All Chapters of Bangkitnya Sang Ahli Pedang: Chapter 71 - Chapter 80
199 Chapters
Altair, Si Bunga Pedang
Aku tidak menyukai keberisikan di pagi hari. Aku menginginkan pagi hari di jalani dengan tenang, lalu aku bisa menghadapi waktu ke depannya dengan cukup baik. Tenang, itulah yang kuinginkan dan itu sangat sulit sekaliNamun, tampaknya dia tidak mengerti.Dia mendatangiku seolah aku adalah buronan yang harus segera ditangkap, dia melupakan segala etiket yang diajarkan keluarganya sejak kecil. Kepalanya hanyalah sebuah hiasan tidak berguna.Aku memandang jengah manusia bodoh di depanku. Sungguh, haruskah aku memukul kepala jamurnya sekali? Tanpa aku yang mencabut pedangku, Altair telah bersiap untuk menghadapi mereka.  Tubuhnya yang lebih kecil dariku itu maju
Read more
Sumbangan Festival Musim Dingin
Prang! Prang! Prang!Prang! Itu adalah serangan yang intens. Dia berulang kali mengayunkan pedangnya ke arahku, tubuhnya yang kecil bergerak lincah untuk mencari celah agar bisa menyentuhku. Suara pedang yang membelah angin terdengar, sangat halus. Aku tahu pedangnya itu sangat tajam.Matanya menajam, semua inderanya berkerja dengan baik. Dia waspada akan gerakanku. Aku melihat rambutnya yang berwarna pink bergerak cepat saat dia melakukan serangannya. Lalu dia menyerang lagi, tapi aku menghindari dengan mudah. Saat dia menunduk dan tangannya menyentuh tanah untuk memberinya jeda agar dorongan tubuhnya mem
Read more
Pertemuan Kembali
Untungnya karena dua orang yang tidak mau kalah itu ikut campur, kami keluar dari ruang rapat menyebalkan dengan cepat. Keduanya masih saling tatap tidak ingin kalah. Tapi wajah Verion tidak bisa tegang menghadapi Altair. Saat aku keluar, sejujurnya ada banyak kalimat yang mengatakan bahwa aku berdelusi dalam menyumbang dana yang cukup besar. Sebagian lagi ada yang mengatakan padaku bahwa keluargaku akan bangkrut sebentar lagi karna aku menghambur-hamburkan uang tanpa memikirkan dampaknya. Aku menanggapinya dengan senyuman. Tapi Duke Rakkalan tidak bisa mengabaikanku begitu saja. Kali ini juga dia menghentikanku di tengah jalan. “Mari kita
Read more
Pertemuan Yang Mencurigakan
Secara alami mereka melihat ke arahku dengan tubuh yang merinding. Aku tersenyum. Bagaimanapun, kesatria ku yang berharga harus mempunyai kemampuan yang tinggi. Aku percaya bahwa para kesatriaku tidak akan pernah membiarkanku terluka. Sehingga mereka akan berlatih sungguh-sungguh. Namun, biar aku sendiri yang menilai bagaimana berkembangnya kemampuan mereka. Fakta bahwa aku adalah seorang swordmaster, membuat mereka tidak akan menganggapku bermain-main sebagai pimpinan mereka. Saat mereka menyelesaikan makan siang mereka, aku meminta mereka untuk berkumpul di luar. Angin kencang langsung menyambutku. Membuat rambut panjang Eli dan Tanka terlihat acak-acakan. Pikiran mereka menjadi cemas, aku memp
Read more
Penyihir Agung
Dia memandang Altair, tapi tidak terlalu memperdulikannya. Terlebih tubuh Altair yang masih kecil, dia mengira bahwa Altair masihlah seorang bocah.Ini mengingatkanku pada saat pertama kali aku bertemu dengan Altair. Dia tidak menganggap Verion ada didekatku, sama seperti sekarang. Tatapan mata yang melihat sekilas pada Altair lalu hanya tersenyum lebar pada kami berdua. Aku melihat Altair cemberut, dia kecewa diabaikan. Kuharap dia mengerti perasaan Verion waktu itu. “Anda datang ke sini untuk membaca buku sihir dan mempelajarinya?”Kami berjalan menelusuri anak tangga yang tidak habis-habisnya. “Ya, Andalah penyihir terhebat di Kekaisaran ini.” Pujian Verion membuatnya senang. Kulih
