Semua Bab Sang Dewa Game - SVSS1: Bab 11 - Bab 20
244 Bab
Bab 11: Berburu Monster
“Rasanya sejak tadi aku tidak pernah menantang siapapun, itu hanya keinginan kalian saja yang memang mau berbuat gaduh,” ucap Satria dengan tetap tenang. “Kau punya nyali juga untuk ukuras seorang priest!” bentak fighter yang langsung melesat menghantamkan pukulannya kepada Satria, tapi dengan tenang Satria menahan pukulan fighter tersebut. ‘Beukh’ Terdengar suara benturan keras saat Satria menangkis pukulan fighter, semua petualang yang melihatnya tampak terkejut. Baru kali ini seorang priest peringkat 1 mampu menahan pukulan seorang fighter peringkat 3. Padahal menghalau pukulan petualang yang satu tingkat saja priest sudah bisa dipastikan kalah. Fighter yang terlihat terkejut kembali menyerang, kali ini dia melayangkan kakinya mengincar perut Satria. Tapi lagi-lagi Satria dengan tenang menahan tendangan fighter. Melihat hal itu si fighter terlihat semakin kesal,
Baca selengkapnya
Bab 12: Bos Lantai 20 Dungeon Luxurie
Empat ekor ular raksasa yang ada di dekat rawa langsung mengibaskan ekornya lagi tapi berhasil dihindari oleh Satria dengan mudah. Tiga ular raksasa yang ada di atas tebing juga melesat turun menyerang Satria, tapi dengan lincah Satria menghindari setiap serangan mereka. Suara deburan air rawa terdengar terus menerus saat serangan ular-ular raksasa itu menghantam permukaan air. Satria sendiri langsung melompat kembali ke tepi rawa, kini tubuhnya sudah basah kuyup oleh air. Seekor ular kembali datang dan mengibaskan ekornya, tapi Satria mengelak ke bawah sambil menangkap tubuh ular yang menyerangnya. Sekuat tenaga Satria mengangkatnya dan membantingnya ke tebing. ‘Bbbrrrruugghh’‘Bbbyyuuurrrr’ Ular dengan keras menghantam tebing sampai dari mulutnya mulai mengeluarkan darah, tubuhnya langsung tercebur ke rawa. Tapi dua ekor ular raksasa lainnya datang menuju Satria, dengan cepat Satria melom
Baca selengkapnya
Bab 13: Kedataangan Squad Gven
“Assasins,” ucap Satria. Sesaat sebelum asap ungu itu mengenai dirinya mendadak saja tubuh Satria lenyap saking cepatnya dia bergerak, namun Leviathan yang memiliki level 60 tampaknya masih bisa sedikit mengikuti pergerakannya. Dia langsung menggerakan mulutnya agar asap beracun yang keluar mengikuti Satria. Tapi kecepatan Satria kini sudah lebih tinggi daripada saat dalam job class fighter, Satria langsung melesat ke belakang Leviathan dan melemparkan sebuah batang pohon yang tumbang. Tapi Leviathan dengan cepat mengibaskan ekornya menghantam batang pohon itu hingga hancur berkeping-keping. “Dua detik lagi,” ucap Satria sambil kembali berlari menghindari asap beracun. Semua rumput dan batang pohon di sekitarnya langsung meleleh seketika. “Quick attack!” ucap Satria yang tiba-tiba sudah ada di dekat leher Leviathan tepat setelah asap ungu miliknya berhenti keluar.
Baca selengkapnya
Bab 14: Imbalan dari Squad Gven
“Aku menyetujuinya,” kata Satria sambil tersenyum. “Gven, apa yang kau lakukan?” tanya wizard. “Sebaiknya kita segera pergi dari sini,” jawab Gven sambil berbalik meninggalkan tempat Satria berada. Sembilan anggota squadnya juga terpaksa berjalan mengikutinya, sebelum pergi tampak mereka memberikan peringatan kepada Satria bahwa mereka tidak akan melupakan kejadian tersebut. “Kelihatannya pria bernama Gven itu adalah yang terkuat dari mereka,” ujar Satria sambil mulai berjalan meninggalkan rawa. “Kelihatannya aku harus bermalam di desa terdekat sebelum kembali ke Kota Lunar,” tambah Satria seraya menghela nafas dalam. Namun hari ini dia benar-benar merasa senang karena bisa bertarung secara nyata dengan salah satu bos lantai Dungeon. Sementara itu Gven dan squadnya terus berjalan menyusuri hutan untuk segera kembali ke K
Baca selengkapnya
Bab 15: Membeli Toko Pandai Besi
“Minggu ini adalah waktu terakhir bagi kalian! Ingat itu!” terdengar suara bentakan seorang pria dari dalam toko. “Kelihatannya mereka datang lagi,” bisik seorang pedagang kepada temannya. “Iya, mereka benar-benar malang,” jawab temannya. Perhatian semua orang terus tertuju kepada toko yang gaduh. Saat Satria menatap nama toko itu dia sangat terkejut karena ternyata itu adalah pandai besi yang dia cari di sekitar sana. Perlahan Satria mulai berjalan mendekati toko pandai besi, namun serombongan pria berwajah sangar dan kekar keluar dari pintu sembari marah-marah. “Maaf tuan, kami pasti akan segera membayarnya,” ucap seorang wanita paruh baya sambil menangis, sementara seorang gadis dengan pakaian seperti pria ikut tertunduk bersama wanita tersebut. “Seminggu lagi kami akan ke sini, jika kalian tidak bisa membayarnya maka tuan
Baca selengkapnya
