Lahat ng Kabanata ng Takdir Jodohku: Kabanata 21 - Kabanata 30
75 Kabanata
Perlakuan kasar Edric
Mengerjapkan mata kemudian membukanya dengan perlahan. Kedua mata Rossie mengedar ke sekeliling, mengitari ruangan yang terasa asing. Hingga ia tersentak ketika melihat kemeja kedodoran yang membalut tubuh. “Shit! Baju siapa ini?”  Sebelum beranjak dari ranjang, Rossie meraih segelas air putih kemudian meneguknya hingga tandas. Kerasnya alkohol yang diteguk semalam membuat kerongkongan Rossie mengering. Rossie masih mencari tahu sedang berada di mana saat ini. Tidak ada petunjuk tentang siapa pemilik rumah tersebut. Suara engsel yang ditarik membuat Rossie menoleh dan melihat presensi Chan dengan kaus warna putih yang melekat pas pada tubuh gagahnya. “Chan? Apa yang sudah kau lakukan kepadaku? Apa kita melakukannya lagi?”
Magbasa pa
Cinta Obsessive
Edric mengencangkan ikatan di kedua tangan Rossie. Ia sama sekali tidak memperdulikan rintihan Rossie. Tidak hanya kedua tangan Rossie yang diikat terbentang, kakinya pun diikat kuat oleh Edric.  “Apa kau pikir aku begitu bodoh?” ujar Edric setelah selesai mengikat kaki Rossie. “Kau pergi diam-diam melalui balkon ini.” Berjalan menuju ke balkon kamar Rossie dan menunjuk ke arah pagar yang biasa dilompati oleh Rossie. Raut muka Edric menegang dan terlihat sangat murka. Ia ternyata memasang kamera cctv berukuran kecil yang tidak disadari oleh Rossie.  Kemudian Edric berjalan ke arah Rossie sembari menunjukkan rekaman CCTV dari ponselnya. “Ini yang kau katakan tidak melakukan kesalahan apa pun?”  
Magbasa pa
Kematian Morgan
Dengan langkah terburu-buru, Rossie menghampiri Edric yang sedang menikmati aliran air hangat yang menyentuh lapisan epidermis kulit serta sensasi pijatan dari air rattor pada dasar kolam jacuzzi.  “Edric!” panggil Rossie dengan raut muka tegang. “Katakan bukan kau pelakunya.” Meneguk segelas white wine yang tersaji di samping jacuzzi sembari melemparkan tatapan kepada sang kekasih, “what do you mean, Babe?”  “Mo-morgan tewas,” ucap Rossie dengan bibir yang bergetar karena masih tidak percaya. Jika benar Edric pelakunya, maka ia sedang menjalin hubungan dengan seorang psikopat.  “Sudahlah, aku tidak m
Magbasa pa
Malibu
“Aku bekerja Edric, bagaimana bisa Matthew dan Gerald ikut membuntutiku. Aku bukan anak presiden,” protes Rossie kepada Edric yang sedang memusatkan seluruh fokusnya pada layar macbook.  “Bukankah seorang model harusnya juga memiliki bodyguard untuk berjaga?” Edric berceletuk tanpa menatap Rossie sedikitpun. Pekerjaan sungguh menyita perhatiannya.  “Aku tidak nyaman. Ayolah Edric…please.” Menghampiri Edric dan duduk tepat di sampingnya.  Edric menghela napas, dan mematikan layar macbook. Ia menoleh kepada Rossie dengan tatapan khasnya, “mere
Magbasa pa
Ciuman perdamaian
Rossie tertegun ketika hangat tangan Chan menyentuhnya. Tatapan yang tajam tertuju penuh membuat jantung jantung Rossie berdetak lebih kencang. Ia menelan saliva berulang, ketika embusan napas Chan terasa menerpa wajahnya. Wajah mereka saling mendekat dan sekarang hanya berjarak beberapa centimeter saja. Demi Tuhan, Rossie tidak tahu apa yang sedang dirasakan, tatapan Chan sama seperti beberapa tahun yang lalu. Perlahan Chan menundukkan kepala dan menatap bibir Rossie yang setengah basah karena usapan bir. Sadar jika sedang dalam pengawasan, Rossie mendorong tubuh Chan ke belakang dan sedikit salah tingkah. Begitu pula dengan Chan yang juga merasa mendapatkan penolakan untuk kesekian kalinya.  Menoleh kepada Matthew yang pura-pura tidak mengetahui adegan tersebut, Rossie kembali melihat ke arah Gerald yang pandangannya tertutup oleh sepasang kekasih yang sedang bergoyang menikmati alunan
Magbasa pa
itu hanya hubungan seks
Chan menghentikan hisapannya. Ia menatap wajah Rossie lekat-lekat, dan mulai menghapuskan air mata yang jatuh membasahi pipi.    “Hey, what happen? Apakah ciumanku separah itu, hingga membuatmu menangis?” tanya Chan yang membuat Rossie terkekeh. Bibir wanita itu tertawa, tetapi tidak menghentikkan buliran bening yang terjatuh dari kedua pelupuk mata.    Wanita berambut pirang itu tidak menjawab, tangisnya semakin pecah hingga membuat Chan kebingungan. “Rossie are you okay?”   “No-i;m not okay.” Melingkarkan kedua tangan di leher Chan sambil terisak. Entah mengapa ia ingin melepaskan segala beban yang memenuhi relung hati sejenak saja.   
