki mengenai Robert MT, seorang pengusaha berlian yang menjabat Manajer kebun binatang Planet Zoo.“Pastikan kalian membawa berita yang terpercaya sebelum kalian pulang ke Geroges Hat. Bila kalian pelupa maka tuliskan berita itu. Kemudian simpan kertas itu. Ingat simpan kertas itu."“Baik!” seru para pekerja. Kemudian mereka pergi menginggalkan Geroges Hat. Ada yang pergi sendiri-sendiri dan ada yang pergi berdua.Cuki sendiri tetap berada di Georges Hat. Ia bersama tiga orang yang diminta tetap tinggal oleh Cuki. Mereka bertiga adalah Eric si koki, Raimon seorang pekerja kasar dan Daren seorang supir kontainer.“Dan kau Eric, tugasmu adalah berburu bahan makanan di pasar terdekat. Daren akan menemanimu,” perintah Cuki.“Berburu di pasar?” lirih Daren.
Read more
Memaksa
Paman Hery tak lekas pergi dari rumah tahanan Dry Land Cave. Diam-diam ia ingin mengamati penjara terbesar dan satu-satunya di Westinhorn itu. Namun, karena tak ada tempat yang aman dari pantauan CCTV. Maka ia pura-pura meminta izin ke toilet. Ia berlama-lama di dalam toilet. Sampai-sampai seorang petugas keamanan mencurigai gelagat seorang laku-laki yang memakan waktu hampir 1 jam. Security itu pun menggedor-gedor toilet.  “Apa kau tidur di toilet!” tanya security usai menggedor pintu toilet. “Apa! Aku tidak dengar. Sebentar lagi, aku selesaikan dulu.” Paman Hery pura-pura mengerang di atas toilet duduk. Kemudian menekan tombol flush besar. Maka mengalirlah air yang deras dari dalam toilet. Security tak kunjung pergi. Ia masih menanti namun tidak di depan pintu toilet. Ia menanti di depan pintu masuk ruang toilet. Paman Hery masih di dalam toilet. Ia berpikir keras bagaimana supaya dirinya tidak pergi dari rumah tahan
Read more
Menelisik
Eric dan Daren tiba di Pasar Lilie. Namun sayang, lantaran terlalu besar truk yang mengantar mereka, sehingga Daren tak bisa membawanya masuk ke dalam pasar. Mereka pun memarkir truk itu di tanah lapang sebelum pasar, yang dikhususkan hanya untuk memarkir kendaraan-kendaraan besar. Tanah lapang itu juga dijadikan tempat bongkat muat dalam jumlah besar. Usai menyusul Eric yang turun lebih dulu, Daren bertanya, “Pertama kita akan kemana?” “Tentu saja ke kafe,” jawab Eric sambil melangkah menuju pasar. “Apa kau yakin? Mmm bukankah kita ditugaskan mencari... mencari musuh Roberth?” Tetiba Eric menghentikan langkah seraya menoleh pada Daren. “Pelankan suaramu!” Sambil melotot ia melanjutkan dengan suara pelan,”Dan lebih baik tak perlu menyebut nama! Atau kau malah membuat semua orang berpikir bahwa kita orang jahat!” “Baik baik baik.” Daren mengangguk-angguk seraya terhenyak. Sebagai koki masak Eric memang me
Read more
Tidak Melewatkan
Sebuah jeep berwarna putih melesat membelah hamparan tanah tandus berbatu. Panas yang menggila melukai apapun yang merayap di bawah langit. Tak ada yang melintas di satu-satunya jalan menuju Kota Herbone, selain debu yang diterbangkan angin. Di dalam jeep itu Steap tampak bahagia duduk di depan kemudi. Sedangkan Roy duduk di sampingnya. Di kursi tengah ada dua anak buah Roberth lainnya. Mereka adalah Max dan Durrel.“Hei, kawan. Makanlah kuaci ini daripada melamun,” Roy melemparkan tiga kantung kuaci pada Durrel. Kemudian Max lekas mengambil satu katong kuaci dari tangan Durrel.“Sepertinya kau menyimpan banyak kuaci, Roy,” sahut Steap.“Tentu saja, Steap. Kau kan tahu semenjak aku memiliki mobil ini, aku selalu membawa banyak makanan. Dan kuaci ini adalah cemilan yang harus selalu dibawa.”“Jadi Manajer juga memberimu mobil?” tanya Durrel.Roy dan Stea
Read more
Berpura-pura Dalam Aksi
“Baiklah, kau bawa saja helmku, supaya kau tak khawatir. Ini kuncinya.” Sipir berkulit cokelat melemparkan kunci loker berbentuk kartu pada sipir berkulit putih.“Lantas kau sendiri?”“Kau tak perlu khawatirkan aku. Aku sudah biasa.”“Kau selalu meremehkan, Jil.”“Kenyataannya memang seperti itu kan? Tak akan terjadi apa-apa di penjara ini.”“Baiklah, terserah padamu. Aku yang harus berterima kasih padamu.”“Ya sudah, pergilah sana.”“Hei, bagaimana aku bisa membukanya bila kau tak memberi tahu kodenya.”“Oh iya, aku lupa. Catat di kepalamu, 901033XV.” “Oke, terima kasih kawan.” Setelah itu Sipir berkulit putih pergi ke arah berbeda dengan kawannya Sipir berkulit cokelat.Paman Hery pun lekas mengikuti Sipir berkulit putih itu. Set
Read more
Tak Sengaja
Paman Hery tak mengira dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai lokasi tahanan blok Barat yang dihuni Mrs. Vaeolin. Padahal tadinya ia tak berniat pergi ke kantor staf dan kantor petugas Sipir. Karena, ia khawatir penyemarannya akan terbongkar. Begitu melewati sebuah lorong tahanan, Paman Heri sampai di depan lift. Sesuai dengan yang ada dalam ingatannya. Namun, tiba-tiba seorang Sipir wanita ikut masuk ke dalam lift ketika Paman Hery hendak menekan tombol turun ke lantai 4.Wanita itu tak menekan tombol. Dugaan Paman Hery, jika Sipir wanita itu juga akan turun ke lantai 4. Wanita yang memakai helm yang sama dengan yang dikenakan Paman Hery itu kemudian menyodorkan sebuah permen karet di hadapan Paman Hery.“Buatmu,” katanya.“Oh, terima kasih.”1... 2... 3... 4. Lift terbuka di lantai 4 bawah tanah. Paman Hery keluar lebih dulu, namun tiba-tiba Sipir wanita menarik tangannya.