Bab 16: Memulai Perjalanan ke Ibukota Luxurie
“Tapi satu hal yang ingin aku ingatkan kepada kalian. Jangan mengatakan kepada siapapun bahwa kalian sudah menjual toko ini kepadaku, jika ada yang menanyakan darimana kalian mendapatkan uang sebanyak itu katakan saja kalian mendapatkan pinjaman dari rentenir lain, itupun jika kalian sudah tidak bisa menutupinya lagi,” kata Satria. “Baik tuan,” jawab Miria. “Setelah ini aku akan langsung berangkat ke Ibukota. Apa kalian tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Ibukota?” tanya Satria. “Dulu suami saya biasanya tiga hari sampai ke Ibukota jika menggunakan kereta kuda. Tapi jika berjalan kaki akan lebih lama lagi,” jawab Miria. “Oh iya selagi aku pergi, aku ingin kamu memulai pekerjaanmu Lixia. Aku ingin kamu menempanya menjadi pisau, tapi jika ada pelanggan lain maka kerjakanlah milik mereka dahulu,” ucap Satria sambil menyerahka
Baca selengkapnya
Bab 17: Rintangan Kecil
“Apa kalian tidak melihat pakaianku? Apakah orang berpakaian lusuh seperti ini bisa memiliki banyak uang?” tanya Satria dengan santai. “Memang benar juga,” ujar pria yang tadi mendekati Satria, tatapannya kini tampak mengarah kepada gadis mungil bertelinga kucing. “Dia bohong. Dia punya banyak koin emas,” ucap gadis mungil itu dengan wajah ketakutan. “Wah kamu tahu darimana memangnya? Aku tadi tidak menunjukannya kepadamu loh,” tukas Satria sambil menatap gadis tersebut yang langsung tertunduk. “Hahaha.. kau sekarang tidak bisa berbohong lagi tuan, asal kau tahu penciuman gadis ini sangat tajam. Dia bahkan bisa mencium dan membedakan uang emas, perak dan perunggu. Lagipula jika kau tidak memiliki banyak uang mana mungkin dia membawamu kemari,” ucap pria yang membawa pisau. “Begitu rupanya. Aku akui, saat ini aku ma
Baca selengkapnya
Bab 18: Langkah Pertama di Dungeon Luxurie
“Oh, nanti saya akan mencarinya di dalam Dungeon,” jawab Satria. Di dalam Dungeon memang biasanya semua player kadang bekerjasama untuk menghadapi bos lantai meski mereka dari squad atau guild yang berbeda. “Oh jadi squadmu sudah ada di dalam Dungeon ya,” kata si pria mengambil kesimpulan yang berbeda dengan yang dimaksud oleh Satria. “Kalau begitu kamu sudah bisa memasuki Dungeon, di papan itu ada data tentang bos lantai mana saja yang sudah dikalahkan dan waktu hidunya (respawn) lagi. Bos lantai 10 kira-kira empat jam lagi respawn sedangkan bos lantai 20 dua puluh tiga jam lagi baru respawn,” tutur si wanita sambil menunjuk papan yang menunjukan data bos lantai Dungeon. “Setelah bos lantai dikalahkan kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mereka respawn kembali?” tanya Satria. “Semuanya tergantung level bos lantainya sendiri. Bos lant
Baca selengkapnya
Bab 19: Senjata Kualitas SSR, Dreamer's Weapon!
Satria terus berjalan hingga akhirnya terowongan yang dia lalui berakhir setelah cukup lama berjalan, kini di depannya terdapat sepuluh pintu gua yang lebih lebar dan tinggi dari pintu masuk Dungeon. Satria hanya tersenyum sejenak karena dia masih ingat betul bahwa lantai 1 sampai lantai 10 Dungeon Luxurie adalah gua-gua besar seperti labirin, hanya ada satu gua yang terdapat jalan untuk ke lantai berikutnya. “Kalau tidak salah di dalam game juga pintu lantai berikutnya itu selalu berubah-ubah setiap waktunya,” gumam Satria sambil menatap tajam kesepuluh pintu gua yang ada di depannya. “Ranger,” ucap Satria mengubah job classnya. Api di tangannya juga langsung lenyap karena dia mengubah job classnya. “Apakah tidak ada satupun petualang yang sedang menjelajahi lantai satu ya?” gumam Satria sambil memfokuskan indera pendengarannya untuk mendengar suara dari semua gua. 
Baca selengkapnya
Bab 20: Kehilangan Jejak Target
Satria berjalan menuju kelima orang yang datang dari belakang monster skeleton raksasa. Dari penampilan dan senjatanya saja Satria langsung bisa menebak job class mereka. Seorang swordman pria yang tadi menghantam tulang skeleton terlihat berjalan menghampiri Satria. “Kami tidak menyangka jika kamu akan bisa mengalahkan skeleton raksasa itu dengan mudah,” ucap pria yang bernama Raven itu. “Lea tadi mendengar suara banyak monster di sini jadi kami kembali untuk mengeceknya,” ucap wania beranama Vi dari penampilannya dia adalah seorang archer. “Iya, aku juga mendengar hanya ada satu orang manusia saja di sini jadi aku meminta mereka kembali untuk menolongmu. Tapi aku tidak menyangka kamu akan mampu mengalahkannya,” timpal gadis bernama Lea dengan job class ranger. “Terima kasih, aku tidak tahu jika ada petualang lain di jalur yang aku ambil ini,” ucap Sat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
25
DMCA.com Protection Status