Semua Bab Sorry, cause I Love You: Bab 21 - Bab 30
78 Bab
Blood
Tengah sibuk menyiapkan keberangkatannya ke Philippines untuk menyelesaikan masalah bisnisnya, Jack menatap sebentar potret Ammy yang terpajang di meja panjangnya. Padahal masalahnya dengan Ammy kemarin belum sempat menemui jalan keluar dan kini ia harus meninggalkannya beberapa hari ke depan. Ia mendesah berat. Rasanya berat meninggalkan Meksiko dan Ammy."Aku akan merindukamu, Mi Amante," ucapnya seraya mengusap potret Ammy.Ia menyiapkan beberapa dokumen penting, memberikannya kepada salah seorang maid dan meminta mereka memilihkan tuxedo terbaiknya untuk perjalanan bisnisnya. Namun aktivitasnya terjeda sesaaat ketika ponselnya berdering, menatap layar ponsel dan hanya mendapatkan tulisan nomor tidak diketahui.Jack menekan tombol menerima panggilan, teriakan tak jelas seorang wanita menggema melengking di ujung saluran telepon, rintihan kesakitan. Apa ya
Baca selengkapnya
Clue
Ammy berjalan mondar-mandir saat Jack ditangani di ruang IGD. Untung saja ia sempat menghubungi Davee dan meminta bantuannya. Gara-gara dia, kekasihnya harus babak belur seperti ini. Rasa bersalah kini bercokol di hatinya. Benar, semuanya gara-gara dia.Davee menggenggam tangan Ammy sejenak. Mengusap punggung tangannya."Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja!" hibur Davee saat wajah gadis itu tampak lesu dan pucat pasi."Aku takut, Davee. Dia terlihat begitu lemah." Mata Ammy mengerjap, tak henti-henti melelehkan butiran bening dari ekor matanya. Seharusnya Jack tak datang. Seharusnya dia yang berada di dalam, dan biarlah begitu adabya asal bukan Jack yang terbaring di sana."Jack laki-laki yang kuat. Kau harus percaya itu. Dia tidak akan menyerah dan meninggalkanmu begitu saja, kau hanya perlu tahu, tidak akan semudah itu kehilangan dia.""Batas akhir negoisasi denga
Baca selengkapnya
Wake up
Hari- hari merayap lambat, namun dengan sendirinya bergerak berganti nama. Mudah saja bagi bumi berotasi untuk mencapai putaran dua puluh empat jam.Ammy masih setia di bed pasien  Jack.  Matanya balutnya melukiskan kesedihan yang tak terucap. Entah berapa banyak air mata yang telah tumpah. Namun Jack belum juga tersadar dari tidur panjangnya."Jack, bangunlah. Aku membutuhkanmu."Ia menggenggam tangan pria jangkung yang terlentang dengan selang infus dan dengan selang oksigen melengkapinya. Jika saja bisa, ingin sekali rasanya ia bertukar tempat dengan Jack.Ammy merintih, air matanya berjatuhan dan membasahi punggung tangan Jack, terperanjat saat melihat pria lemah di hadapannya itu menggerakkan telunjuknya. Betapa kaget ia melihat pria itu telah membuka mata. Ia melemparkan sepotong senyum seraya menyapu rambut Ammy penuh kelembutan. Dengan te
Baca selengkapnya
Warning, Miguel
Ammy membantu Jack mengemas barang-barangnya dari rumah sakit saat mendengar bahwa Jack diperbolehkan pulang hari itu. Ia meminta bantuan kepada Doughlas Maldonano untuk membawa barang-barang itu pulang sebab Jack yang keras kepala itu tak ingin langsung pulang ke rumah. Dan Ammy harus menurut saat Jack bertingkah layaknya bayi besar yang merengek agar Ammy membawanya berjalan-jalan untuk menikmati kepulangannya. "Aku senang bisa pulang hari ini. Kau tahu, berbaring di rumah sakit lebih dari seminggu itu melelahkan." Jack berbicara begitu bersemangat. "Siap dengan petualangan baru?" imbuhnya. "Kau bercanda, kau tetap harus istirahat, 'kan, Mr. CEO." "Ya, aku akan banyak istirahat dipelukanmu, apalagi yang kubutuhkan selain itu? Aku kuat, bahkan jika kau memberiku jatah hari ini." Ia tersenyum nakal. Ammy mencubit kecil pipi Jack. Lalu mengacak rambutnya gemas. Setelah selesai berkemas mereka m
Baca selengkapnya
Damn, I Love You
Cuaca sore yang sejuk meniupkan angin surga, mengalir seperti alunan yang disenandungkan para malaikat. Silent beach, adalah tempat yang benar-benar mereka rindukan.Mereka saling bergandengan sepanjang jalan, seperti biasa mengendarai sepeda dari rental sepeda dan membonceng Ammy menjadi hal yang paling menyenangkan bagi Jack."Aku mengkhawatirkanmu. Apa kau akan baik- baik saja?" Ammy mengarahkan maniknya pada kekasihnya sekilas."Bahkan benang di dahimu belum dilepas," imbuhnya."Ayolah, aku sudah sehat. Kau dengar sendiri, dr. Grace bilang baru bisa dilepas minggu depan." Jack menunjuk ke arah boncengan dengan dagunya. "Naiklah ke boncengan," paksanya."Jika kau kenapa-kenapa aku bisa mati menyesal nanti, Jack!" sungut Ammy."Kau akan menyesal jika tidak menurut."Jack menarik tangan Ammy. Mendudukannya di boncengan lalu melingkarkan tangan Ammy
Baca selengkapnya
Triangle
