Semua Bab Sang Dewa Game - SVSS1: Bab 31 - Bab 40
244 Bab
Bab 31: Satria vs Squad Bandit
Bandit lancer langsung menusukan tombaknya mengincar dada Satria, tapi dengan cepat dia langsung menghindar dan melompat ke belakang menjauhi kereta kuda tempat Nekora berada. Bandit yang memegang kapak langsung maju melesat dan mengayunkan kapaknya sekuat tenaga, Satria langsung menangkisnya dengan bilah tombak di tangannya. Percikan api tampak muncul saat kapak itu menghantam tombak hitam yang dipegang Satria. Bandit lancer langsung melompat dari balik tubuh bandit yang membawa kapak, dia dengan cepat mengarahkan tombaknya kepada Satria. “Matilah!” teriak bandit lancer sambil melemparkan tombaknya melesat menuju Satria. Tapi Satria langsung memutarkan tangannya di tombak yang dia pegang, tombaknya langsung ikut berputar hingga kapak bandit yang masih menekan juga terpental. Tombak di tangan Satria berputar cepat tepat saat tombak yang dilemparkan lawannya datang. ‘Trang’
Baca selengkapnya
Bab 32: Serangan Beruntun Archer Satria
“Spring slash!” teriak bandit swordman sambil menebaskan pedangnya yang diselimuti oleh cahaya berwarna hijau. Seketika itu juga riuh angin bergemuruh membentuk tekanan udara yang memadat serta melesat menuju ke arah Satria yang masih melayang jatuh dari udara. Seketika itu juga Satria memutarkan tongkatnya ke belakang punggung lalu tiba-tiba saja tongkat hitam yang dipegang Satria langsung diselimuti oleh sinar gradasi berwarna merah membara. “Flame..” teriak Satria. Api langsung membara menyelimuti tongkat hitam yang dipegang oleh Satria, riuh angin langsung bergemuruh seakan udara berguncang. Tanah terasa mulai bergetar membuat para bandit panik. “Clash!” sambung Satria sembari menghantamkan tongkatnya mengarah kepada tebasan jarak jauh yang datang kearahnya. ‘Bbbhhhaaammmrrr’ Suara dentuman keras langsung terdengar saat tongkat
Baca selengkapnya
Bab 33: NPC Level 53
Suara dentuman dahsyat langsung terdengar saat serangan para bandit menghantam hujan anak panah petir, api dan es yang Satria lepaskan. Letupan-letupan hebat terlihat jelas di udara seiring dengan gemuruh guntur yang terus bertiup. Riuh angin yang bertiup terasa begitu kencang hingga bergemuruh bagaikan ombak di lautan.Tanah yang mereka pijak terasa bergetar terlebih setelah Satria menggunakan skill archer Darkest Nightmare miliknya. sihir tingkat empat yang digunakan para wizard bandit hanya mampu meredam sampai hujan anak panah es yang turun dari langit. Tebasan api membara yang tadi dilesatkan oleh bandit swordman langsung melesat menuju ke panah hitam mengerikan yang meluncur ke bawah.‘Ddddhhhhoooommmrrrrr’Ledakan sangat keras bisa terdengar jelas, kuda-kuda yang sejak tadi diam saja langsung riuh bersuara karena terkejut. Semua orang yang ada di sana langsung menutup telinganya dan memejamkan mata, sejenak tanah terasa bergu
Baca selengkapnya
Bab 34: Player Jahat Level 67
Setelah Satria ambruk ke tanah tiba-tiba saja bayangan seorang pria langsung muncul dari balik batu. Memakai jubah khas sorcerer dan membawa tongkat sihir dengan Kristal merah di atasnya. Seringai puas terlihat jelas dari wajahnya sambil menatap Satria yang terduduk di tanah bersama para petualang dan penumpang lainnya.“Tuan!” tiba-tiba saja Nekora berteriak dan keluar dari kereta kudanya untuk menghampiri Satria.“Absolute fear aura!” ucap pria tersebut sambil menghantamkan tongkat sihirnya ke tanah. Saat itu juga Nekora dan beberapa penumpang lainnya yang ada di dalam kereta langsung ambruk lemas tak berdaya.“Hahaha… tadinya aku sempat khawatir kau akan bisa menangkalnya tapi ternyata di tempat ini tidak ada yang jauh lebih kuat dariku!” ucap pria tersebut sambil tertawa puas. Sementara Satria terus menatapnya dengan tajam.“Siapa kau?” tanya Satria sambil terbata-bata.
