Semua Bab MY CEO [Hate And Love]: Bab 21 - Bab 30
65 Bab
HAK BEREBUT
William benaran memanggil dokter terbaik untuk membuat kulit Reina kembali mulus seperti semula. Sementara itu malah menghukum Mayleen dengan banyak  menambah beban kerja yang harus Mayleen kerjakan.Malam ini, Mayleen lembur sampai dengan tengah malam, Mayleen merebahkan sebentar tubuh lelahnya itu di atas sofa besar yang ada di ruang kerjanya. Sedikit memijit-mijit kedua alisnya, melihat jam tangan sudah menunjukan tengah malam, Mayleen pun berdiri lalu mengambil sepatu yang tadi dia lepas dan mulai memakainya, lalu mengambil jaket dan tasnya.Malam ini sedang ada pembenahan dan perbaikan listrik pada gedung Gu Corporation, karena terlalu sibuk, Mayleen melewatkan email yang memberi tahu bahwa tepat pada jam dua belas malam maka seluruh listrik di Gu Corporation akan dipadamkan. Tepat ketika Mayleen menempelkan kartu aksesnya untuk membuka pintu kaca besar yang ada di bagian departemennya, tiba-tiba semua listrik padam."I-ini ... kenapa menjadi gelap!" g
Baca selengkapnya
CEMBURU
William melangkah ke arah ranjang rawat Mayleen, berdiri di samping ranjang tersebut,  lalu bersedekap sambil memandangi Mayleen. Tanpa sadar William menjulurkan tangannya, merapihkan rambut panjang Mayleen dan memilin-milinnya.Gerakan tangan William terhenti ketika bayangan wajah Lisa menjuntai di pelupuk matanya, William melepaskan rambut Mayleen, lalu segera melangkah ke sofa dan mengambil tabletnya, memulai memeriksa beberapa laporan.Merasa lelah. William tertidur duduk di sofa. Merasa tidak nyaman, William pun dengan asal berjalan ke ranjang Mayleen, naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Tangan kekar William menarik pinggul Mayleen untuk tidur lebih dekat ke tubuhnya. Mencium aroma tubuh Mayleen, membuat William jadi lebih cepat tertidur.Dini hari, Mayleen terbangun karena merasakan ada sesuatu yang berat, yang melingkar di pinggul rampingnya itu. Mayeen melihat ke arah pinggulnya dan mengenali itu adalah tangan William yang sed
Baca selengkapnya
INISIATIF
  Keesokan paginya, William terbangun dan malah mendengar Jika Mayleen sudah kembali masuk bekerja, "Apakah wanita itu robot!" pikir William. Mayleen sengaja pergi bekerja lebih awal, karena malam itu dia menjatuhkan giok dari Li Jancent, ketika Mayleen berulang tahun Li Jancent memberikan giok itu sebagai kado dan mengatakan jika dia harus menjaganya baik-baik, karena jika tidak maka itu sama saja mendoakannya cepat mati.  Pada saat itu Li Jancent hanya membual bercanda, tapi melihaat keadaan saat ini maka Mayleen benar-benar takut jika Li Jancent akan mati. Karena itu meski masih merasakan sakit di sana sini, di tubuhnya maka Mayleen tetap memaksakan pergi ke Gu Corporation.  Sekertarisnya Membawakan baju salin, setelah menggantinya Mayleen langsung melesat ke kantornya, lalu seperti or
Baca selengkapnya
SATU SET PAKAIAN TIDUR
24. William berjalan ke ruangannya, Mayleen segera mengikutinya. Dengan tidak sabaran maka Mayleen segera saja mencegat langkah Wiliam, "Katakan di mana?"  William hanya menyeringai, "Apa kita sudah sepakat?"  Mayleen menghela napas, lalu menjawab jika dia menyetujui permintaan William. Mendengar Mayleen setuju, maka hati William pun merasa senang.  "Aku akan memberikannya ketika tugasmu sudah selsai nanti," tukas William.  "K-kau …" gumam Mayleen dengan marah.  William menarik tangan Mayleen, dan mengamatinya. Tangannya masih berbalut kain kasa.  "Apa masih sakit?" tanya William.  Mayleen sed
