Semua Bab SENTUHAN HARAM SUAMIKU: Bab 21 - Bab 30
58 Bab
Fajar dipecat
 Bahagia sekali rasanya mengetahui jenis kelamin bayi dalam kandunganku adalah perempuan. Meski kemungkinannya masih 90%. Mas Fajar pun tak hentinya mengucap hamdalah tanda bersyukur Alloh mengabulkan keinginan kami.Aku merasa ini benar-benar hadiah luar biasa dari rasa sakit yang sedang aku alami. Ini anugrah terindah dari Alloh di waktu yang tepat. Waktu dimana aku memang membutuhkan kekuatan, membutuhkan semangat untuk bisa bangkit dari keterpurukan."Dek, kita sekalian belanja kebutuhan bayi saja ya? Mumpung Mas libur," ajak Mas Fajar antusias. Aku pun mengangguk mengiyakan. Aku memang belum mempersiapkan perlengkapan bayi. Karena ingin memastikan terlebih dahulu jenis kelaminnya. Mobil melaju pelan meninggalkan area klinik.Setelah kurang lebih lima belas menit, kami sampai di toko perlengkapan bayi. Tempatnya memang tidak jauh dari klinik dokter kandungan tadi. Aku dan Mas Fajar keluar mobil, lalu masuk ke dalam toko
Baca selengkapnya
Fajar dipecat POV Fajar
Pov FajarSetelah mengetahui jenis kelamin calon anakku, aku begitu bahagia. Setiap hari selalu aku lalui dengan senyuman. Aku sungguh sangat tidak sabar menunggu kelahirannya--bayi perempuan yang cantik. Anak yang sudah dinantikan olehku dan Ayu.Setiap hari selalu berkomunikasi dengannya. Mengelus lembut perut Ayu, kemudian perutnya terlihat bergerak, kadang menonjol sebelah kanan, kadang sebelah kiri. Sering kuajak dia bicara, tentang apa saja. Aku yakin, meskipun masih dalam kandungan, dia pasti akan mendengarnya. Aku pun sering mendendangkan sholawat untuknya. ***Sudah beberapa hari ini, aku pergi bekerja dengan naik motor. Ayu tidak ingin melihat mobil kami lagi. Aku pun mengerti dengan apa yang dirasakannya. Bayangan perbuatan bej*dku dengan Rina dalam mobil itu, pasti tak akan pernah hilang, selama mobil itu masih nangkring di halaman rumahku. Aku pun menitipkan mobil itu di rumah temanku. Kebetulan dia suka berbisnis jual beli mobil. Mungkin
Baca selengkapnya
Hujatan tetangga
 Setelah mengetahui pemecatan Mas Fajar, hatiku masih tak karuan. Otakku terus menebak, siapa yang sudah membocorkan aib Mas Fajar? Bukankah hanya antara aku, Rina, dan Doni yang mengetahui semua ini? Apa mungkin Doni? Ah, rasanya tidak mungkin. Bukankah dia juga pasti tidak ingin Rina--istrinya di pecat. Tapi siapa?Sebagai istri, malu ... sekali rasanya aib suaminya terbongkar di muka umum. Harga diriku seolah jatuh. Masih menerima lelaki yang sudah mengkhianatiku. Bagaimana reaksi para tetangga nanti? Apalagi kalau kabar itu sampai pada orang tuaku. Apa yang harus aku katakan pada mereka?Matahari terlihat sangat terik. Cuaca pun terasa sangat menyengat. Setelah menumpahkan tangisnya tadi pagi, Mas Fajar pergi ke rumah temannya untuk menanyakan lowongan pekerjaan. Katanya, dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya dengan berdiam diri di rumah."Assalamu'alaikum. Bunda ... aku sudah pulang." Aku yang masih terbuai dalam lamunan, dikagetkan oleh keda
Baca selengkapnya
Respon bapak dan ibu