Magbasa pa
Gairah yang tertinggal
Seorang pria berperawakan tinggi dengan badan tegap nan gagah membuat Chan masuk ke dalam ruangan beberapa langkah untuk memberikan jalan. Pria itu terlihat ragu untuk merusak suasana romantis yang tercipta antara Edric dan Rossie. Namun, sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan kepada sang Tuan. Well, dari busana yang dikenakan, Chan bisa menebak itu adalah salah satu anak buah dari Edric. Pandangan Edric mendongak dan mendapati sosok sang anak buah dari pantulan cermin. Raut wajahnya lantas berubah drastis, yang semula tersenyum semringah sekarang mendadak muram. Ia melepaskan pelukan dari Rossie dan meluruskan posisi berdiri.  Edric menghela napas kasar sembari membalikkan tubuhnya, “Ada apa lagi Max?”  
Magbasa pa
Malam di atas Yacht
Bianca menurunkan letak kacamatanya ketika mendapati Gerald dan Matthew berdiri tegap di depan kamar Rossie. Ia bermaksud untuk menjemput Rossie sesuai dengan titah Kris. Malam itu mereka berencana menikmati malam di atas yatch milik keluarga Hwang. Bianca tidak begitu terkejut, karena sejak kedatangan Rossie, dua pria berperawakan tinggi besar itu sudah senantiasa membuntuti. Well, sebenarnya Bianca juga penasaran dengan kehidupan pribadi Rossie. Wanita macam apa yang mendapatkan pengawalan ketat layaknya istri dari seorang pejabat. “Ada yang bisa kami bantu?” ujar Gerald menghentikan langkah Bianca.  Melepaskan kacamata kemudian melihat Gerald dan Matthew secara bergantian. “Aku dari perusahaan Hwang mau menjemput Rossie un
Magbasa pa
Playing With Fire
Jemari Chan merengkuh pinggang Rossie dan semakin erat. Awalnya Rossie ingin memberontak, tetapi entah mengapa rasa nyaman kian berselimut.  Menopangkan kepala di pundak Rossie, sesekali Chan mencuri ciuman di salah satu pipi wanita tersebut.  "I miss you so bad, Rossie," ucap Chan pelan. Hawa panas yang dihasilkan dari bibirnya menyentuh bagian belakang telinga Rossie. Membuat bulu kuduk wanita itu meremang.  Cahaya temaram yang dihasilkan oleh bulan malam itu menambah keromantisan yang tercipta. Sinar bintang yang tadinya malu-malu kini terlihat lebih terang.  "I'm really sorry, Chan," tutur Rossie. Tangannya ikut menggenggam lengan kukuh Chan yang merengkuh keseluruhan tubuh ramping itu. 
Magbasa pa
Bermain Api
Kuku jemari Amber yang berpulaskan kuteks warna merah tua mengusap setiap bagian gelas panjang minuman dinginnya. Netra wanita itu masih tertuju pada jengkal demi jengkal tubuh gagah Edric. Ia sedang berbincang serius bersama Ling Dao, pria kaya yang akan ditemani oleh Amber malam ini. Bibir Amber bergerak sensual ketika membayangkan tubuh Edric menindih kemudian bercinta. Ah, pasti sangat nikmat jika bisa melewati malam panas bersama pria itu. Selama ini Amber harus menutup mata dan tidak melihat wajah pria yang menikmati tubuhnya. Ia ingin sekali saja bisa bercinta dengan pria yang diinginkan, seperti Edric.  Amber memanggil barista yang baru saja menyiapkan pesanan tamu yang lainnya. “Excuse me.”  “Yes Miss. Can I help you?”
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status