Read more
Ikrar Saudara
Aku memanggil Tanka dengan suara yang cukup keras, membuatnya kehilangan keseimbangan saat berjalan di atas lemari dengan santai. Untung saja, sayapnya bisa bergerak dengan cepat. Sehingga aku tidak perlu melihatnya jatuh ke lantai. Dia melipat tangan didepan dadanya, bibirnya sedikit mengerucut karena kesal aku telah membuatnya terkejut. Aku melihat tanaman sihir yang hilang di menara sihir tadi ada di atas meja ku. Aku menepuk keningku sambil menatapnya muram. “Tanka, jangan mencuri lagi.” Suaraku tenang, tapi penuh peringatan di dalamnya. “Aku tidak mencurinya,” sanggah Tanka. “Tanka ... itu ada di kebun orang la
Read more
Tanka VS Luke
Aku menatapnya bingung, dan kepala yang sedikit miring,Tapi Luke malah tersenyum dengan cara yang unik dan membuatku diam. “Aku merasakannya, tapi aku tidak bisa melihatnya,” jelas Luke. “Tentu, karena kekuatanmu tidak bisa menembus pertahananku." Tanka berkata dengan angkuh. Kemudian, pupil matanya melebar karena terkejut Luke memandang tepat ke arahnya. Aku duduk kembali. Situasi yang menegangkan ini tidak bisa dibiarkan. “Apa yang kau rasakan?” tanyaku agar aku bisa memahami apa yang dapat dirasakan oleh penyihir agung Luke. Ini pembicaraan yang lebih serius dibandingkan tadi, sorot matanya waspada dan tidak begitu be
Read more
Patah Hati Tercepat
“Tidak!” Dia berteriak sangat kuat. Kami hanya menggunakan waktu sangat cepat dan efisien. Kurasa dua puluh menit untuk berburu bahkan termasuk waktu yang lama. Itu sebuah kelonggaran yang ku berikan pada mereka. Namun sayangnya, dia hanya mendapatkan satu ekor rusa musim salju. Aku mendapatkan empat rusa musim salju, dan Altair mendapatkan dua rusa ekor salju. Aku tersenyum mengejek padanya. Jika dia tidak bergerak cepat hingga bagian terpinggir hutan Kekaisaran, dia tidak akan bisa menemukan rusa musim salju. Itulah yang tidak dipahami oleh Verion. Dia hanya berburu di sekitar istana sedangkan kami berdua masuk lebih dalam. Melihat hasil buruan kami, dia jelas kalah. 
Read more
Pemberkatan Festival Musim Salju
“Sekarang kita harus menuju istana utama,”“Jangan mulai lagi. Ini serius. Kalian berdua berjalanlah dengan tenang dan jangan bersedih lagi.” Aku menghela napas. Semalam mereka bersaing ketat dalam kekuatan. Tidak seperti sebelumnya, mereka bebas menggunakan kekuatannya. Altair Dengan berpedang, dan Verion dengan sihirnya. Lapangan gedung istana barat dibuat heboh oleh mereka berdua. Itulah mengapa  hari ini mata mereka masih terlihat berselisih. “Sekarang tenanglah.” Intonasi memerintah mereka. Tubuh mereka secara alami telah menenang kembali. Aku menggunakan baju putih dengan gabungan warna hitam, yang dihiasi dengan sulaman emas yang sangat memukau. Sarung ta
Read more
Perenggangan Setelah Sadar Kembali
Mataku terbuka, aku telah ada di kamarku. Saat itu aku menemukan Altair dan Verion yang sedang berbicara di sofa kamarku dengan gelisah. Dari suara mereka, aku mengetahui ada sesuatu yang terjadi dan membuat mereka takut. “Verion ... Altair ....” aku memanggil keduanya dengan suara yang tidak seimbang sembari duduk memegangi kepala. Rasa sakit ini masih tertinggal sedikit di kepalaku. Mereka mendatangi dengan wajah yang suram. “Ayolah, aku tidak mati.” Aku tersenyum kecil. Mereka tidak menyukai perkataanku. Mata mereka menelusuri tubuhku, dan melihat seluruhnya, mengecek apakah aku baik-baik saja."Aku pingsan berapa hari?&rdqu
Read more
PREV
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status