Lahat ng Kabanata ng Hidden Baby Girl: Kabanata 21 - Kabanata 30
54 Kabanata
20
Seperti janjinya kemarin. Pagi ini David sudah duduk manis di kursi teras rumah sahabatnya.Tatapannya mengarah pada halaman rumah Sena yang ditumbuhi banyak bunga. Ada berbagai jenis tanaman yang tidak ia ketahui namanya. "Om Vid,"Sasa memekik antusias dan langsung turun dari gendongan Sena saat melihat David yang tidak menyadari kehadiran bocah itu."Pagi princess. Cantik banget hari ini." puji David.Sasa tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya yang putih. Bocah itu kemudian menghambur dalam pelukan David.Hangat.David mengambil nafas dalam. Matanya memejam seiring desir halus yang mengetarkan jiwanya.Laki-laki itu baru melepaskan pelukan saat mendengar deheman istri sahabatnya."Inget jangan pulang malem. Gue udah berbaik hati izinin Sasa pergi sama lo."David hanya mengangguk mengiyakan. Bagaimanapun ia sudah bersyukur diizinkan membawa Sasa pergi bersamanya.Bagaimana tidak, istri Sena terseb
Magbasa pa
21
Laras tiba di kediaman Sonya saat waktu menjelang magrib. Perempuan itu segera menuju rumah sahabatnya dan mengetuk pintu pelan.Tak berselang lama pintu berderit dan menampilkan Sonya dengan apron yang masih menempel pada tubuh perempuan itu."Laras. Kenapa gak kabarin dulu?"Sonya melontarkan pertanyaan dan mengiring sang sahabat menuju sofa ruang tamu."Gak mau ganggu pengantin baru sih."Mendapat jawaban yang tidak memuaskan Sonya mendengkus keras. Perempuan itu bangkit berdiri dan kembali duduk di samping sahabatnya dengan segelas teh hangat."Anakku mana nte kok gak ada suaranya?"Laras yang sejak tadi celingak-celinguk mencari keberadaan Sasa akhirnya baru menanyakan keberadaan sang putri."Udah tidur tuh. Kecapekan jalan-jalan.""Jalan-jalan?"Sonya mengaruk rambut yang tidak gatal, kebiasaan perem
Magbasa pa
22
Sasa tengah bermain tablet saat Laras menyusul sang putri yang tiduran di atas ranjang. Perempuan itu meraih ponsel untuk mengabari karyawan di kedai bahwa besok dia belum bisa pulang."Mama."Suara kecil Sasa berhasil mengalihkan perhatian Laras dari gawai. Perempuan itu meletakkan ponsel di nakas dan memiringkan tubuh menatap putrinya yang juga tengah menatap Laras dengan mimik lucu."Apa sayang?""Sasa punya papa?" bocah itu berujar polos.Kontan saja mendengar pertanyaan sang putri Laras tidak bisa bergerak. Otak perempuan itu tiba-tiba terhenti. Kosong. Dia tidak tau harus menjawab apa."Mama. Apa Sasa punya papa?"Laras mengerjabkan kedua matanya pelan. Pandangannya mengarah pada sang putri yang menanti jawaban.Perempuan itu lalu menyunggingkan senyum manis. Tangan Laras mengelus kepala Sasa naik turun. Berusaha menenangkan dirinya dan berusaha mencari jawaban."Sasa gak ngantuk. Ini udah malem loh."Tidak
Magbasa pa
23
"om Vidd, ayoo."David mengerjakan kedua matanya cepat, laki-laki itu seakan baru tersadar dan menatap Sasa dengan binggung."Ayo main om."Sasa kembali mengoyangkan tubuhnya dalam gendongan David. Bocah itu memberengut sebal saat David masih diam dan tak menunjukkan reaksi apapun."Mama jangan berdiri di depan pintu!"Sasa berbalik menatap mamanya dan berseru kesal saat sang mama tak juga berpindah tempat. Bocah itu menyipit tak suka saat matanya bersirobok dengan tatapan Zia yang saat ini berada dalam gendongan mamanya.Laras menyingkir memberikan jalan pada David yang menatap perempuan itu masih dengan sorot terkejut. Ibu muda itu segera menutup pintu dan mengikuti langkah kaki David yang berhenti di ruang tv."Om main sama Sasa aja. Zia gak usah diajak."David menoleh dan mengangguk kikuk. Laki-laki itu masih diam dan tak bersuara sejak tadi. Mungkin masih shock dengan pertemuan yang tiba-tiba dengan mantan kek
Magbasa pa
24
David termenung di balkon kamar. Pandangan laki-laki itu lurus kedepan, menatap halaman belakang yang luas ditanami berbagai jenis bunga dan tanaman lain.Kejadian pagi tadi sungguh diluar perkiraannya. Laras yang tiba-tiba muncul, gadis empat tahun yang akhir-akhir lengket padanya. Kenapa semua serba mendadak dan mengejutkannya.David belum bisa berfikir jernih untuk saat ini. Otaknya buntu dan sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan bagaimana langkah kedepannya. Ia takut jika gegabah akan berakibat fatal.Laras.Ia mengumamkan lirih nama itu berkali-kali. Sejak hampir lima tahun berpisah akhirnya mereka dipertemukan kembali dengan diri yang berbeda.Laras terlihat lebih dewasa sekarang. Sifat keibuan perempuan itu muncul secara alami, wajah ayu Laras semakin terlihat mempesona. Daya tarik perempuan itu juga tidak pernah luntur seiring berjalannya waktu. Malah semakin kuat."Apakah ini takdir?"Kalimat itu terus
Magbasa pa
25
