Semua Bab Hidden Baby Girl: Bab 11 - Bab 20
54 Bab
10
Pagi ini rumah tampak ribut saat Sasa sulit sekali untuk di bangunkan. Memang anak kecil itu terkadang susah untuk membuka mata tapi tidak separah pagi ini. Laras sudah melakukan segala cara agar anaknya itu tidak rewel dan menangis saat di mandikan. Namun bukannya berhenti Sasa malah menjerit membuat Laras harus mengusap dada pelan melihat tingkah sang anak yang semakin manja."Kakak udah besar lho, masak mandi harus nangis dulu sih." "Mau mama tinggal di rumah aja sendiri? Iya?"Bukan, dia tidak berniat mengancam namun Laras sudah benar-benar kehabisan cara untuk menenangkan putrinya. Dia sendiri juga tidak tau sebab anaknya rewel begini sejak bangun tidur tadi. "Sini mama pakein baju." Laras menarik lembut tangan mungil anaknya, wajah Sasa masih saja cemberut dengan lelehan air mata yang membuat ibu muda itu merasa iba. "Nanti jajan ice cream kalau Sasa anteng. Nurut sama mama. Oke?"Sasa masih
Baca selengkapnya
11
"Diminum om." "Makasih Ras, harusnya gak usah repot-repot." Ryan meneguk teh hangat yang baru saja di hidangkan Laras. Udara yang dingin memang paling cocok dengan minuman hangat selepas hujan sore tadi. "Gimana kerjaannya?" Laras memulai pembicaraan setelah beberapa menit mereka terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing. "Lancar. Tapi capek juga," Jawab Ryan dengan kekehan ringan di akhir kalimat. "Yang penting perusahaan laba banyak kan om?" goda Laras.  "Tapi gak kuat kalau harus pisah lama sama kalian." "Lebay ih."  "Fakta lho Ras. Kalau kamu mau, pengen banget ajak kalian buat ikut kemanapun aku pergi." "Buat di jadiin asisten pribadi." tebak Laras namun di balas tawa oleh Ryan. Kenapa perempuan di sampingnya ini selalu berfikir negatif. "Yakin mau?" Goda Rian lagi.  "Sana pulang. Malem-malem begini gak enak diliatin tetangga." Bukannya menjawab Laras malah me
Baca selengkapnya
12
Siang ini cuaca cukup terik, Ryan mengemudi dengan kecepatan sedang mengingat jalanan juga lengang selepas jam makan siang.Di dalam mobil hanya celotehan Sasa yang menemani perjalanan mereka, bocah dengan rambut di kuncir dua itu tak berhenti mengomentari apapun yang di lihatnya.Setelah tadi tidur cukup lama Sasa tidak akan rewel karena jam tidur siangnya terganggu. "Ma, nanti mam es kim lagi."Menghembuskan nafas pelan Laras melirik anaknya yang kini sibuk dengan ponsel di tangan tengah menonton mukbang. Pantas saja bocah kecil itu teringat ice cream."Boleh. Tapi satu ya. Gigi Sasa bolong semua kalau banyak-banyak."Mengangguk-angguk Sasa kembali fokus pada tontonannya, mungkin capek karena selama perjalanan berangkat bocah itu tak berhenti mengoceh."Sampai. Sini, Sasa ayah yang gendong."Ryan mengulurkan tangan dan mengendong Sasa keluar dari mobil. Dengan Laras mereka beriringan memasuki rumah megah ya
Baca selengkapnya
13
"Gue gak nyangka, ternyata jodoh emang gak ada yang tau."David menyeringai menatap sepupunya yang sedari tadi menunduk dalam. Entah apa yang laki-laki itu pikirkan.Wajah kusut adalah penampilan yang ia lihat akhir-akhir ini. Padahal selangkah lagi sepupunya itu akan menikah dengan perempuan yang di cintai.Namun bukannya bahagia malah wajah kurang gairah yang sering di tampilkan."Dari banyaknya cewek di sekeliling Lo. Kenapa harus dia yang Lo pilih. Cewek petakilan bermulut pedas.""Seperti yang Lo bilang tadi. Jodoh gak ada yang tau.""Tapi Lo bisa milih yang lain.""Gue cinta sama dia vid. Itu kenapa gue pilih dia.""Alasan klasik."Sena memilih tak peduli. Enggan menangapi lebih jauh. Sonya dan David sama-sama memiliki sifat keras dan menjengkelkan. Dan ia tak akan menghabiskan waktu untuk berdebat dengan keduanya.
