All Chapters of Si Miskin Jadi Keren: Chapter 21 - Chapter 30
72 Chapters
Ningsih diculik
30 menit sebelum Tukijo pulang. Ningsih dan Muhiroh sedang dalam perjalanan pulang. Mereka baru saja berbelanja di warung untuk membuat menu makan siang. Di tengah perjalanan, mereka di bertemu Budi, Ucup dan Soib. "Eh, ini kan ... Mbahnya Tukijo!" tunjuk Budi. "Wah ... wah, siapa nih? Tipe gue banget." Ucup berputar memandangi Ningsih. Ningsih hanya diam menyipitkan mata dengan mengatupkan bibirnya. "Hey cantik, gimana kalau kamu ikut bermain dengan kami. Kami akan membiarkan simbah tua ini pergi tanpa terluka," ajak Soib. "Dasar bocah geblek! Ora duwe sopan santun acan-acan maring wong tua! (Dasar anak bego! Tidak punya sopan santun sama sekali ke orang tua!)" sembur Muhiroh memukul Soib dengan terong ungu yang dibawanya. "Idih! Mbah bau menyan, minggir!" Soib mendorong Muhiroh. Untungnya, Ningsih cekatan, dengan sigap dia menangkap nenek Tukijo yang hendak terjatuh. Ningsih pikir, keselamatan Simbah lebih pe
Read more
Geng Kebo Ireng
Setelah mendengar cerita Muhiroh, Tukijo segera menelpon Teguh untuk meminta bantuan. Sayangnya Teguh sedang dalam perjalanan ke Jakarta karena Ningsih mengalihkan pekerjaannya untuk membantu Susi (asisten Ningsih) mengurus perusahaan."Halo, Bang Teguh!" panggil Tukijo."Iya, ada apa Tuan Muda?" tanya Teguh."Gawat Bang ...! Hosh ... hosh." Tukijo berusaha mengatur nafasnya."Gawat kenapa?" tanya Teguh lagi."Kak Ningsih dalam bahaya Bang!" ungkap Tukijo."Apa yang terjadi dengan Nona?" Teguh mulai panik."Dia dibawa oleh teman-teman SDku, tapi dia nggak tau bahwa dibalik mereka ada geng besar bernama 'Kebo Ireng'. Geng itu dipimpin oleh preman nomor satu di komplek Buaran. Dia bernama Bang Tedy. Jika semua anggota dikumpulkannya, itu bisa mencapai tiga puluh orang lebih. Aku tau Kak Ningsih hebat, tapi dia sendiri melawan tiga puluh orang berotot apakah mungkin?" jelas Tukijo."Anda, segera temui Marno di Restoran Mas Agus. S
Read more
Melawan Tedy bear
"Hah?" Tedy mengernyitkan dahi. Tanpa b**a basi lagi, Ningsih langsung menendang selangkangan Tedy dengan lutut. "Aaaakh ...! Wanita sialan!" Pria gendut itu melepaskan dekapannya. "Buat dia mengerti bagaimana cara melayani pria dengan benar!" perintah Tedy kepada seluruh anak buahnya. Delapan pria maju mengeroyok Ningsih seorang diri. Wanita itu melangkah mundur, dia menyipitkan mata untuk memprediksi gerakan-gerakan mereka yang maju menyerang bergiliran. Wuuuush! Seseorang memukulkan kepalan tangannya ke arah Ningsih. Dia berhasil menghindar dengan sedikit berjongkok lalu membentuk posisi kuda-kuda. Ningsih menyadari seseorang pria melayangkan kaki di belakangnya. Hap! Ningsih menangkap kaki pria itu di bahunya, lalu mencengkeram kuat dengan kedua tangannya. Kemudian dia menghempaskan pria itu ke depan. Bugh! Wanita itu meraih kakinya lagi dan mengayunkan dengan gerakan memutar untuk memukul orang-orang di sek
Read more
Apakah ini taik?
