Lahat ng Kabanata ng Bangkitnya Sang Ahli Pedang: Kabanata 91 - Kabanata 100
199 Kabanata
Menyelesaikan Masalah
Suara teriakan dari semua pengunjung terdengar. Sepertinya aku harus memberikan ganti rugi karena keributan ini. “Maaf atas ini.” Aku tersenyum pada Arvena yang menatapku sambil memegangi mulutnya. Dia melihat bahwa  aku sedang menahan tangan seorang penjaga yang memegang pisau. Ketakutan dari wajahnya itu sangat terlihat. Aku mungkin terlalu dalam bertindak. Tapi tahu tidak kita selalu membutuhkan momentum untuk mendapatkan apa yang kita mau.“Kau bajingan dari mana beraninya menggangguku yang merupakan orang kaya di sini!?” Pria jelek itu berteriak padaku, dia membuat dua penjaga yang terjatuh tadi harus berdiri dengan c
Magbasa pa
Keinginan lamaku
Kegelapan yang tidak terlalu gelap. Mataku yang merupakan mata lebih sensitif bisa melihat dengan jelas di dalam kegelapan. Aku melihat tubuh gendut itu sedang tertidur dengan nyenyak di kasurnya dengan dua wanita. Pakaian meja semua terlihat berantakan. Mataku tanya ternodai dengan itu. Aku menggerakan tubuh gendut itu dengan menggunakan kakiku. Sepatuku yang Bersol tebal membuat tekanan yang kuat di tubuhnya. Dia bergerak, menggeliat seperti ulat sagu yang menyebalkan. “Ada gempa?” Suaranya pelan dan parau. Berapa banyak obat dan alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya malam ini?Karena ak
Magbasa pa
Rumah Lelang
Sejak tadi aku berjalan-jalan yang seperti pencuri. Tanka mengikutiku dan dia mengeluh karena itu. Setelah aku bertemu dengan para kesatriaku di penginapan cukup jauh di sini, aku menyibukkan diriku di pelabuhan. “Apa yang kau cari, Akion?” Pertanyaan Tanka selalu itu saja, dia pasti sangat kesal melihatku seperti tidak ada kerjaan. Setengahnya benar, karena memang benar aku tidak mempunyai pekerjaan selain menunggu apa yang kupesan pada Flem jadi. Dia telah membuat dua puluh lima kali percobaan untuk opor ayam, dan aku masih mengatakan rasanya tidak sama Sedangkan untuk membuat kec
Magbasa pa
Caesar dan Suara Tuhan
Yazza menggerakkan wine di gelasnya, memutar mengelilingi gelas wine yang lebar seperti mangkuk.Dia begitu tenang berhadapan denganku dengan mata bertemu mata. Dia sama seperti Verion, tapi versi ini lebih kuat dibandingkan Verion yang keberadaannya lebih lemah. Yazza memiliki kepercayaan yang tinggi, Yazza juga memiliki intuisi yang tajam. Dia bahkan tahu bahwa itu adalah aku. Aku tidak melihat pedang di tubuhnya, mungkin dia penyihir. Atau hanya seorang pemikir ulung yang percaya dengan penilaiannya bahwa aku tidak akan melukainya. “Anda sudah selesai mengamati aku, Akion?”Dia berkata sopan padaku tanpa mengatakan gelar atau menambahkan gelar lainnya,   dan aku tahu dia lebih tua dariku
Magbasa pa
The Day
Ternyata aku bangun lebih siang dibandingkan biasanya. Siang maksudku adalah siang seperti kau terlambat pergi sekolah. Pukul delapan pagi, dan semuanya sudah sangat sibuk. Beberapa kali aku dapat mendengar suara kesibukan dari aktivitas di dapur. Aku melihat Tanka sudah tidak ada lagi di kamar, dia pasti telah pergi untuk menenangkan dirinya. Aku tidak mengkhawatirkannya diculik, karena dia sangat kuat dan aku yakin dia akan menyembunyikan wujudnya. Di saya seperti ini aku lebih suka kalau Tanka mencuri di kebun orang. Aku melihat ke luar jendela untuk memastikan dia apakah ada di dekat sini, dan aku tidak menemukannya. Aku menghirup udara pagi, dan kuputuskan untuk mandi. Jika aku ada di mansion utama Sanktessy, maka Bastian pasti akan sangat cerewet. “Tuan Akion, Anda sangat hebat.” Akh bisa mendengar suaranya. Aku tahu, pasti seluruh Sanktessy menjadi sangat ribut karena beritahu. Surat Harzem yang kuterima juga membahas tentang itu, membuatku risih dan malu secara bersam
Magbasa pa
Mendislipinkan Mereka
Aku melemparkan batu Mana merah berukuran kecil padanya, dan dia menggunakannya dengan cepat. August yang telah tenang akhirnya mundur dan benar-benar menghilang dari hadapanku. “Petir ini membuatku terkejut saja.” Dia mengomel seperti biasanya. “Kau takut dengan petir?”Dia tidak menjawab dan hanya terdiam begitu saja. Aku anggap itu benar. “Memang dari mana saja kau, Tanka?” Tanka melihatku dan tertawa kecil. Dia adalah sosok yang bebas yang seringkali melakukan banyak hal sesukanya.“Aku menjelajah.” Dia tertawa. “Kau menjadi pencuri lagi?” aku menghelakan napas karena aku sepertinya benar. “Aku mengambil sesuatu dari tempat yang kuat bersama Sunny.” Dia melihatku dengan takut.“Sunny,” panggilku melalui telepati.“Ada apa, Ayah?” jawabnya dengan segera. “Kau dan Tanka dari mana?”Tanka hanya bisa diam takut mendapatkan hukuman dsriku yang katanya seperti anak kecil.“Kami ke rumah pendeta yang ada di ujung gunung, Ayah.” Jawaban itu membuatku bingung. “Apa kalian mencuri
