Rossie tertegun ketika hangat tangan Chan menyentuhnya. Tatapan yang tajam tertuju penuh membuat jantung jantung Rossie berdetak lebih kencang. Ia menelan saliva berulang, ketika embusan napas Chan terasa menerpa wajahnya. Wajah mereka saling mendekat dan sekarang hanya berjarak beberapa centimeter saja. Demi Tuhan, Rossie tidak tahu apa yang sedang dirasakan, tatapan Chan sama seperti beberapa tahun yang lalu. Perlahan Chan menundukkan kepala dan menatap bibir Rossie yang setengah basah karena usapan bir. Sadar jika sedang dalam pengawasan, Rossie mendorong tubuh Chan ke belakang dan sedikit salah tingkah. Begitu pula dengan Chan yang juga merasa mendapatkan penolakan untuk kesekian kalinya.
Menoleh kepada Matthew yang pura-pura tidak mengetahui adegan tersebut, Rossie kembali melihat ke arah Gerald yang pandangannya tertutup oleh sepasang kekasih yang sedang bergoyang menikmati alunan
Chan menghentikan hisapannya. Ia menatap wajah Rossie lekat-lekat, dan mulai menghapuskan air mata yang jatuh membasahi pipi. “Hey, what happen? Apakah ciumanku separah itu, hingga membuatmu menangis?” tanya Chan yang membuat Rossie terkekeh. Bibir wanita itu tertawa, tetapi tidak menghentikkan buliran bening yang terjatuh dari kedua pelupuk mata. Wanita berambut pirang itu tidak menjawab, tangisnya semakin pecah hingga membuat Chan kebingungan. “Rossie are you okay?” “No-i;m not okay.” Melingkarkan kedua tangan di leher Chan sambil terisak. Entah mengapa ia ingin melepaskan segala beban yang memenuhi relung hati sejenak saja.
Seorang pria berperawakan tinggi dengan badan tegap nan gagah membuat Chan masuk ke dalam ruangan beberapa langkah untuk memberikan jalan. Pria itu terlihat ragu untuk merusak suasana romantis yang tercipta antara Edric dan Rossie. Namun, sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan kepada sang Tuan. Well, dari busana yang dikenakan, Chan bisa menebak itu adalah salah satu anak buah dari Edric.Pandangan Edric mendongak dan mendapati sosok sang anak buah dari pantulan cermin. Raut wajahnya lantas berubah drastis, yang semula tersenyum semringah sekarang mendadak muram. Ia melepaskan pelukan dari Rossie dan meluruskan posisi berdiri.Edric menghela napas kasar sembari membalikkan tubuhnya, “Ada apa lagi Max?” 
Bianca menurunkan letak kacamatanya ketika mendapati Gerald dan Matthew berdiri tegap di depan kamar Rossie. Ia bermaksud untuk menjemput Rossie sesuai dengan titah Kris. Malam itu mereka berencana menikmati malam di atas yatch milik keluarga Hwang. Bianca tidak begitu terkejut, karena sejak kedatangan Rossie, dua pria berperawakan tinggi besar itu sudah senantiasa membuntuti. Well, sebenarnya Bianca juga penasaran dengan kehidupan pribadi Rossie. Wanita macam apa yang mendapatkan pengawalan ketat layaknya istri dari seorang pejabat.“Ada yang bisa kami bantu?” ujar Gerald menghentikan langkah Bianca.Melepaskan kacamata kemudian melihat Gerald dan Matthew secara bergantian. “Aku dari perusahaan Hwang mau menjemput Rossie un
Jemari Chan merengkuh pinggang Rossie dan semakin erat. Awalnya Rossie ingin memberontak, tetapi entah mengapa rasa nyaman kian berselimut.Menopangkan kepala di pundak Rossie, sesekali Chan mencuri ciuman di salah satu pipi wanita tersebut."I miss you so bad, Rossie," ucap Chan pelan. Hawa panas yang dihasilkan dari bibirnya menyentuh bagian belakang telinga Rossie. Membuat bulu kuduk wanita itu meremang.Cahaya temaram yang dihasilkan oleh bulan malam itu menambah keromantisan yang tercipta. Sinar bintang yang tadinya malu-malu kini terlihat lebih terang."I'm really sorry, Chan," tutur Rossie. Tangannya ikut menggenggam lengan kukuh Chan yang merengkuh keseluruhan tubuh ramping itu.
