Sebuah jeep berwarna putih melesat membelah hamparan tanah tandus berbatu. Panas yang menggila melukai apapun yang merayap di bawah langit. Tak ada yang melintas di satu-satunya jalan menuju Kota Herbone, selain debu yang diterbangkan angin.
Di dalam jeep itu Steap tampak bahagia duduk di depan kemudi. Sedangkan Roy duduk di sampingnya. Di kursi tengah ada dua anak buah Roberth lainnya. Mereka adalah Max dan Durrel.“Hei, kawan. Makanlah kuaci ini daripada melamun,” Roy melemparkan tiga kantung kuaci pada Durrel. Kemudian Max lekas mengambil satu katong kuaci dari tangan Durrel.“Sepertinya kau menyimpan banyak kuaci, Roy,” sahut Steap.“Tentu saja, Steap. Kau kan tahu semenjak aku memiliki mobil ini, aku selalu membawa banyak makanan. Dan kuaci ini adalah cemilan yang harus selalu dibawa.”“Jadi Manajer juga memberimu mobil?” tanya Durrel.Roy dan Stea“Baiklah, kau bawa saja helmku, supaya kau tak khawatir. Ini kuncinya.” Sipir berkulit cokelat melemparkan kunci loker berbentuk kartu pada sipir berkulit putih.“Lantas kau sendiri?”“Kau tak perlu khawatirkan aku. Aku sudah biasa.”“Kau selalu meremehkan, Jil.”“Kenyataannya memang seperti itu kan? Tak akan terjadi apa-apa di penjara ini.”“Baiklah, terserah padamu. Aku yang harus berterima kasih padamu.”“Ya sudah, pergilah sana.”“Hei, bagaimana aku bisa membukanya bila kau tak memberi tahu kodenya.”“Oh iya, aku lupa. Catat di kepalamu, 901033XV.”“Oke, terima kasih kawan.” Setelah itu Sipir berkulit putih pergi ke arah berbeda dengan kawannya Sipir berkulit cokelat.Paman Hery pun lekas mengikuti Sipir berkulit putih itu. Set
Paman Hery tak mengira dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai lokasi tahanan blok Barat yang dihuni Mrs. Vaeolin. Padahal tadinya ia tak berniat pergi ke kantor staf dan kantor petugas Sipir. Karena, ia khawatir penyemarannya akan terbongkar.Begitu melewati sebuah lorong tahanan, Paman Heri sampai di depan lift. Sesuai dengan yang ada dalam ingatannya. Namun, tiba-tiba seorang Sipir wanita ikut masuk ke dalam lift ketika Paman Hery hendak menekan tombol turun ke lantai 4.Wanita itu tak menekan tombol. Dugaan Paman Hery, jika Sipir wanita itu juga akan turun ke lantai 4. Wanita yang memakai helm yang sama dengan yang dikenakan Paman Hery itu kemudian menyodorkan sebuah permen karet di hadapan Paman Hery.“Buatmu,” katanya.“Oh, terima kasih.”1... 2... 3... 4. Lift terbuka di lantai 4 bawah tanah. Paman Hery keluar lebih dulu, namun tiba-tiba Sipir wanita menarik tangannya.
Eric tak memperdulikan seruan Daren. Ia tetap melangkah tergesa menuju kafe yang ia singgahi tadi. Begitu melihat kafe bergambar secangkir kopi dan roti, ia mengendorkan nafasnya seraya melepas senyum yang tertahan di kedua pipinya.Ia pun kembali melangkah bertepatan dengan Roy membuka pintu kafe itu. Mereka baru saja selesai mengisi perut. Selanjutnya adalah menjalankan misi. Roy dan ketiga kawan pun keluar dari dalam kafe itu.Tiba-tiba Daren menarik pundak Eric. Ia menarik kawannya itu bersembunyi di balik sebuah gerobak. Daren juga membungkan mulut Eric. Tak pelak Eric meronta-ronta.Setelah Roya dan ketiga kawannya melewati mereka berdua, Daren baru melepaskan telapak tangannya dari mulut Eric. Sontak Eric marah sejadi-jadinya pada Daren. Ia tak terima Daren mendekap dirinya dengan telapak tangan yang bau.Eric pun meludah. Ia juga mengelap mulut dan sekitar mulut dengan telapak tangannya. Barulah ia berkata, ”Hei, kau
Usai memantau pemindahan Satwa liar, William dijamu Manajer di ruangannya. Keringat yang bercucuran dari tubuh William seketika buntu. Pori-pori kulitnya tak langit mengeluarkan keringat lantaran udara berganti dingin.“Haaa, lega sekali. Aku rasa Planet Zoo bertambah panas kini,” ucap William usai menenggak air lemon dingin.Manajer tampak senyum-senyum seraya mengangguk-angguk. Namun, tiba-tiba Manajer membuka mata ketika Willian berkata, “Knox, apa kau sudah menghubungi kepala pemotongan hewan, Tuan Rigath?”“Sudah, Tuan Muda. Tuan Rigath akan datang pada sore ini. Dan akan mengeksekusi pada malam ini juga.”Dengan tergagap Manajer bertanya, “Apa maksud Tuan Muda? Pemotongan hewan apa?”Sebelum menjawab pertanyaan Manajer, William tersenyum bahagia. Ia mengatakan bahwa ia telah berbincang dengan Dokter Bolton saat memeriksa hewan-hewan yang di Planet Zoo.Willia