Baca selengkapnya
INISIATIF PERTAMANYA
William berdiri pintu, memasukan satu tangannya ke saku celananya. Satu tangan lagi mengendurkan dasinya. Mayleen menyadari kedatangan William, lalu menghentikan gerakan menyisir rambutnya.Mayleen meletakan sisirnya, mengambil parfum lalu memakainya lagi di beberapa titik yang biasa akan dicium oleh William. Melihat William sedang berdiri memandanginya, Mayleen pun berdiri dan menghampirinya."Tuan Muda ..." sapa lembut Mayleen dengan suara menggoda.Mayleen melepaskan dasi William, lalu membuka dua kancing atas kemeja William. Dengan tangannya yang lembut Mayleen mengusap lembut leher William lalu turun ke tulang selangka William."Tuan Gu ..." bisik Mayleen.Mayleen menciumi leher William, semerbak wangi khas tubuh Mayleen pun menyeruak ke indera penciuman William. Kedua tangan Willian merangkul pinggul ramping Mayleen. William memejamkan kedua matanya merasakan sensasi nikmat ciuman Mayleen di lehernya.William mengangkat satu tangannya
Baca selengkapnya
ISTRI SAH
Gu Hansen tidak bisa menahan diri lagi, lalu berkata, "Apa kalian baru saja tidur bersama?"Mayleen menghentikan gerakan tangannya yang sedang membereskan berkas pekerjaannya, lalu menjawab, "Kami suami dan istri, tidur bersama atau tidak bukan urusanmu," jawab ketus Mayleen.Hati Gu Hansen terbakar panas mendengar penyanggahan dari mulut Mayleen, tapi tanda jejak merah di lehernya tidak bisa berbohong kenyataan jika tadi malam Mayleen dan Willam telah bercinta. Dengan impulsifnya Gu Hansen pun berjalan ke arah Mayleen lalu menariknya lalu mendorongnya ke dinding.Gu Hansen menundukan kepalanya dan mencium paksa bibir Mayleen. Dengan sekuat tenaga dia mendorong tubuh pria yang tengah dirasuki kemarahan, lalu sebuah tamparan keras mendarat di wajah Gu Hansen, "Kau sama brengkseknya dengan dia!" hardik marah Mayleen seraya langsung pergi meninggalkan ruangannya sendiri.Di koridor Mayleen bertemu dengan William, saat ini hatinya merasa sangat terluka. Tiba-tiba air matanya menetes terja
Baca selengkapnya
KAU TIDAK MENCINTAIKU
Terlihat raut kesal di wajah William, lalu Mayleen berkata, "Aku ada cara agar kau tidak selalu kesal, berikan aku surat cerai maka kau akan bebas." Mayleen berpikir jika William akan menyetujui permintaan cerainya itu, karena itu dia berkata seperti itu."Cerai ... cerai hanya itukah yang ada di pikiranmu?" tanya William. "Kau pikir dirimu siapa, hah!" hardik marah William seraya bangkit berdiri dari ranjang dan mendekati Mayleen. "Li mayleen, bukankah sudah aku katakan kepadamu, kau tidak akan pernah aku ceraikan di sepanjang hidupmu ini!" William sangat jengkel sampai-sampai dia meninju dinding di dekat telinga Mayleen, Tapi, sepertinya dia tidak peduli. Mayleen merasakan angin dari pukulan yang membuat telinganya terasa hangat, dia tertegun dan terkejut dengan kemarahan William yang tidak dapat dijelaskan itu. "Tuan Gu! kau tidak mencintaiku, dan aku juga tidak mencintaimu. jadi perceraian hanya tinggal menunggu waktu saja. melihat sikapmu yang seperti ini, orang yang tidak ta
