All Chapters of Takdir Jodohku: Chapter 11 - Chapter 20
75 Chapters
Wanita yang mempesona
Lengan kukuh yang dipenuhi dengan bulu halus melingkar di pinggul Rossie. Wanita yang tadinya menatap langit malam dengan Kilauan bintang sontak terkesiap.  "Edric! Mengagetkan saja," ucap Rossie.  Edric tertawa. "Apa yang kamu pikirkan, sampai terkejut?"  "Tidak ada." Menggerakkan tubuh dan berusaha terlepas dari dekapan Edric. "Aku lelah, Edric."  Edric melepaskan pelukan dari tubuh Rossie. "Akan ada pesta malam ini, aku sudah siapkan gaun yang harus kamu pakai."  Pandangan Rossie teralih pada gaun yang tergeletak di ranjang. Model gaun yang nyaris telanjang favorit Edric.  
Read more
Wanita penguji
Tiba-tiba tubuh Chan membeku karena serangan ciuman tersebut. Ia bisa melihat kedua mata Rossie terpejam ketika memberikan kecupan dalam. Namun, saat Chan ingin membalas ciuman itu, Rossie mendorong tubuh Chan dan mengakhiri pagutan. "Sial," batin Chan.  "Apakah ciuman tadi juga mengujimu? Apa itu yang kamu harapkan dariku?" Rossie menatap Chan lurus-lurus tanpa keraguan. "Apakah setelah ini kamu bisa membiarkanku bekerja dengan baik?"  "Kau menyogokku dengan ciuman?"  "Kau mau lebih?" tantang Rossie. Chan menyeringai sambil mengusap bibirnya yang masih basah karena ulah Rossie. Sementara wanita blonde itu mengulas senyum sembari berlalu begi
Read more
Pria menyebalkan
Rossie berjalan tertatih sambil membopong tubuh Chan. Kaki Catherine hampir terjatuh karena ikut menahan beban tubuh Chan yang tentu saja dua kali lebih berat. Keduanya kemudian melemparkan tubuh Chan di atas ranjang. Pria berlesung pipi itu terjatuh di sana tanpa sadar akibat pengaruh alkohol.    “Oh my goodness, pria ini sungguh sangat berat,” ujar Catherine sembari merenggangkan otot lengannya.    “Cath, seharusnya kita antar Chan ke rumah.” Rossie mengatur napasnya yang tersengal karena kelelahan.    “Are you kidding me? Kau mengajakku kesini untuk bersenang-senang, dan baru saja aku datang aku harus mengantarkan pria ini ke lokasi yang jauh? Oh Rossie,” jelas C
Read more
Rasa Penasaran Chan
 “Sial, ini pasti ulah si Dobby.” Rossie mendengkus kesal.  Mendengar desisan Rossie, Amber melemparkan tatap dengan rasa ingin tahu yang tinggi. “Chan? Siapa Chan?”  “Bukan orang penting,” jawab Rossie sekenanya. Ia lalu melipat ponsel dan memasukkannya ke dalam tas tangan. “I’m done.”  “Mau pergi kemana?” tanya Amber.  “Pulang, aku besok ada photoshoot,” jelas Rossie, kedua matanya melirik ke arah Catherine yang sudah tidak sadarkan diri. “Pesankan saja Catherine taksi, Amber.” “Ok
Read more
Kejailan Berujung Petaka
Rossie berusaha keras melepaskan cekalan tangan dari Edric. Namun semakin ia memberontak cengkeraman itu semakin menguat.    Dilemparkannya tubuh Rossie di sofa panjang hingga terpental. Sorot mata yang tajam layaknya elang pemangsa seperti mengunci pandangan Rossie.    "Apa kau tidak memiliki telinga? Aku memintamu untuk tetap tinggal di mansion selama aku pergi. Tapi apa yang aku lihat?" geram Edric. "Kau benar-benar mau membantahku!"    "Edric! Aku baru hari ini datang ke apartemen, karena ada barang yang harus aku bawa." Rossie berusaha menjelaskan.    "Ada anak buahku yang bisa mengambilkannya untukmu. Apa sulitnya menurut kepadaku Rossie, apa sulitnya?" Sebuah vas bunga dibanting oleh Edric
Read more
Permintaan Maaf