Usai menarik nafas dalam-dalam, Paman Hery mengepalkan kedua tangannya. Kemudian membuka salah satu telapak tangannya. Dan mengarahkan kepalan tangan iu pada salah satu tangannya pada telapak tangannya. “Baiklah. Akan aku coba.”“Itu bagus.”“Tapi... kau akan menyusulku kan? Setelah yang kerjakan selesai?”Kali ini Brenda yang membuang nafas. “Baiklah, tapi aku tidak janji.”“Aku yakin kau akan menyusulku. Baiklah, aku akan pergi sekarang.”“Jangan lupa kartunya. Kau harus melihat kondisi tahanan. Seperti biasa, cukup dari luar saja.” Di ujung ucapannya, Brenda melepas senyum.“Oh, iya iya.” Paman Hery menepuk helm di kepalanya, sekedar pura-pura lupa.Kemudian Brenda menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam dengan chip berbentuk persegi berwarna emas. Ketika melihat hanya satu kartu, Paman Hery tetiba her
Berbekal teropong Manson memeriksa tiap sudut sempit dan bangunan-bangunan tua di sekitar lokasi persembunyian. Setiap hari ia selalu bergantian dengan Romi memeriksa keadaan sekitar. Setiap dua jam mereka selalu memeriksa keadaan di luar dari atap.. Ini semua dilakukan atas perintah Paman Hery.Usai memastikan keadaan dalam keadaan aman dan tenang, Manson membuang nafas. Kemudian menggerutu, “Aku yakin ini tempat yang aman. Lebih aman dari rumahku.”“Maaf sayang aku bukan menyindirmu. Percayalah aku mencintaimu,” lanjut Manson sambil mengingat sang istri.Setelah memastikan situasi aman tanpa ada kecuali, maka Manson kembali masuk melalui pintu yang terdapat di atap. Usai menuruni tangga di rumah itu, Manson masih mendapati Romi serius mengamati tahunya pasir di dalam jam pasir kuno itu.“Semua baik baik saja,” kata Manson.Manson lalu duduk di sofa, sekedar merilekskan tubuhnya. Ma
Kerasnya suara tembakan yang dilepaskan oleh Durrel, ternyata membangunkan Manson. Suara itu pula yang membuat mup berisi sereal di tangan Romi terjatuh. Akibatnya ia tak jadi makan sereal, padahal ia sangat lapar.Manson dan Romi begitu panik. Mereka memutuskan bergegas pergi dari rumah milik Linch. Romi menyimpan jam pasir tua ke dala peti kayu. Setelah itu ia membungkus peti kayu itu dengan kain. Lalu dimasukkan ke dalam tas ransel. Ia harus secepatnya pergi ke tempat baru. Dan kembali menjalankan jam pasir itu sebelum 1 jam. Karena bila tidak, maka seperti Paman Hery, Ellia dan John tak bisa dikembalikan.“Kau yakin kita bisa pergi ke tempat aman sebelum 1 jam?” tanya Manson.“Aku tak tahu.”Setelah melompati atap-atap tinggi yang berdiri di sepanjang jalan sempit itu, Romi dan Manson menuruni anak tangga dari besi yang sudah berkarat. Karena ada penjual buah di bawah tangga itu, mereka berdua terpaksa m
Badai salju kembali datang menerjang. Menggulung apapun yang ada di permukaan. Lalu menimbunnya dengan pasir putih yang dingin. Angin tampak berputar di langit. Langit yang tak bersahabat. Hitam pekat selama beberapa hari terakhir.“Ellia, masuklah ke dalam mobil ini!” seru Jack.“Tidak! Aku akan bersama Jery. Tenang saja,” balas Ellia.“Ellia, sebaiknya kau masuk supaya bisa lebih hangat. Badai salju ini akan membekukan kita,” usul Jerry.“Tidak Jerry, aku akan bersamamu. Kita akan hadapi bersama badai salju ini.”“Ellia, kumohon! Masuklah!” seru Jack yang tiba-tiba keluar dari dalam mobil. Ia pun menggigil kedinginan karena sapuan angin yang membawa salju.“Jack masuklah! Kita harus secepatnya mendaki bukit sebelum saju salju ini mengubur kita!” seru Ellia.“Kau masih kuat kan Jerry? Kita segera pergi ke temp