Semua Bab Takdir Jodohku: Bab 31 - Bab 40
75 Bab
Hasrat yang berapi-api
Rossie menangkupkan kedua tangan di mulutnya yang membulat. Badannya gemetar ketika melihat mayat Andrew yang bersimbah darah dan Edric secara bergantian. Pria itu melemparkan pistolnya sembarangan, kemudian Matthew mengambilnya dengan menggunakan selembar sapu tangan.  “E-Edric, ini tidak seperti yang kau bayangkan. Kau lihat ini hanya acara fansite saja dan tentu saja direkam. Ba-bagaimana kau bisa melakukan hal jahat itu?” Rossie masih terbata-bata. Well, Edric bukanlah pria bodoh. Sebelum membunuh pria yang menyentuh Rossie itu, terlebih dahulu beberapa anak buah Edric membius kameramen dan staf yang bersembunyi untuk mengambil adegan tersebut agar terlihat lebih natural. Tidak lupa mematikan semua kamera cctv. Edric tidak akan mau berurusan dengan polisi secara sia-sia.&nb
Baca selengkapnya
Tawanan Cinta Edric
Amber tersenyum miring ketika melihat reaksi Edric. Ia seperti merasakan awal dari kemenangan. Well, jika tidak bisa mendapatkan Edric, setidaknya bisa menggantikan posisi Rossie menjadi model nomor satu di Internasional. Selama ini ia selalu menjadi nomor dua dan bayang-bayang dari Rossie saja.  “Jika kau butuh bantuan Ling Dao jangan sungkan untuk berbicara kepadaku,” ucap Amber sambil memasukkan potongan truffle ke dalam mulut.  “Bukankah kau hanya wanita satu malamnya?” Edric menjawab spontan. Well, apa perlu sungkan berbicara dengan wanita jalang? Mendengar hal itu Amber terkekeh. Edric menganggap Amber tidak memiliki kendali atas pengusaha kaya satu
Baca selengkapnya
Making Love in The Sky
Sesaat Chan tidak memperdulikan peraturan lalu lintas. Ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Chan harus tiba di rumah Edric dengan cepat, hanya itu yang memenuhi pikiran pria berlesung pipi itu.  Biasanya Chan membutuhkan waktu 45 menit untuk tiba di mansion Edric, tetapi kali ini hanya perlu 20 menit saja. Jangan bayangkan kecepatan yang dipacu oleh pria itu. Tentu saja sangat cepat, menyusuri jalanan Beverly Hills yang untung saja masih lengang, hanya ada beberapa mobil sport yang berlalu lalang.  Ketika hampir tiba di depan pintu gerbang mansion Edric, dua mobil sedan keluar dari sana. Netra Chan memperhatikan mobil tersebut dan bisa menebak jika Rossie berada di dalam mobil tersebut. Tanpa pikir panjang, Chan membanting setir dan membuntuti mobil itu. Ia berusaha memacu kecepatan agar tidak kehilangan j
Baca selengkapnya
Terkurung di tengah hutan
Edric menghela napas panjang sembari berjalan mendekati Rossie. Tubuh wanita itu bergetar diikuti otot wajah yang menegang. Ia sudah tidak memikirkan hal lain selain berusaha menghubungi keluarganya dan kabur dari pria yang menyeramkan itu.  Tanpa sepatah kata, Edric mencengkeram bagian tajam pecahan vas tersebut hingga menyayat lapisan kulitnya. Hingga darah segar menetes dari sana. Ia menarik pecahan kaca tersebut dari tangan Rossie yang melemah.  "Jangan membantah, kau akan mendapatkan semuanya jika menurut," ucap Edric santai. Ia seakan tidak merasakan perih yang menyayat lapisan tangannya. "Aku akan memberikan ponselmu, cepat mandilah. Sebentar lagi kita akan sampai."  Rossie mengusap air matanya sambil tersedu. Dadanya naik turun karena mengatur ritme na
Baca selengkapnya
Bercinta dengan penuh gairah
Rossie menyugar rambutnya frustasi, entah apa yang harus dilakukannya saat ini. Sesekali ia mengembuskan napas kasar untuk mengurai segala rasa kesal yang bercokol hebat di dalam batin. Kali ini ia tidak boleh menggunakan emosi untuk melawan Edric, karena hanya akan menjadi sia-sia. Ia harus mencari cara yang lebih halus dan pintar. Yah, mengikuti permainan dan segala keinginan Edric adalah satu-satunya cara. Semakin Rossie memberontak maka akan semakin sulit untuk lolos dari jeratan pria itu.    Bangkit dari duduknya di lantai dan memungut ponsel yang sudah pecah menjadi dua bagian. Yah, ini akan lebih baik. Setidaknya Chan akan benar-benar aman karena sudah tidak bisa menghubungi nomor itu lagi.    “Huft.” Rossie mengembuskan secara kasar oksigen yang sebelumnya memenuhi rongga dada. “Kau harus berpikir secara jernih Ross
Baca selengkapnya
Rumah kayu di tengah hutan
Memutar kran shower dan buliran air segar membasahi seluruh permukaan tubuh Rossie. Sampai kapan ia akan terperangkap dalam cengkeraman Edric? Ia terlalu takut untuk melawan pria itu, karena keselamatan kedua anggota keluarga Rossie berada di tangan Edric.  Air yang membuat basah seluruh rambut Rossie, memaksanya untuk menyugar je arah belakang. Ia memejamkan kedua mata dan berharap ini semua adalah mimpi. Well, meskipun itu sangatlah mustahil. Rossie sudah terjebak dalam kandang buaya. Ia bahkan sudah kehilangan cara untuk bisa segera pergi dan menghirup udara bebas.  Mungkin Rossie dulu sempat berpikir jika Edric akan berubah, tetapi itu hanya sekedar menjadi harapan kosong belaka. Seseorang tidak akan pernah berubah jika tidak dilandasi keinginan kuat dari dalam hati.  