Davee masih tampak rapi dengan Jas dan dasi yang dikenakannya pagi itu, Ia sudah mendengar kabar tentang kepulangan Jack dari rumah sakit dan tukang marah itu tak kunjung menelponnya.Ia sengaja menghampiri Jack ke rumahnya sebelum kembali ke mansionnya setiba di Meksiko meskipun dia belum sempat beristirahat. Membawa kabar gembira dan angin segar mengenai perusahaan bahwa semuanya berjalan mulus sesuai harapan.Sepagi ini Ammy telah berada di kediaman Jack, tampak menikmati hidangan saat Emely membuka pintu.  Jack terlihat sehat. Jauh lebih baik dari pada saat dia pergi hampir seminggu lalu. Ia mengendurkan simpul dasi, melepas jas dan meletakkannya di lengan seraya menggulung lengan kemeja linennya.Davee berdeham. Kesal karena sejoli itu tak lekas menyadari keberadaanya."Apa aku mengganggu?""Hai, Davee kau sudah kembali rupanya. Tentu saja tidak, kemarilah, Amigo (Kawan)!" jawab
Baca selengkapnya
Loyality
Jack tampak gagah dengan setelan yang ia kenakan pagi itu, dasi motif garis-garis warna hijau tosca kian menambah aksen lembut pada tampilannya. Bekas luka di dahinya masih tampak begitu jelas meskipun sudah tidak menimbulkan rasa sakit. Rambut blonde terang itu telah berganti warna, Ammy yang mengubah warnanya beberapa hari lalu. Para karyawan National Company menyapanya dan menganggukkan kepala hormat kepada pimpinannya. Dibalas dengan lambaian tangan dengan ramah. Sebagian dari mereka menatap keheranan, sejak kapan sang CEO itu bersikap seramah itu?Ia menelusuri koridor kantornya. Menekan tombol saat memasuki elevator menuju ruangannya yang berada di lantai dua puluh. Jack menyunggingkan senyum saat mendapati Davee sudah berdiri di dalam elevator. Tidak ada siapa-siapa di sana, hanya mereka berdua. Mungkin karena masih terlalu pagi, oleh karena itu baru beberapa saja karyaw
Baca selengkapnya
Possessive
Beberapa hari belakangan, Jack mulai disibukkan kembali dengan urusan kantor. Ammy yang tak lagi bekerja di bawah naungan National Company, kadang membuat Jack dihantui rasa rindu. Jack berbicara pada sambungan telepon siang itu, berharap akan bisa mengajak Ammy makan siang bersama."Amm, Aku akan menjemputmu. Kita makan siang bersama." "Jangan ke rumah, Querido (Sayang). Ayah sedang di rumah. Nanti aku kena marah. Lagi pula aku sedang tidak di rumah.""Oh ya? Memangnya kau sedang di mana?"Perasaan Jack tidak enak. Dua hari yang lalu adalah terakhir kali  ia bertemu dengan Ammy. Rindu? Apa perlu ditanya? Bukan hanya rindu. Tapi hati Jack terus dihantui pikiran gilanya, sedang di mana Ammy berada? Sedang apa di sana? Bersama siapa? Rasanya sedikit kesal karena kesibukan membuatnya tak bisa bersua dengan Ammy."Di restoran ayahku. Aku bosan di rumah. Kau tahu, 'kan.
Baca selengkapnya
My Bitch
Pertengakaran antara Ammy dan Jack dua hari lalu itu cukup mengganggu ketenangan di hati Jack. Ia berusaha memperbaiki semuanya, meskipun sebenarnya ia enggan mengakui bahwa semua adalah salahnya. Apa yang salah? Ia masih tak mengerti mengapa Ammy marah. Seharusnya dia yang marah. Ia sengaja pulang cepat dari kantor agar bisa segera menyelesaikan masalahnya dengan wanita pujaannya itu. Ia tak ingin membiarkan masalah ini menjadi berlarut-larut.Ia segera berganti pakaian, dengan langkah gegas kakinya berayun setelah ia menggunakan kaos lengan pendek warna hitam dan celana casual. Tidak ada rasa lelah jika itu tentang Ammy. Ya, sama sekali tak lelah meski belum sempat mengistirahatkan diri selepas jam kantor.Jack menekan tombol bel di pojok pagar rumah Ammy saat ia tiba. Langit seolah sedang menatapnya dingin dengan warna hitam melingkupinya. Mendung yang tak pernah hujan.Sadar tidak ada yang membuka pintu pagar, Jack kem
Baca selengkapnya
Past
Cortez melayangkan tangannya, ingin menampar pipi Jack. Tapi sebelum telapak tangan itu menyentuh pipi Jack, tangan pria jangkung itu sudah lebih dulu menangkap tangannya."Minumannya, dokter." Seketika Ammy membuyarkan ketegangan di antara Jack dan Cortez. Pria itu menatap Ammy singkat kemudian melepaskan cekalannya pada tangan wanita itu."Kalian sedang apa?"Degh ...Darah Jack berdesir. Apa Ammy akan marah lagi padanya?"Tidak, seharusnya Jack membiarkan aku memeriksa kelopak matanya untuk melihat mungkin saja ia lemas atau kehilangan banyak darah, tapi kurasa sepertinya dia tidak nyaman. Jadi ... ya begitulah." Dokter muda itu mengedikkan bahu, berlanjut dengan mengemasi peralatan medisnya ke dalam tas. Ia tidak peduli apakah Ammy akan percaya pada alibi bodohnya atau tidak."Ini obatnya, dosisnya tiga kali sehari untuk antibiotik, dan pereda n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status