Baca selengkapnya
Bab 35: Kekalahan Borox
“Flame!” ucap Borox sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke bawah.“Burst!” kata Satria seraya menggerakan tongkatnya mengarah kepada Borox.Saat itu juga udara di sekitar Borox terasa sangat panas, di atasnya langsung tercipta kobaran api yang membara dan melesat menuju Satria bagaikan ombak di lautan yang bergulung-gulung memancarkan cahaya gradasi merah membara.Sementara itu udara di sekitar Satria terasa sedingin es, titik-titik es muncul di udara di sekitar tempat mereka berdua berdiri. Saat itulah Borox terkejut dan baru sadar kalau sihir yang akan digunakan oleh Satria adalah sihir tingkat ketujuh. Dia benar-benar bingung bagaimana seorang swordman bisa menggunakan sihir setinggi itu.‘Bbbhhhooommrrr’Suara dentuman dahsyat terdengar saat sihir tingkat tujuh Satria menghantam sihir tingkat enam yang digunakan oleh Borox. Kini tanah langsung berguncang hebat, bongkahan-bongkaha
Baca selengkapnya
Bab 36: Para Petualang dari Kerajaan Grimer
“Eh? Apa tuan serius?” tanya Lixia.“Ya. Meskipun mungkin penyelesaiannya akan membutuhkan waktu lama. Tapi itu akan menjadi awal jalan bagi kita,” jawab Satria sambil mengeluarkan uang 600 koin emas yang sudah dia siapkan.“Kalian bisa memberikan ini kepada rentenir, untuk masalah renovasi aku akan menjelaskannya lagi nanti sebab kita membutuhkan tempat tinggal sementara selagi tempat ini direnovasi. Aku akan menemui Alexa dan Trixi di gedung asosiasi petualang, aku titip Nekora di sini dulu,” kata Satria.“Oh iya tuan. Apa tuan tidak mau melihat pisau yang sedang aku tempa?” tamua Lixia dengan berbinar-binar.“Oh taring yang aku berikan waktu itu ya, baiklah. Aku juga sudah penasaran sampai sejauh mana kamu bisa mengolahnya,” kata Satria seraya berjalan menuju tempat menempat.Lixia langsung menunjukan taring Leviathan yang sudah dia tempa meskipun baru sete
Baca selengkapnya
Bab 37: Level Keluarga Lixia
Setelah berbincang agak lama dengan Alexa tiba-tiba saja di lantai bawah terdengar suara keributan. Satria dan Alexa langsung melihat ke bawah, ternyata ada beberapa petualang demi human yang sedang ribut dengan petualang manusia di sana. Para petugas asosiasi terlihat kerepotan untuk melerainya, mereka terdengar memperebutkan quest yang akan mereka ambil.Barulah setelah petugas asosiasi mengancam mereka dengan sanksi akhirnya pertengkaran itu berhasil dihentikan. Satria dan Alexa kembali duduk di kursinya, saat itulah Alexa baru ingat kalau kartu petualang milik Satria sudah ada padanya. Dia buru-buru kembali ke ruang kerjanya untuk mengambil kartu tersebut.“Maaf Satria, aku baru ingat kalau kartumu sudah ada padaku,” ucap Alexa sambil menyerahkan kartu petualang milik Satria.“Terima kasih, kalau begitu aku mau pamit dahulu. Nanti kalau ada kabar tentang rumah yang mau dijual itu beritahu saja ya,” tukas Satria.
Baca selengkapnya
Bab 38: Penyamaran Ulung
Esok paginya Satria, Nekora, Lixia dan Miria sarapan bersama dengan makanan yang dimasak oleh Miria. Karena Satria merasa tidak enak akhirnya dia memberikan uang 40 koin emas untuk makan mereka selama sebulan. Sebenarnya Miria menolaknya, tapi Satria tetap membujuknya hingga dia mau menerimanya.Sesuai rencananya, setelah Satria sarapan dia meminta Nekora untuk membantu Lixia dan Miria di toko ataupun di rumahnya. Satria juga memberikan Nekora uang sebagai imbalannya bekerja, setelah itu Satria langsung buru-buru keluar dari kediaman Lixia untuk memulai rencananya.Satria berjalan menuju ke tempat yang sepi dan menggunakan job class ranger agar bisa mendeteksi keberadaan orang di sekitarnya. Setelah dirasa tidak ada orang yang melihatnya dia langsung mengganti pakaiannya dengan perlengkapan yang ada di slot tas miliknya. Dia memakai armor swordman yang menutupi seluruh tubuhnya, kualitasnya juga sengaja dia pilih yang SR agar lebih meyakinkan.
Baca selengkapnya
Bab 39: Kejanggalan yang Tidak Biasa
Setelah berbincang agak lama akhirnya Satria pamit untuk ikut dengan Trixi serta Alexa ke Desa Whis dimana mereka sudah menemukan rumah yang mau dijual. Mereka berjalan menyusuri jalanan Kota Lunar hingga keluar dari area kota dan menyusuri jalanan menuju desa. Trixi mengatakan kalau mereka membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di desanya.Sepanjang jalan mereka melewati beberapa desa dan ladang pertanian yang digarap oleh para warga desa. Sudah lebih dari dua puluh menitan mereka berjalan sambil berbincang, Satria benar-benar kagum dengan Trixi dan Alexa yang pulang pergi jalan kaki seperti itu setiap harinya.“Apa kalian selalu jalan kaki?” tanya Satria.“Ya, lagipula daripada naik kereta kuda lebih sehat jalan kaki seperti ini,” jawab Trixi.“Tapi sebenarnya dulu Alexa sering banget berhenti kalau sedang berjalan seperti ini. Cuma sekarang kelihatannya dia sudah terbiasa,” sa
Baca selengkapnya
Bab 40: Pindah Rumah
Sepanjang jalan dia terus merenung memikirkan banyak rencana jangka panjang untuk mencapai tujuannya. Beberapa kali dia berpapasan dengan demi human yang berjalan dari arah yang berlawanan, Satria hanya mengernyitkan alisnya saja sebab dia tidak tahu apakah demi human juga tinggal di desa manusia, padahal di kota-kota yang jumlah demi humannya lebih banyak saja mereka tinggal di penginapan yang berbeda.Tapi Satria tidak terlalu mengkhawatirkannya sebab mungkin ada juga orang yang bisa hidup berdampingan dengan demi human seperti mereka. Tanpa terasa akhirnya Satria sampai kembali di Kota Lunar dan langsung menuju ke kediaman Miria. Nekora dan Lixia menyambut kedatangannya dan ingin mendengar hasilnya.Satria menjelaskan besok pagi mereka akan langsung pergi ke Desa Whis, karenanya Satria meminta mereka untuk bersiap malam ini juga. Hingga larut malam mereka berempat mulai mengemasi barang-barang yang ada, beberapa barang yang bisa disimpan di slot tas lang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
25
DMCA.com Protection Status