Lahat ng Kabanata ng Crown: Kabanata 31 - Kabanata 40
76 Kabanata
Anxious
"Kamu terlalu negative thinking sama Gavin. Apa kamu nggak bisa positive thinking? Gimana kalo ternyata Gavin itu menerima Davi dengan lapang? Kamu pasti tahu gimana bahagianya Davi.” Asti mencoba memberi positive mindset pada Laura.Laura kembali menggeleng. "Resiko itu terlalu besar. Aku nggak siap Davi tersakiti. Aku nggak bisa.” Andaikan kalian tahu apa yang sudah dilakukan Kak Gavin tadi malam. Laura yakin kalian tak akan menbelanya.Mella yang berada di samping Laura mengelus pundak Laura. "Oke, kita nggak bisa maksa. Tapi satu yang harus lo inget. Please, Ra. Jangan tutupin apa-apa dari kita. Lo nggak pernah nyusahin gue dan Mama. Kita keluarga, Ra. Jangan sungkan.”Laura mengangguk. "Kalian adalah keluargaku.”***Selama perjalanan, Laura hanya menggigit jarinya. Dia sangat gelisah. Dia takut jika akhirnya Gavin menemukan mereka. Bukankah jarak Jakarta dan Bandung tidak t
Magbasa pa
Again
Gavin menyeringai. Dia akan mengurus ADC dan mengambil haknya. Gavin tak sabar bertemu anaknya. Walaupun Laura berkata dia sudah membunuh anaknya, Gavin tak percaya. Hati Laura terlalu lembut untuk aborsi atau menghilangkan nyawa. Dia akan melakukan apapun. Dia akan mendapatkan anaknya.Sampai ketemu lagi, Ra.***Anton membersihkan tangkai bunga mawar dari durinya, sedangkan Laura sedang memetik bunga lily. Laura menikmati Anton yang tengah bersenandung lagu It's You milik Alie Gatie dengan lirih. Laura tersenyum. Anton terdengar sangat menghayati lagunya."Kamu lagi kasmaran ya?” tanya Laura menyela nyanyian Anton."Eh.” Anton terkejut dan bingung dengan ucapan Laura. "Kenapa kamu bilang begitu?” tanya Anton."Ya, kamu nyanyinya pake perasaan banget,” ucap Laura dengan sedikit terkekeh."Iya, Ra. Lagi kasmaran tu si Anton. Tapi orangnya nggak peka,” ledek Sandra yang tiba-tiba muncul."A
Magbasa pa
Worry
"Ya Lord, Laura! Kamu kenapa?” tanya Sandra yang baru kembali. Anton yang mengikuti Sandra di belakangnya pun menatap Laura khawatir. Dia ingin sekali memeluk Laura, namun dia tahu Laura tak suka dipeluk lelaki.Sandra mendekati Laura yang terduduk di lantai dan memeluknya. Laura membalas pelukan Sandra dengan erat. Dia menangis di bahu Laura. "Anton, lo keluar dulu. Ini masalah wanita,” ucap Sandra. Anton melayangkan tatapan protes pada Sandra. Saat dia menatap mata Laura yang seolah memohon Anton untuk keluar, Anton akhirnya menghembuskan nafasnya pasrah."Kalo ada apa-apa panggil gue,” pesan Anton pada Sandra. Setelah mendapat anggukan singkat dari Sandra, Anton keluar.Sandra menguraikan pelukannya. "Is he Davi's daddy?"***"Is he Davi's daddy?” tanya Sandra pelan. Walaupun sebenarnya dia tak butuh jawaban. Semua orang yang pernah melihat dua orang itu pastilah sudah bisa menebak. Wa
Magbasa pa
Met