Baca selengkapnya
14
Menikah dengan David Ardinata Wiryawan, menikah saat usia 25 tahun dan memiliki sepasang anak kembar.Dulu mimpi itu terasa mudah untuk di raih, dulu harapan itu akan segera terealisasikan andai saja kesalahan tidak kami lakukan.Semua hancur karena kecerobohan kami, tidak ia bukan menyalahkan sasa yang hadir tanpa rencana. Ia menyalahkan dirinya sendiri dan David yang menghadirkan Sasa pada waktu yang tidak tepat. Menghadirkan Sasa pada situasi yang sulit.David memilih tidak bertanggung jawab bahkan ayah dari anaknya itu meminta laras untuk melenyapkan darah daging mereka sendiri.Adakah yang lebih kejam dari itu? Adakah perlakuan menyakitkan yang melebihi itu? Bahkan janin yang belum berbentuk sempurna itu sudah di rencanakan untuk di rengut paksa hidupnya oleh ayahnya sendiri.Andai laras menyetujui mungkin saat ini hanya penyesalan yang akan selalu menghantui hari perempuan itu. Angin malam menerbangkan rambut Laras yan
Baca selengkapnya
15
Hari ini adalah hari yang mendebarkan bagi Sena namun tidak untuk Sonya. Laki-laki itu tersenyum lega sesaat setelah mengucap qobul dengan sekali tarikan nafas.Jantungnya berdetak kencang dengan pandangan mengarah pada tirai sebelah kanan tempat dimana sang mempelai wanita berjalan menemuinya.Sonya tengah berjalan di apit Laras di sebelah kanan dan keponakannya Listi yang merangkul tangan Sonya di sebelah kiri. Ketiganya tersenyum saat melewati para tamu undangan. Tiba di depan Sena, Sonya meraih tangan laki-laki yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Mencium takzim dengan mata terpejam rapat."Assalamualaikum istri."Bisikan halus Sena membuat Sonya melepas kecupannya dan kembali tertegun saat bibir Sena mencium lembut keningnya.Mata Sena memancarkan kebahagiaan, kedua bola mata laki-laki itu berbinar cerah berbeda dengan Sonya yang kini bersumpah serapah dalam hati mengutuk diri sendiri yang tadi sempat terlena dengan perlakuan l
Baca selengkapnya
16
David baru tiba di rumah saat jarum jam menunjuk angka sepuluh malam. Laki-laki berperawakan tinggi itu membuka pintu dan tersentak kaget saat menemukan mamanya berdiri di depannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada."Darimana saja mas baru pulang?"Pertanyaan dengan nada penuh tekanan itu membuat David meringis ngeri. Ekspresi mamanya benar-benar membuatnya merasa bersalah."Maaf ma. Ada urusan mendadak.""Urusan apa sampe bikin kamu pergi gitu aja?""Bukan urusan kantor kan?"Perempuan paruh baya itu kembali menyindir yang membuat David diam tak bisa berkutik. Rasa bersalahnya membuat David tak tega untuk menimpali ucapan mamanya."Mama malu mas. Di acara keluarga kamu selalu absen. Dan sekarang, di acara nikahan Sena kamu malah pergi gitu aja tanpa pamit. Apa kamu gak mikir perasaan mama?"Perempuan itu duduk dengan nafas memburu. Kekesalannya baru terlampiaskan sekarang. Sungguh ibu dua anak itu tak habis fikir deng
Baca selengkapnya
17
Hari libur adalah hari yang menyenangkan bagi sebagian orang atau mungkin semua orang menyukainya. Menghabiskan waktu bersama keluarga ataupun me time juga alternatif yang bisa dilakukan untuk menghilangkan stres setelah lelah bekerja.Tak terkecuali Laras, ibu dua anak itu biasanya menghabiskan waktu libur dengan berkreasi di dapur ataupun berkebun.Sedari kecil Laras memang suka sekali dengan bunga. Mawar merah adalah bunga favorit perempuan itu selain lili putih. Merah yang melambangkan keberanian. Seperti itulah harapan Laras untuk mampu mengarungi setiap ujian hidup. Memiliki keberanian untuk melewati semuanya."Assalamualaikum cantik." Sasa mengangkat wajah dan menemukan laki-laki paruh baya tengah berjongkok menjajarkan tubuhnya dengan tubuh kecil Sasa yang sibuk bermain tanah."Waalaikumsalam," Bocah cantik itu menjawab dengan mengerjabkan kedua matanya lucu. Mata bulatnya tak lepas memandang laki-laki paruh baya di depannya dengan bi
Baca selengkapnya
18
Setelah seminggu berada di Bali Sonya dan Sena pulang ke rumah baru mereka. Rumah yang akan mereka tempati setelah mereka resmi menjadi suami istri.Rencana awal Sena tidak terlaksana karena Sonya menolak keras usulan tersebut. Perempuan itu mengaku tidak mau tinggal jauh dari orangtuanya dan tidak ingin meninggalkan bisnis yang sudah lama di bangun dengan Laras."Sasa mau sarapan roti apa nasi?" Sonya bertanya lembut saat melihat keponakannya tengah sibuk bermain ponsel di meja makan."Roti. Pakai selai coklat," jawab bocah itu."Kakak belum makan nasi lho. Emang kenyang makan roti aja?""Kenyang nte. Tadi minum susu di buatin mama."Sonya hanya mengangguk mengerti dan meletakkan setangkup roti di piring keponakannya yang segera di ambil bocah itu dan di kunyah dengan lahap."Selamat pagi istri."Sena muncul dengan kaos putih dan celana training santai menandakan jika laki-laki itu belum masuk kerja.Sudah
Baca selengkapnya
19
Menjelang sore Sonya mencari-cari keberadaan Sasa yang tidak terlihat batang hidungnya. Dari ruang tengah hingga dapur pengantin baru itu tak juga menemukan dimana bocah itu berada.Saat berjalan menuju halaman belakang perempuan itu di kejutkan dengan tawa keras Sasa.Mengintip hati-hati Sonya menemukan Sasa dan David yang sedang bercanda di dekat kolam. Bocah itu tertawa keras saat tangan David dengan usil mengelitik pinggang kecil Sasa dengan gemas.Setelah puas mengintip Sonya memutuskan untuk kembali ke dalam rumah. Dia tidak akan menganggu ayah dan anak itu bermain. Walaupun mereka belum menyadari ikatan yang terjalin diantara keduanya. Namun Sonya menyadari bahwa darah memang lebih kental dari pada air.Meluruskan kaki Sonya menyenderkan punggung pada sandaran sofa.Menjadi istri ternyata tidak mudah. Dia memang tidak di tugaskan untuk melakukan pekerjaan rumah, namun Sonya tak ingin hanya ongkang-ongkang kaki.Terbiasa d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status