Read more
Siasat
Eric tak memperdulikan seruan Daren. Ia tetap melangkah tergesa menuju kafe yang ia singgahi tadi. Begitu melihat kafe bergambar secangkir kopi dan roti, ia mengendorkan nafasnya seraya melepas senyum yang tertahan di kedua pipinya.Ia pun kembali melangkah bertepatan dengan Roy membuka pintu kafe itu. Mereka baru saja selesai mengisi perut. Selanjutnya adalah menjalankan misi. Roy dan ketiga kawan pun keluar dari dalam kafe itu.Tiba-tiba Daren menarik pundak Eric. Ia menarik kawannya itu bersembunyi di balik sebuah gerobak. Daren juga membungkan mulut Eric. Tak pelak Eric meronta-ronta.Setelah Roya dan ketiga kawannya melewati mereka berdua, Daren baru melepaskan telapak tangannya dari mulut Eric. Sontak Eric marah sejadi-jadinya pada Daren. Ia tak terima Daren mendekap dirinya dengan telapak tangan yang bau.Eric pun meludah. Ia juga mengelap mulut dan sekitar mulut dengan telapak tangannya. Barulah ia berkata, ”Hei, kau
Read more
Mata Yang Terbuka
Usai memantau pemindahan Satwa liar, William dijamu Manajer di ruangannya. Keringat yang bercucuran dari tubuh William seketika buntu. Pori-pori kulitnya tak langit mengeluarkan keringat lantaran udara berganti dingin.“Haaa, lega sekali. Aku rasa Planet Zoo bertambah panas kini,” ucap William usai menenggak air lemon dingin.Manajer tampak senyum-senyum seraya mengangguk-angguk. Namun, tiba-tiba Manajer membuka mata ketika Willian berkata, “Knox, apa kau sudah menghubungi kepala pemotongan hewan, Tuan Rigath?”“Sudah, Tuan Muda. Tuan Rigath akan datang pada sore ini. Dan akan mengeksekusi pada malam ini juga.”Dengan tergagap Manajer bertanya, “Apa maksud Tuan Muda? Pemotongan hewan apa?”Sebelum menjawab pertanyaan Manajer, William tersenyum bahagia. Ia mengatakan bahwa ia telah berbincang dengan Dokter Bolton saat memeriksa hewan-hewan yang di Planet Zoo.Willia
Read more
Mencurigai
Usai menarik nafas dalam-dalam, Paman Hery mengepalkan kedua tangannya. Kemudian membuka salah satu telapak tangannya. Dan mengarahkan kepalan tangan iu pada salah satu tangannya pada telapak tangannya. “Baiklah. Akan aku coba.”“Itu bagus.”“Tapi... kau akan menyusulku kan? Setelah yang kerjakan selesai?” Kali ini Brenda yang membuang nafas. “Baiklah, tapi aku tidak janji.”“Aku yakin kau akan menyusulku. Baiklah, aku akan pergi sekarang.”“Jangan lupa kartunya. Kau harus melihat kondisi tahanan. Seperti biasa, cukup dari luar saja.” Di ujung ucapannya, Brenda melepas senyum.“Oh, iya iya.” Paman Hery menepuk helm di kepalanya, sekedar pura-pura lupa.Kemudian Brenda menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam dengan chip berbentuk persegi berwarna emas. Ketika melihat hanya satu kartu, Paman Hery tetiba her
Read more
Merampas Senjata
Berbekal teropong Manson memeriksa tiap sudut sempit dan bangunan-bangunan tua di sekitar lokasi persembunyian. Setiap hari ia selalu bergantian dengan Romi memeriksa keadaan sekitar. Setiap dua jam mereka selalu memeriksa keadaan di luar dari atap.. Ini semua dilakukan atas perintah Paman Hery.Usai memastikan keadaan dalam keadaan aman dan tenang, Manson membuang nafas. Kemudian menggerutu, “Aku yakin ini tempat yang aman. Lebih aman dari rumahku.”“Maaf sayang aku bukan menyindirmu. Percayalah aku mencintaimu,” lanjut Manson sambil mengingat sang istri.Setelah memastikan situasi aman tanpa ada kecuali, maka Manson kembali masuk melalui pintu yang terdapat di atap. Usai menuruni tangga di rumah itu, Manson masih mendapati Romi serius mengamati tahunya pasir di dalam jam pasir kuno itu.“Semua baik baik saja,” kata Manson.Manson lalu duduk di sofa, sekedar merilekskan tubuhnya. Ma
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status