Rambut pirang Rossie berkibar karena tiupan angin dari blower. Ia memasang ekspresi tegas ke depan kamera sembari memamerkan hand wear yang dikenakan. Terkadang senyum tersungging dari wajah Rossie.    Kali ini adalah pemotretan terakhir untuk persiapan jewelry show yang tinggal menghitung hari. Lampu yang menyinari bagian belakang tubuh Rossie diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang maksimal.    “Okay. Enough Rossie!” pekik salah satu staf fotografer dengan mengacungkan jempol ke arah Rossie.    “Thank you,” ujar Rossie merasa lega karena sudah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.    Ia segera berjalan menuju ruang ganti dan membersihkan make up yang mel
Read more
Bekerja dengan mantan
Nada pengingat pesan mengalihkan perhatian Rossie dari Chan. Ia merogoh ponsel dari dalam tas tangannya kemudian melihat nama Kris tercetak di sana.  Mom Kris_: Darling, bagaimana kalau besok malam kita makan malam bersama? Tepat hari ini Chan akan pulang dari rumah sakit. Apakah kamu bisa?  Senyuman Rossie yang tersungging, membuat Chan menaikkan salah satu alis. Menyadari akan tatapan ingin tahu dari sang mantan pacar, Rossie langsung menunjukkan pesan yang dikirimkan oleh Kris.  “Mamamu mengajakku untuk makan malam bersama karena kepulanganmu,” ujar Rossie.  “Aku tidak bertanya.” Ekspresi datar Chan membuat Rossie manaikkan salah satu sudut bibirnya.  
Read more
Hasrat ingin memiliki
Senyum tipis tersungging di bibir Rossie. Ia menoleh ke arah Chan yang masih duduk di kursi ergonomis dengan raut muka menunggu jawaban dari sang mantan kekasih. “Aku rasa anda tidak terlalu berhak untuk mengetahui kehidupan pribadi saya Tuan Hwang Chaniago. Kita harus bersikap profesional.”Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Rossie langsung melenggang keluar dari ruangan Chan. Sementara itu Chan terkekeh tipis karena sikap Rossie yang sangat membuat batasan di antara mereka. “Profesional? Rossie Rossie.” Merogoh ponsel dari dalam sakunya dan membuka kembali surel yang dikirimkan oleh Thomas. Pria tersebut sudah mendapatkan informasi terkait siapa pemilik mansion yang dikunjungi oleh Rossie. Nama Ridley Anderson tercetak dalam isi surel itu, lengkap dengan biodata yang sepantas
Read more
Malam yang memabukkan
Sadar akan tatapan Chan yang tertuju kepadanya, Rossie langsung melemparkan tatapan dan menelan lumatannya dengan bersusah payah. Agar terdorong ke dalam lambung, Rossie meneguk minumannya hingga tersisa separuh. “Apa di wajahku seperti ada semangkuk ramen?” tukas Rossie dengan tatapan menusuk. Chan terkekeh. “Ramen? Mau makan ramen denganku di tengah hujan?”  “Jangan berharap Tuan Hwang Chaniago.” Rossie mendengkus. “Ini sangat aneh, bukankah seharusnya aku yang marah dan kesal kepadamu? Sekarang kenapa malah jadi terbalik seperti ini? Apa salahku kepadamu?” Chan memasukkan potongan daging ke dalam mulut kemudiannya menghaluskannya. Masih teta
Read more
Morgan yang biadab
Rossie meliukkan tubuhnya dan masih memegang kepala yang terasa menggelantung berat. Gaun pendek milik Rossie terangkat sehingga mengekspos paha mulus yang semakin membuat lingga Morgan mengeras. “Minuman apa tadi yang kau berikan kepadaku? Rasanya sungguh membuat kepalaku mau pecah,” ujar Rossie dengan suara yang berat. Setelah melepaskan kemeja dan memamerkan pahatan tubuh yang atletis, Morgan melemparkan ikat pinggangnya sembarangan. Setelah itu merangkak dan mengungkung tubuh Rossie dari atas. Perlahan ia menghidu aroma tuberose yang menguar dari bagian belakang telinga Rossie. Sungguh sangat harum dan menggoda Morgan. “Aku akn membantumu menghilangkan rasa pusing itu Baby,” ucapnya sembari mengecup leher Rossie dengan pelan. 
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status