 Setelah sampai di rumah, aku langsung meletakkan belanjaan sayur dengan kasar di atas meja makan. Aku berlari kecil menuju kamar, menghamburkan diri ke atas ranjang. Menumpahkan air mata yang sedari tadi kutahan. Mas Fajar yang sedang menyetrika baju-baju baru untuk calon bayi langsung menghampiriku."Kenapa, Sayang? Datang-datang kok tiba-tiba nangis?" Mas Fajar memegang bahuku pelan.Aku bergeming. Masih sesenggukan karena dada masih begitu sesak. Sehingga aku belum sanggup untuk bicara. Mas Fajar hanya mengelus-elus punggungku."Mas ambilkan air minum dulu, ya? Biar kamu tenang." Mas Fajar beranjak menuju dapur.Tak lama ia datang dengan segelas air putih di tangannya."Minum dulu, Dek." Mas Fajar memegang bahuku, membantuku untuk duduk. Dia menyodorkan gelas itu. Aku meminumnya beberapa teguk, lalu kembali menyerahkan gelas itu ke tangan Mas Fajar. Mas Fajar men
Baca selengkapnya
Nomor tanpa nama
SENTUHAN HARAM SUAMIKU Deru motor terdengar berhenti di depan rumahku, ketika aku baru saja selesai melaksanakan salat zuhur. Terdengar pintu depan dibuka sambil terucap salam. Mas Fajar sudah pulang rupanya.Teringat pesan bapak tadi, sebesar apapun kesalahan suami, tetaplah hormati dia. Lakukan semua kewajiban dengan baik. Aku menghela napas kasar. Mengusir rasa tak nyaman yang menelusup relung hati.Gegas kuhampiri dia, yang ternyata sedang menuangkan air putih ke dalam gelas."Sudah pulang, Mas?"Dia mengangguk seraya tersenyum lalu duduk di kursi meja makan seraya meneguk air hingga tandas."Sudah makan, Dek? Mas lapar banget ini." Mas Fajar bangkit berjalan menuju rak piring."Belum, Mas.""Kita makan bareng, yah." Mas Fajar mengambil dua buah piring. Aku segera menghampirinya."Biar ak
Baca selengkapnya
Pesan dari Rina
SENTUHAN HARAM SUAMIKU Pov FajarSelama seminggu ini aku sudah mencoba berkeliling mencari lowongan pekerjaan. Memasukkan lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan. Pun bertanya kepada teman-temanku. Tapi hasilnya nihil. Aku sadar, sekarang nama baikku sudah tercemar. Tidak mudah bagi sebuah perusahaan untuk menerima karyawan dengan latar belakang yang buruk, kecuali memang tidak mengetahuinya. Ah, bagaimana mungkin tidak mengetahui, sementara ketika kita interview saja selalu ditanya, kenapa keluar dari perusahaan sebelumnya? Haruskah berbohong? Tentu itu bukan jalan yang baik untuk memulai sesuatu. Karena cepat atau lambat, kebohongan itu akan kembali terungkap.Sebagian teman-temanku pun, sepertinya enggan untuk membantu. Jangankan untuk memberitahu lowongan pekerjaan di tempatnya bekerja, ketika aku baru saja menghubunginya, kebanyakan mereka langsung pura-pura sibuk dan mematikan sambungan telep
Baca selengkapnya
POV Rina
SENTUHAN HARAM SUAMIKU Pov RinaSekarang hidupku sudah hancur. Aku tidak tahu lagi, apa yang harus kulakukan untuk masa depanku. Hari itu, sesaat setelah aku dipecat dari pekerjaan, Mas Doni marah besar kepadaku. Keluarganya meminta untuk menceraikanku."Pokoknya kamu harus ceraikan wanita mur*ahan ini!" pinta bapak mertua kepada Mas Doni.Mas Doni yang sedang tertunduk dengan kedua tangan menutup wajahnya, seketika mendongak ke arah bapak mertua."Tapi Pak ...,""Tidak ada tapi-tapian." Bapak segera menyela ucapan Mas Doni. "Apalagi yang mau kamu harapkan dari istri seperti dia?" telunjuk bapak tepat mengarah kepadaku yang sedang terisak di sofa."Benar yang Bapak kamu katakan, Don." Ibu yang dari tadi hanya diam, kini ikut berbicara. "Mau ditaruh dimana muka kita mempunyai menantu seorang pezina? Malu kita Don. Rina sudah mencoren