Magbasa pa
Perjalanan Ke Utara
“Tulangku!” Teriakan itu nyaring sekali, aku minum teh bunga liar ujung karang dari Theo yang kubeli dengan tujuh keping emas untuk menghargai kerja kerasnya. “Panas!”Aku mendengar lagi suara teriakan itu, diikuti dengan langkah kaki yang ramai dan cepat. Lalu suara auman milik Sunny terdengar. “Teh ini memang enak. Untungnya aku mengirim teh ini juga ke Sanktessy.” Aku twrsenyum saat menemukan harta berharga seperti ini. “Salam terhadap penguasa hutan kegelapan, Baron Muda Akion Naal Saktessy.” August menemuiku. Kali ini dia tidak ikut berlatih karena aku menyuruhnya untuk menyembuhkan diri, karena dominasi dari Sunny, bagian dalam August mengalami luka cukup serius. “Ada apa, August?” “Tuan Akion, dengan menggunakan kecap ini masakan apa yang akan kita buat?” tanya Augus sambil menunjukkan kecap di tangan kanannya. “Daging panggang juga boleh, atau daging tumis.” Aku memikirkan wujud kedua makanan itu, tampaknya keduanya sangat enak. “Baiklah, Tuan Akion. Saya akan mem
Magbasa pa
Phoenix
“Baiklah, tenang dulu. Aku tidak mau merugikan siapa pun di sini.” Aku tahu dari buku bahwa keberadaannya sangat langka dan dua makhluk di dekatku ini ingin sekali memilikinya. “Kalian berdua tenanglah, dan duduk.” Mereka berdua menurutku dengan mata yang menatap sambil mengubah. Di depanku, dia menatap dengan sangat, lalu semburan api terjadi. Aku menggunakan auraku untuk mengelakkan apinya. Karena apa yang dilakukannya, membuat Sunny menatapnya tajam dengan penuh kewaspadaan.Phoenix, dia adalah burung yang sangat indah yang memiliki warna bulu yang membuatku terpukau. “Sunny.” Aku melihatnya dan membuatnya duduk kembali dengan tenang. Phoenix itu merasa terancam, karena dia dan naga, sudah jelas bahwa naga akan menang melawannya. Walaupun naga ini belum berumur satu tahun. Kenyataannya, tentang kekuatan di antara mereka sangat berbeda. Aku memperhatikan Phoenix itu, di bawah tubuhnya aku melihat dua telur yang indah. “Tenanglah, kami tidak menginginkan telurmu.”Aku ber
Magbasa pa
Sampai Iblis Takut Melihatku
Dia terbang dengan sangat cepat, serbuk perinya itu sampai memenuhi lintasan terbangnya. Aku tahu bahwa dia sangat bahagia karena mendapatkan apa yang dia idaman. Saat di melihat aku membaca buku Phoenix, dia langsung memasang senyum terbaiknya, dia bahkan memuji-mujiku seperti penjilat. Aku diam mendengarkan pujiannya. Jika aku menyuruhnya untuk membuat nyanyian dari pujian yang dia ucapkan, mungkin bisa mencapai sepuluh lembar. “Kau memang Tuan terbaik, Akion.”“Oh! Lihatlah! Betapa tampannya kau! Pantas saja kebaikan selalu mengikutimu.” Dia selalu memujiku tapi tangan dan matanya sibuk dengan bulu Phoenix itu. Dia memang makhluk yang kuat biasa. “Aku akan tidur bersamamu malam ini, sayangku.” Tanka mengecup bulu Phoenix yang ada di sebelahnya, seolah itu adalah kekasihnya. “Tanka buatlah ramuan dengan jejak iblis itu. Harga yang sangat mahal, kita bisa menyuruh Marquis Kingston untuk itu.” Aku tersenyum membayangkannya. Satu bulu phoening cukup besar, kurasa kami bisa me
Magbasa pa
Permintaan Dari Eigar
Beberapa hari kemudian apa yang kuinginkan terjadi. Telur itu menetas dan menunjukkan kedua anak mungil Pyukkan yang sangat menawan. “Indah sekali ....” Mata Tanka tidak bisa lepas dari dua anak Pyukkan. Aku tahu dia ingin membawa dua anak itu dan merawatnya. Sama seperti Sunny, dia memandang dengan keinginan yang besar. “Anak-anakku memang indah.” Dia memeluk kedua anaknya dengan sayapnya yang besar. “Dan tahanlah liurmu itu.” Pyukkan melihat ke Sunny yang ada di depannya dengan mulut berliur. Mengajaknya memang kesalahan kecilku. Setelah Pyukkan memeluk anaknya dengan penuh kasih, dia memandangku. Matanya yang berkilat tapi hangat. “sesuai dengan janjiku, Akion. Kau boleh mendapatkan cangkang telur anakku.” “Terima kasih, Pyukkan. Aku akan memanfaatkannya dengan baik.” Aku memandang cangkang telur itu sebagai benda yang sangat berharga. “Akion! Aku tidak menduganya kau bisa berpikir dengan baik untuk mengambil cangkang ini!” Tanka memandangku dengan terkesima.“Aku bisa
Magbasa pa
PREV
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status