Baca selengkapnya
Cinta yang menyiksa
Tatapan Edric kala itu mampu meluluhkan hati Rossie. Bahkan ia bisa dengan seketika melupakan bayangan tentang Chan. Awal pertemuan mereka, tepat 3 bulan setelah berpisah dengan Chan lantas pindah ke Italia.  Sebenarnya ayah Rossie sudah kerap kali bercerita tentang kebaikan Edric kepada keluarga Ramos. Tetapi, karena kesibukan pria itu, Rossie membutuhkan waktu cukup lama untuk bersua dengan pribadi Edric.  Sebuah mobil sport warna merah sudah terparkir manis di depan rumah Rossie. Edric dengan sangat gentleman membukakan pintu tersebut dan mempersilahkan Rossie untuk duduk.  Dengan ulasan senyum, Rossie membalas kebaikan tindakan Edric kala itu. Kemudian ia meletakkan bokong di kursi samping kemudi. Tidak lama kemudian Edric sudah berada di belakang kemudi d
Baca selengkapnya
Angela
Chan masih meneliti laporan yang disampaikan oleh Bianca. Beberapa hari tidak mendapatkan kabar mengenai Rossie sebenarnya cukup meracau pikiran. Namun, pekerjaan sebagai CEO tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Dua jam kemudian, Chan harus menghadiri satu rapat bersama salah satu investor dari Macau.  Suara pintu yang diketuk halus, membuat Chan mendongakkan kepala. Pribadi Bianca muncul dari sana dengan rambut warna madu. Kemarin wanita itu baru saja mewarnai rambut untuk membuang sial katanya. Well, Chan rasa itu hanya akal-akalan seorang wanita saja. “Ada apa?” tanya Chan saat Bianca menyodorkan satu portofolio berwarna merah.  
Baca selengkapnya
Mencari Rossie
Chan berdiri tidak jauh dari panggung yang sudah disiapkan oleh Bianca dan tim untuk memulai show live hari ini. Beberapa staf sudah standby di depan macbook untuk memantau banyaknya penonton dan jumlah engagement yang dihasilkan. Sementara Bianca mondar-mandir untuk memastikan model dan segala macam. Well, Chan merasa tidak salah memberikan kepercayaan cukup besar pada wanita itu. Sejauh ini semua event berjalan dengan baik.  Melipatkan tangan di depan dada se
Baca selengkapnya
Kamar Rahasia
Cairan cokelat tersisa separuh setelah diteguk oleh pribadi dengan rahang tegas dan brewok tipis itu. Tidak cukup dengan satu sloki, Edric kembali menuangkan minuman yang menyengat kerongkongan ke dalam sloki dan meneguknya hingga tandas. Suara musik yang memekakan telinga tidak mengganggu sama sekali. Setelah penat seharian bekerja, whisky adalah pilihan yang sangat tepat.  “Perlu teman?” Suara lembut wanita dengan dress kelewat mini lantas duduk di samping Edric. Paha putih itu semakin terlihat dengan jelas ketika bokong bulatnya duduk di kursi tanpa sandaran.  Raut wajah Edric tidak menunjukkan selera setelah melirik rupa wanita itu dari sudut mata. Ia kembali meneguk minuman beralkoholnya hingga tandas. Dengan tidak sopan, Amber meraih botol whisky milik Ed
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status