Baca selengkapnya
POV Rina 2
SENTUHAN HARAM SUAMIKU Pov RinaDi saat aku putus asa untuk mendapatkan Mas Fajar, Mas Doni datang ke rumahku. Dia membujukku untuk kembali pulang ke rumah orang tuanya. Sebelumnya dia memang pernah beberapa kali datang kesini, hanya saja waktu itu aku tak pernah mau menemuinya."Sayang, kamu ikut aku pulang yah? Maafkan aku kalau aku belum bisa jadi suami yang baik. Aku janji akan berubah," janjinya waktu itu."Maaf, Mas. Aku tidak mau. Aku mau kita bercerai. Aku sudah cape, Mas.""Tolong jangan bicara seperti itu. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya." Mas Doni mencoba meyakinkan aku."Tolong beri aku waktu, Mas!" pintaku.Aku yang sudah tak tahan ingin ke kamar mandi, berlalu begitu saja meninggalkan mas Doni di ruang tamu.Setelah aku kembali, Mas Doni menatapku tajam. Tangannya memegang gawai yang kuletakkan tadi di atas meja. "Oh, jadi ini alasan kamu ingin berpisah dariku?" Dia memper
Baca selengkapnya
POV Rina akhir
SENTUHAN HARAM SUAMIKU Aku menajamkan penglihatan. Ingin memastikan bahwa apa yang kulihat itu nyata, bukan sekadar bayangan. Aku sempat ragu karena dia terlihat memakai jaket hijau khas sebuah aplikasi driver online. Tapi setelah dilihat lagi dengan seksama, itu memang Mas Fajar. Aku hafal betul, postur tubuh lelaki yang sudah hampir sembilan tahun satu kantor denganku itu."Pak, saya ga jadi langsung pulang lagi. Ada urusan dulu. Makasih ya!" Aku menyerahkan uang untuk ongkos kepada tukang ojek yang disuruh untuk menunggu tadi. Tukang ojek pun langsung melesat setelah menerima uang dariku.Dengan hati yang berdebar-debar, aku berjalan sedikit cepat untuk menghampiri Mas Fajar yang sedang berada di bawah pohon beringin. Lelaki yang pernah menempati hatiku itu terlihat sedang memainkan gawainya di atas motor. Hatiku terasa berbunga-bunga. Ribuan kumbang terasa berterbangan dalam hatiku. Secercah harapan mulai muncul dalam relung hati. Rindu ini ser
Baca selengkapnya
Terjual
SENTUHAN HARAM SUAMIKU Hari ini cuaca tidak begitu terik. Aku sedang membolak-balik jemuran ketika mas Fajar datang."Lo, Mas kok sudah pulang? Ini kan masih siang?" tanyaku ketika mas Fajar sudah turun dari motor dan mencopot helem."Mas sepertinya kurang enak badan, Dek. Maaf, ya! Padahal hari ini baru dapat sedikit.""Ya, sudah ga apa-apa. Mas istirahat saja. Atau mau langsung makan?""Nanti saja, Dek. Mas belum lapar," jawabnya sambil berlalu masuk ke dalam kamar.Aku mendengkus pelan. Membiarkan mas Fajar beristirahat sejenak. Entah apa yang terjadi padanya. Wajahnya terlihat murung dan kurang bersemangat.Aku tahu pekerjaan ojek itu tidak mudah. Mungkin mas Fajar belum terbiasa. Dulu, dia cukup duduk di kursi. Mengerjakan pekerjaan di ruangan tertutup, ber_AC pula. Tapi sekarang, dia harus menunggu orderan masuk, berperang di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status