Gavin menunjukkan smirk yang misterius. "Aku akan membuatnya bertekuk lutut kepadaku.”[Akash, save my word. Jangan membuatnya membencimu. Jangan lakukan hal di luar batas. Ingat! You're in Indonesia. Tidak di London. Dan aku mengingatkanmu, dia tentu masih memiliki trauma. Aku pernah menemui kejadian yang seperti itu beberapa kali. Mereka akan takut dan gemetar jika bertemu lawan jenisnya. Jangan membuatmu menyesal di kemudian hari.] peringat Richard. Pasalnya Richard takut Gavin akan bertindak melampaui batas. Mengingat sifat Gavin yang misterius dan tak terduga."Aku tak janji.”Gavin menggelengkan kepalanya. Dia memijat pelipisnya karena pusing. Dia meraih ponselnya yang berdering.[...]"Oke. Jam 9 di Ten’s Coffee House.”[...]"Setelah ini kita langsung berangkat. Pak Refal orangnya perfeksio
Magbasa pa
Sincere
Laura memutuskan untuk kembali bekerja. Dia tidak bisa selalu diam di rumah. Davi pun juga harus sekolah."Bun, Davi pengen sekolah. Davi bosen di rumas terus,” rengek Davi dengan memeluk kaki Laura yang sedang duduk di sofa."Besok Davi boleh sekolah,” ucap Laura sambil mengelus kepala Davi dengan sayang."Beneran Bunda?” tanya Davi bersemangat. Laura mengangguk. Davi kembali memeluk Laura dengan erat. "Makasih, Bunda.”"Ya udah, Davi main dulu ya di kamar. Bunda mau ke pasar dulu,” ucap Laura. Davi mengangguk dan masuk kamarnya dan Davi.Laura mengambil ponsel dan dompetnya. Dia memasangkan kardigan putih di tubuhnya dan membuka pintu. Laura menatap orang yang ada di depannya dengan mata melebar. "K- Kak Gavin?"Laura menundukkan kepalanya dengan takut. Pelan-pelan Laura menutup pintu rumahnya. Dia takut Gavin akan memasuki rumahnya saat dia lengah.***"K- Kak Gavin?"Gavin di depannya se
Magbasa pa
Confuse
Laura terbelalak. Sayang?Anton menatap Laura tak percaya. "Sayang? Apa maksud Anda?"Laura hanya diam. Dia takut untuk berbicara. Di dalam florist, Sandra hanya diam memandangi pertikaian di luar. Dia merasa tidak berhak untuk mencampuri urusan Laura. Biarlah Laura yang menyelesaikannya. Sandra tahu, Laura adalah gadis yang kuat. Laura pasti dapat mengatasi sendiri masalahnya.Gavin sama sekali tidak menghiraukan Anton. Dia masih menatap Laura tajam. "Ah, kamu lupa, ya. Sekarang kan kita harus jemput anak kita.” Gavin menekankan dua kata terakhirnya. Membuat Laura dan Anton terkejut karena alasan yang berbeda."Anak?” tanya Anton dengan kasar.***"Anak?" Beo Anton.Gavin membuat ekspresi seolah tengah terkejut. “Loh, kok kamu nggak bilang sih, Dear?” tanya Gavin dengan ekspresi “pura-pura” sedih. Gavin beralih ke Anton. "Oh ya, kenalin, gue Gavin. calon sua
Magbasa pa
Strange
Gavin memasukkan Davi di kursi belakang. Lalu dia masuk di kursi pengemudi. “Suaminya kok ditinggal masuk mobil duluan?” ucap Gavin."Maaf. Nanti aku bilang ke Bu Dara kalo Kak Gavin bukan suamiku.”"Nggak usah, biarin aja. Kita ke mall dulu. Aku mau beliin Davi mainan.”Laura diam tanpa menjawab. Toh dia juga tak berani menolak. Gavin melajukan mobilnya ke salah satu mall. Laura menatap Gavin dengan takut. Dia menimbang, apakah Gavin marah jika Laura bertanya? Laura menghembuskan nafasnya panjang. Dia berdehem pelan."Sebenernya apa maksud Kak Gavin ngelakuin ini? Aku ngerasa semua ini terlalu aneh dan tiba-tiba.”***Mereka bertiga makan dalam diam. Laura memerhatikan Gavin yang memakan rendang buatannya dalam diam. Saat tadi di mall Davi ingin makan di sana, tapi Gavin menolak. Awalnya Laura mengira Gavin tidak bisa berlama-lama di mall karena ada urusan lain.Tapi anehnya Gavin malah berkata, "terus m