"Aaaaaaaaargh." Tedy melepaskan cengkeraman kerah Tukijo."Jika kamu berhasil menjatuhkan seseorang, jangan beri dia kesempatan untuk menyerang balik!" ucapan Ningsih terngiang-ngiang di kepala Tukijo.Tukijo kembali mencambuk si gendut Tedy dengan sabuk sekolahnya tanpa henti sampai dia terjatuh.Soib berhasil keluar dari tumpukan kayu yang menindihnya. Dia diam-diam berjalan pelan di belakang Tukijo hendak memukulnya dengan sebatang kayu.Sayangnya Ningsih menyadari gerak gerik Soib. Dia mengambil sedal di kakinya lalu  melemparkannya ke arah Soib.Pletak!Sedal mendarat di wajah Soib.Soib merasa ada sesuatu yang lembek menempel di hidungnya. Sesuatu itu berwarna coklat dan memiliki bau yang sangat menyengat."Apa ini?" ucap Soib sambil mengkembang kempiskan hidungnya.Kemudian dia mengambilnya dengan jari telunjuk. "Kok kayak taik ayam ya ...," ungkapnya sambil mencium sesuatu yang lembek itu."Uh, bener
Read more
PMC
Hap! Sayangnya sepatu itu berhasil di tangkap oleh Tedy. Tapi, itu memang yang diharapkan oleh Tukijo. Dia mengikatkan tali sepatunya di tangan Tedy, lalu berjalan ke belakang pria gendut itu sambil menarik tali sepatu yang telah diikatkan ke tangan kanannya.  "Sial! Apa yang kau lakukan di sana?" Tedy berusaha meraih Tukijo di belakangnya dengan tangan kiri. Tukijo telah memperhitungkan rencananya. Kemudian anak itu meraih tangan kiri Tedy dan menumpuknya dengan tangan kanan lalu mengikat keduanya dengan tali sepatu. Setelah itu, Tukijo menutup kepala Tedy dengan baju seragamnya. "Woy! Sialan lo! Lepasin gue!" teriak Tedy. Tukijo mengambil sebuah kayu dengan ketebalan 3 cm lalu memukul Tedy dengan kayu tersebut sekuat-kuatnya sampai dia jatuh berdarah-darah. "Aaaaaaaaargh! Hentikan!" rintihnya. "Apa? Hentikan?" Tukijo terus memukuli Tedy tanpa henti. "Dulu, ketika kau memukulku, apa kau berhenti saat aku bilang be
Read more
Simbah di mana?
___________"Mar, tolong belikan telur sama gula ya ... kita kehabisan stok," pinta Hartono menyuruh Markonah pergi ke toko langganannya."Ke toko biasa?" tanya Markonah."Iya," jawab Hartono."Oiya Yah, toko itu deket PMC kan. Aku sekalian mau jenguk teman boleh? Dia sudah dua hari nggak masuk sekolah, katanya dia dirawat di sana," papar Markonah."Boleh, tapi jangan kelamaan ya ... nanti Ayah kesorean bikin adonannya." Hartono memberikan uang sejumlah seratus ribu rupiah.Kemudian Markonah pergi dengan motor butut ayahnya. Setelah dia membeli telur dan gula, dia memarkirkan motornya di depan Pricilia Medical Center. Gadis itu berjalan menuju pintu masuk lalu menemui resepsionis."Saya ingin mengunjungi pasien yang bernama Tukijo. Di mana letak kamarnya?" tanya Markonah."Tunggu sebentar ya Mba, saya cek dulu," jawab seorang wanita yang berada di depan Markonah. Dia membolak balikkan buku di hadapannya berkali-kali."Pa
Read more
Kasus pembunuhan
"Mbah ...! Mbah ...!" teriak Tukijo dan Ningsih mencari-cari keberadaan Muhiroh. Mereka memutari sekita Rumah Sakit Pricilia Medical Center selamat satu jam. Namun belum berhasil menemukannya. Tukijo melihat banyak orang berkerumun di dekat tanggul irigasi. Tiba-tiba muncul firasat buruk di hatinya. "Ada apa orang kumpul-kumpul di sana?" ujar Tukijo. "Di mana Jo?" tanya Ningsih. "Itu Kak, dekat irigasi." Tukijo mengacungkan jari telunjuknya. "Aku ada firasat nggak enak, Kak." "Ayo Jo! Kita coba lihat dulu, ada kejadian apa di sana," ajak Ningsih. Kemudian mereka mendekati tempat kerumunan tersebut. Alangkah terkejutnya Tukijo dan Ningsih, ketika mereka mendapati seorang nenek tua yang kulitnya sudah keriput dan rambutnya sudah memutih tergeletak di jalan dalam keadaan tubuhnya basah kuyup. Wajah nenek itu pucat, dan tidak ada tanda-tanda hembusan nafas di tubuhnya. "MBAAAH!" teriak Tukijo sembari memeluk erat jasad itu. Dia terisak, bibirnya bergetar, air matanya berlinang hingg
Read more
Siapakah pelakunya?