Laras sedang memasak sarapan di dapur saat deru mobil memasuki pekarangan rumah. Ibu satu anak itu segera mengecilkan kompor dan menuju ruang depan untuk membukakan pintu, dia juga sedikit heran dengan tamu yang datang di pagi buta begini."Waalaikumsalam."Laras mengerjabkan kedua mata cepat saat tadi sempat tertegun dengan seseorang yang saat ini berdiri di depan rumahnya."Boleh masuk?"Suara bas David kembali mengejutkan Laras. Lelaki matang itu sedikit geli dengan tingkah Laras yang tidak berubah.Perempuan itu akan diam dan baru bergerak saat sebuah tangan digoyang-goyangkan didepan kedua matanya. Dan David baru saja melakukannya.Laras yang tersadar berusaha menguasai diri. Perempuan itu berdehem pelan sebelum menjawab."Mau apa kesini?""Mau bertamu, boleh aku masuk."David yang tahu penolakan Laras berusaha berbicara selembut mungkin. Dia tahu bagaimana Laras saat membenci seseorang, dan saat ini dialah orang di
Magbasa pa
26
Laras memejamkan kedua mata rapat. Perempuan berambut panjang itu berusaha mengatur emosi yang sudah membumbung tinggi.Perlakuan David yang semena-mena membuatnya merasa dilecehkan. Ia tahu bagaimana tadi David yang menatapnya tanpa berkedip, mencuri kesempatan setiap mereka bertemu pandang dan sekarang dengan seenak jidat lelaki itu memeluknya."Lepass."Laras mendesis jengkel. Perempuan itu berusaha melepaskan diri dari belitan tangan David yang semakin kuat memeluk perutnya. Nafas hangat David yang mengenai tengkuk Laras berhasil membuat perempuan itu meremang. Sensai ini sudah lama tidak ia rasakan."Kubilang lepasss," ulang perempuan itu lagi."Tidak akan sebelum kita bicara."David berucap dengan air muka menyebalkan. Lelaki itu tersenyum saat melihat anggukan Laras dengan tubuh perempuan itu yang mulai pasrah."Jangan berbohong. Atau aku bisa bertindak semauku."Laras mengumpat pelan. Perempuan itu duduk ke
Magbasa pa
27
"Kamu kenapa mas? aku lihat-lihat beberapa hari ini kayak gak fokus gitu."Riana menatap David dengan penasaran. Sejak beberapa hari yang lalu kekasihnya itu menunjukkan gelagat yang berbeda. David lebih banyak diam terlihat sedang banyak masalah. Tidak seperti biasa dan itu cukup menganggunya."Aku gapapa. Cuma lagi capek.""Kalau capek mending istirahat. Kamu gak perlu repot antar jemput aku begini."David tersenyum. Laki-laki itu menoleh menatap kekasihnya yang menampilkan wajah cemberut.Tangannya ia ulurkan untuk memegang tangan Riana yang sejak tadi saling bertaut."Iya. Nanti mas istirahat.""Aku kayak lagi ngomong sama bocah mas. Dari kemaren iya iya mulu tapi gak dilakuin.""Kamu makin cerewet ya," David menjawil puncak hidung kekasihnya gemas."Aku cerewet buat kebaikan mas kok. Besok gak usah jemput aja ya, biar aku dianterin sopir aja."Ia hanya mengangguk dan kembali fokus pada jalanan didepan. 
Magbasa pa
28
Sudah menjadi rutinitas David untuk mengunjungi Sasa seminggu dua sampai tiga kali. Laki-laki itu terlihat lelah saat sampai rumah namun akan sangat mudah ditutupi saat bertemu Sasa.David belum menceritakan apapun perihal dirinya yang ternyata sudah menjadi ayah sejak usia muda. Laki-laki itu belum siap menerima konsekuensi atas perbuatannya. Katakan lah dia pengecut sebab tidak berani bertanggung jawab. Karena sungguh David tidak siap mengecewakan banyak orang, terlebih mamanya.Masa lalu yang buruk membuatnya dirundung masalah di masa kini. Kecerobohannya berimbas pada putrinya yang harus merasakan nasib berbeda dibanding anak lainnya.Dia tahu, bagaimana anak itu memandangnya. Tak jarang David menahan tangis diam-diam saat melihat tingkah aktif putrinya. Dia telah melewatkan banyak hal.Sasa berbeda, bocah itu cenderung manja saat bersama dirinya. Mungkin sudah merasakan bahwa mereka memang memiliki ikatan yang belum mampu ia akui pada dunia.D
Magbasa pa
29
Laras tiba dirumah saat jam menunjuk angka sepuluh malam. Perempuan itu mendudukan diri di sofa ruang tamu dengan mata terpejam.Lelah. Karena ini malam Minggu dan kafe lebih ramai dari hari-hari biasa. Ia harus turun tangan ikut membantu karyawan lain ditambah Sonya yang belum berangkat mengharuskan perempuan itu bekerja ekstra lebih dari biasanya.Sejak siang tadi perutnya terasa mual. Kepalanya juga pening mungkin kelelahan karena harus bolak-balik mengantar pesanan para pelanggan. Ditambah dia belum sempat makan nasi karena tidak selera.Laras mencoba bangkit namun pandanganya tiba-tiba menjadi hitam. Perempuan itu duduk kembali dengan bibir mendesis karena lemas dan kepala terasa semakin berat."Duduk ras. Aku buatkan teh dulu."David muncul dari kamar tamu. Lelaki yang masih Laras cintai itu berlalu menuju dapur setelah memberikan peringatan pada mantan kekasihnya."
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status