Magbasa pa
Pretend
Firasat Laura memburuk. Apa orang yang diceritakan Meghan adalah orang yang sama dengan orang yang dia kenal? Tapi kemungkinannya sangat kecil. Seingatnya dulu Gavin di London, sedangkan Meghan sejak junior high school di London. Tidak mungkin, kan?"Kalo boleh tau, siapa namanya?” tanya Laura.Meghan tersenyum. "Namanya Akash,” Laura menghembuskan nafasnya lega. Entah untuk apa dia lega. "Kalo ada orang ganteng yang namanya Akash beli bunga di florist lo, bilang ke dia gue sayang sama dia,” ujar Meghan.Laura mengangguk. Sesampainya di florist, Meghan membantu Laura menyiapkan bunga. Dia bilang dia sedang mengisi waktu kosongnya."Ra, kayaknya temen lo itu,” Meghan menunjuk Anton. "Suka deh sama lo.”***Setelah Laura menidurkan Davi, dia menghubungi Mella. Hanya Mella lah tempat curhatnya sekarang. Dia tak mungkin curhat ke Angin atau pun Cici. Dia tahu, mere
Magbasa pa
Survive
Gavin kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Dia tak ingin memusingkan semuanya. Dia hanya ingin seperti ini. Dia ingin bersama Davi dan Laura.Ponsel Laura bergetar. Laura sedikit mengintip Gavin yang sudah memejamkan matanya. Laura mendudukkan dirinya dan membuka pesan dari Mella.Mella:Gavin Akash Alastair.Kenapa?Satu air mata Laura menetes. Dadanya sesak. Akash? Apa Gavin adalah Akash dalam kehidupan Meghan? Jadi Gavin dan Akash adalah orang yang sama? Jadi benar, Gavin hanya ingin membawa Davi ke London?Laura:Bantu aku buat pindah ke tempat yang jauh dari Bandung secepatnya ya, Mell. Aku mohon.***Gavin membuka matanya. Dia tersenyum melihat wajah polos Davi dan Laura. Dia merasa senang mendapati Davi saat dia membuka mata. Atau juga dengan Laura. Entahlah, dia tidak tahu dengan benar, apakah dia me
Magbasa pa
Disappear
Dia semakin murka saat melihat Laura yang menangis di pelukan Anton. Dia tak suka. Laura sangat sulit untuk bersentuhan dengannya, tapi kenapa Laura bisa berpelukan dengan Anton? Saat ini, dia ingin meluapkan semuanya."Pak Gavin, saya mohon sabar. Bukan hanya anak Anda yang di dalam. Dia juga anak Laura,” ujar Anton. Dia tak suka melihat Gavin yang membentak Laura."Diem! Pergi lo!” bentak Gavin.Anton menggeleng. "Saya nggak bisa pergi seb-""Anton, kamu pulang dulu ya.” Ucapan Anton terhenti karena suara serak Laura. Anton ingin protes, namun dia tak tega menatap mata berair Laura yang menatapnya penuh permohonan.Setelah Anton pergi, Gavin kembali menatap Laura marah. Laura menangis sesenggukan. Dia masih menunduk. Gavin mendekati Laura. Dia mencengkram rahang Laura dan mendongakkan kepala Laura agar menatapnya."Gimana rasanya pacaran sampe lupa sama anak sendiri?" desis Gavin.Laura hanya menatap Gavin dengan a
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status