Kuku jemari Amber yang berpulaskan kuteks warna merah tua mengusap setiap bagian gelas panjang minuman dinginnya. Netra wanita itu masih tertuju pada jengkal demi jengkal tubuh gagah Edric. Ia sedang berbincang serius bersama Ling Dao, pria kaya yang akan ditemani oleh Amber malam ini. Bibir Amber bergerak sensual ketika membayangkan tubuh Edric menindih kemudian bercinta. Ah, pasti sangat nikmat jika bisa melewati malam panas bersama pria itu. Selama ini Amber harus menutup mata dan tidak melihat wajah pria yang menikmati tubuhnya. Ia ingin sekali saja bisa bercinta dengan pria yang diinginkan, seperti Edric.Amber memanggil barista yang baru saja menyiapkan pesanan tamu yang lainnya. “Excuse me.”“Yes Miss. Can I help you?”
Rossie menangkupkan kedua tangan di mulutnya yang membulat. Badannya gemetar ketika melihat mayat Andrew yang bersimbah darah dan Edric secara bergantian. Pria itu melemparkan pistolnya sembarangan, kemudian Matthew mengambilnya dengan menggunakan selembar sapu tangan.“E-Edric, ini tidak seperti yang kau bayangkan. Kau lihat ini hanya acara fansite saja dan tentu saja direkam. Ba-bagaimana kau bisa melakukan hal jahat itu?” Rossie masih terbata-bata.Well, Edric bukanlah pria bodoh. Sebelum membunuh pria yang menyentuh Rossie itu, terlebih dahulu beberapa anak buah Edric membius kameramen dan staf yang bersembunyi untuk mengambil adegan tersebut agar terlihat lebih natural. Tidak lupa mematikan semua kamera cctv. Edric tidak akan mau berurusan dengan polisi secara sia-sia.&nb
Amber tersenyum miring ketika melihat reaksi Edric. Ia seperti merasakan awal dari kemenangan. Well, jika tidak bisa mendapatkan Edric, setidaknya bisa menggantikan posisi Rossie menjadi model nomor satu di Internasional. Selama ini ia selalu menjadi nomor dua dan bayang-bayang dari Rossie saja.“Jika kau butuh bantuan Ling Dao jangan sungkan untuk berbicara kepadaku,” ucap Amber sambil memasukkan potongan truffle ke dalam mulut.“Bukankah kau hanya wanita satu malamnya?” Edric menjawab spontan. Well, apa perlu sungkan berbicara dengan wanita jalang?Mendengar hal itu Amber terkekeh. Edric menganggap Amber tidak memiliki kendali atas pengusaha kaya satu
Sesaat Chan tidak memperdulikan peraturan lalu lintas. Ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Chan harus tiba di rumah Edric dengan cepat, hanya itu yang memenuhi pikiran pria berlesung pipi itu.Biasanya Chan membutuhkan waktu 45 menit untuk tiba di mansion Edric, tetapi kali ini hanya perlu 20 menit saja. Jangan bayangkan kecepatan yang dipacu oleh pria itu. Tentu saja sangat cepat, menyusuri jalanan Beverly Hills yang untung saja masih lengang, hanya ada beberapa mobil sport yang berlalu lalang.Ketika hampir tiba di depan pintu gerbang mansion Edric, dua mobil sedan keluar dari sana. Netra Chan memperhatikan mobil tersebut dan bisa menebak jika Rossie berada di dalam mobil tersebut. Tanpa pikir panjang, Chan membanting setir dan membuntuti mobil itu. Ia berusaha memacu kecepatan agar tidak kehilangan j