Tukijo terbangun dengan membelalakkan mata. Dia masih dalam posisi duduk dengan meletakan kepalanya di meja. Kemudian dia berdiri dan menoleh ke jendela. Di sana dia menjumpai seseorang berbicara dengan Tiyem, tiba-tiba Cecep datang. Plak! Cecep mengayunkan tangannya dan menghantam anak itu. "Diem BEGO!" teriaknya. Tukijo menatap tajam anak itu. "Dia kan ... anak IPS 1," gumamnya. Markonah yang baru saja kembali ke kelas setelah membeli buku LKS di koperasi, dia melihat Tukijo memasang wajah serius melihat luar dari jendela kaca. Padahal, sejak pagi anak itu terus berwajah murung tanpa senyum sedikitpun. Gadis itu ingin sekali menanyakan apa yang terjadi padanya. "Jo!" ucapnya, dia berbisik mendekat ke telinga Tukijo. Tukijo merasa, ada angin masuk ke telinganya. Dia menoleh dan mendapati Markonah berada di sampingnya. "Kamu memanggilku Mar?" tanya Tukijo. "Enggak, aku lagi panggil lalat," ketusnya. "Eh ...." Tu
Read more
Geng Bentor
"Dia adalah Kang Slamet, salah satu anggota Geng Bentor yang masyhur tidak kenal ampun dalam memalak siapapun," jelas Sugeng. "Ah andai saja kemaren aku merekam kejadian itu. Aku nggak kepikiran kalau dia bakal mengkambing hitamkan Si Cecep." "Walaupun Cecep orangnya kasar dan suka malak, tapi dia itu pemilih. Anak itu nggak pernah malak orang tua apalagi nenek-nenek," celetuk Tiyem. "Cih! Kamu bilang kayak gitu di depan Tukijo, sedangkan dia tiap hari jadiin Tukijo babu. Apa kamu nggak mikirin perasaannya?" sanggah Markonah. "Semoga aja setelah kejadian ini dia mendapat banyak pelajaran." "Apa rencanamu buat buktiin kalo Kang Slamet yang membunuh mbahku?" tanya Tukijo kepada Sugeng. "Tiyem yang akan menyusup ke markas Geng Bentor untuk menggali informasi dan merekam setiap perkataan mereka," timpalnya. "Apa? Kenapa harus aku?" elak Tiyem.  "Karena Kang Bahar tertarik padamu. Kamu tau Kang Bahar kan?" ujar Sugeng. "Kamu me
Read more
Acara makan-makan
"Eh, anu ..." Sutrisno terdiam. "Aduh, gimana nih." Dia merasa takut, jika salah berbicara bisa-bisa wanita di hadapannya ini akan membuatnya menjadi rempeyek. "Nona, semua sudah beres," ujar Marno melapor bahwa para sampah anggota Geng Bentor telah dibersihkan. Cecep sebagai praduga tidak bersalah sudah dibebaskan. "Baiklah, ayo pergi! Urusan kita sudah selesai," pinta Ningsih. Kemudian mereka pergi tanpa sepatah kata pun. "Huuuh." Sutrisno mengelus dada bernapas lega. "Tukijo! Bajumu?" seru Tiyem membuat ketiga orang itu berhenti melangkah. Tukijo menoleh. "Buat kamu aja, aku punya beberapa," jawab Tukijo. Keringat yang bercucuran keningnya menjadikan ekspresi dingin anak itu, terlihat keren membuat Tiyem terpana. "Astagaaaa ... sadar Tiyem, dia itu Tukijo," gumam Tiyem mengalihkan pandangan. Sejak saat itu, Sugeng, Trisno, Tiyem dan semua anggota Geng Becak memandang Tukijo sebagai sosok yang harus disegani karena memiliki hubungan dengan wanita misterius itu. Setelah kembal
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status