Baca selengkapnya
SATU KAMAR
William berdiri, lalu berjalan ke arah Mayleen. Menundukan Kepala lalu berkata, "Mulai malam ini dan seterusnya kau tidur sekamar dengan aku, maka aku akan izinkan kau menemui kakakmu. Jika patuh maka kapan kau mau bertemu dengan kakakmu akan aku beri izin." Mayleen menggigit ujung bibir bawahnya, William melihat ini dia pun menelan salivanya, menekan perasaan aneh dihatinya lalu berkata lagi, "Pikirkanlah penawaranku!" ujar William seraya pergi meninggalkan ruang makan. Reina meremas tangannya keras-keras, sampai-sampai kuku panjangnya menancap di telapak tangannya. Lalu dia pun ikut berdiri dan menyusul langkah William. Mayleen menahan sesak di dadanya, berpikir senjenak lalu memutuskan patuh pada pengaturan suaminya itu demi bisa bertemu dengan kakaknya.Anggap saja ini adalah jalan pintas untuk mendapatkan izin, karena jika tidak maka meski bertengkar sampai menangis maka William tetap tidak akan mengizinkan untuk menjenguk kakaknya itu. Mayleen pun meminta pelayan agar meminda
Baca selengkapnya
PELANGI
Mendengar hardikan Reina, Mayleen pun tertawa lalu berkata, "Apa kau tidak memiliki cermin?" "Aku adalah istri sah William, sementara kau. Hanya sebuah kertas yang tipis yang tidak memiliki ikatan apa-apa!" imbuh sarkas Mayleen. Mendengar kalimat hinaan dari Mayleen, tangan Reina dengan cepat ikut menambahkan jejak warna merah di pipi putih Mayleen. "Sakit kan!" imbuh marah Reina. "Jika masih tidak tahu diri, kau akan merasakan sakit yang lebih sakit dari ini!" ancam Reina. Mayleen mengeratkan rahang bawahnya, menahan marah dan sakit. lalu menstabilkan emosinya dengan cepat. Dia mendekati Reina, tapi bukan untuk membalas tamparannya. "Bukan aku yang tidak ingin melepaskan William. Tapi, dia yang tidak bersedia melepaskanku!" "Jika kau bisa merubah pikirannya dan membuat dia mau melepaskanku, maka dengan senang hati aku akan langsung pergi dari hadapan kalian berdua. Dan selamanya tidak akan muncul di depan kalian!" imbuh Mayleen seraya pergi meninggalkan Reina. Tubuh Mayleen ma
Baca selengkapnya
SI PENGUASA TUA
"Si Penguasa Tua!" jawab si kakek. lsgi-lagi wajah Mayleen berubah bingung, benar-benar merasa tidak tahu apalagi yang harus dia lakukan dengan si kakek asing. Mayleen berkata lagi, "Kakek jika nanti lapar, bisa menghubungi pihak hotel untuk memesan makanan, Ini menunya di sini. Nanti makanan akan diantar ke kamar kakek!" "Apa kakek mengerti?" tanya Mayleen. Si Penguasa Tua hanya mengangukan kepala sambil tersenyum puas melihat kamarnya yang luas. Mayleen berlata lagi. "Nah sekarang aku akan pergi ke kamarku ya!" "Mengapa tidak tidur di sini saja?" tanya si Penguasa Tua. "Ha ha ha... Kakek, kau ini sedang bercanda ya. Mana boleh kita tidur satu kamar!" imbuh Mayleen yang berpikir jelas tidak bisa sekamar dengan pria asing apalagi belum satu hari berkenalan. Dengan perlahan Mayleen menjelaskan. "Perusahaan sudah mengatur kamar untukku, jadi akan sia-sia jika aku tidak menidurinya!" Si Penguasa Tua pun menganggukan kepalanya. Mayleen pun pergi meninggalkan Si Penguasa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status