SENTUHAN HARAM SUAMIKU

SENTUHAN HARAM SUAMIKU

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-15
Oleh:  Siska_ayuTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 Peringkat. 9 Ulasan-ulasan
58Bab
55.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Fajar dan Ayu adalah sepasang suami istri yang sudah menikah selama delapan tahun. Mereka sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang berusia enam tahun bernama Putra. Tanpa diduga, Fajar berselingkuh dengan teman kerjanya hingga melakukan hal yang diluar batas. Ayu begitu hancur dan terpuruk saat mengetahui perselingkuhan suaminya. Namun saat Ayu ingin berpisah, takdir berkata lain. Telah tumbuh janin kedua di rahim Ayu yang menyebabkan Ayu harus berusaha memaafkan pengkhianatan suaminya. Bagaimana perjuangan Ayu memaafkan pengkhianatan sang suami? Bagaimana pula perjuangan Fajar untuk mengembalikan kepercayaan sang istri?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Pengakuan Fajar

   Hari ini adalah hari Minggu. Hari di mana aku akan menghabiskan waktuku bersama keluarga, karena hanya hari Minggu lah suamiku libur bekerja. Aku bernama Ayu, sementara suamiku bernama Fajar. Delapan tahun pernikahan, kami baru dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Putra yang berusia 6 tahun.

Kami biasanya menghabiskan waktu liburan dengan jalan-jalan, belanja kebutuhan ke Mall, kadang berenang ke Waterboom, atau terkadang juga di rumah tanpa pergi kemanapun. Ya, seperti hari ini, kami memutuskan untuk tidak kemana-mana karena hari ini adalah hari kedua di bulan Ramadhan. Bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam. 

"Masak apa, Sayang?" tanya suamiku sambil memelukku dari belakang.

"Masak sayur sop campur tetelan, Mas," jawabku sambil terus mengiris bawang merah.

"Waahh, enak dong. Kalau sudah selesai kita salat berjamaah yah, Mas ambil wudu dulu," ucapnya sambil berjalan ke kamar mandi.

Tidak ada yang aneh. Semua berjalan normal seperti hari-hari biasanya. Sampai tiba-tiba terdengar suara motor berhenti persis di depan rumahku. 

"Kayaknya ada tamu, Sayang, coba lihat ke depan," perintah mas Fajar sambil melipat sajadah bekas kami sholat. 

"Iya, Mas," ucapku sambil membuka mukena dan menyambar jilbab di belakang pintu kamar.

Deggg, jantungku tiba-tiba berdebar ketika melihat seorang lelaki turun dari motornya 

"Cari siapa, Mas?" Aku pura-pura bertanya padahal aku sudah cukup kenal dengannya.

Dia adalah Doni. Rekan kerja suamiku dulu. Dia suaminya Rina yang juga teman kerja suamiku sampai sekarang.

"Fajar ada?" tanyanya datar sambil terlihat menahan marah.

"Ada didalam, habis salat. Sebentar saya panggilkan. Silakan duduk dulu." 

Dengan rasa masih penasaran aku memanggil mas Fajar. 

"Siapa, Dek?"

"Doni, Mas, kayaknya ada penting. Tidak biasanya dia datang ke sini." Kulihat keterkejutan di wajah suamiku.

Meskipun sepertinya enggan, mas Fajar akhirnya menemui Doni. 

"Sudah berkali-kali aku memperingatkanmu agar jangan pernah lagi mengganggu istriku," teriak Doni lantang yang langsung berdiri ketika melihat suamiku datang.

"Apa kamu tidak mengerti, apa kamu tidak tau dosa? Percuma kamu salat tapi kelakuanmu bej*t," lanjutnya sambil menunjuk-nunjuk muka mas Fajar.

Aku yang tidak mengerti apa-apa hanya diam mematung. Mencoba mencerna apa yang sedang dan telah terjadi.

"Ada apa ini sebenarnya, Mas?" tanyaku dengan muka kebingungan.

"Tanyakan saja pada suamimu yang sok alim itu. Apa yang sudah dia lakukan dengan Rina, istriku."

"Berkali-kali Fajar mengantar Rina pulang. Aku tidak yakin mereka tidak melakukan hal yang kotor selama diperjalanan. Berduaan di dalam mobil dengan yang bukan muhrim, yang ketiganya pasti setan. Mungkin saja kan mereka sudah berbuat zina," ucap Doni berapi-api.

"Apa kamu tidak curiga dengan suamimu selama ini?" tanya Doni padaku.

"Aku sebenarnya pernah beberapa kali menemukan pesan di gawai suamiku yang berisi sayang-sayangan. Dan ternyata itu nomer HP-nya Rina. Tapi mas Fajar selalu bilang, kalau itu hanya iseng. Dia mengaku kalau itu kebiasaan dia dan teman-teman di pekerjaannya. Ada yang biasa panggil sayang, bebeb, cinta. Itu katanya sudah biasa," jawabku sambil menatap tajam mas Fajar karena merasa sudah dibohongi.

"Aku juga merasa heran, akhir-akhir ini Mas Fajar sering pulang telat, katanya sih meeting," tambahku.

"Kamu itu jadi istri polos banget, gampang banget ditipu suamimu. Berkali-kali dia ketahuan menggoda istriku. Bahkan berkali-kali juga aku memperingatkannya untuk tidak menggangu rumah tanggaku. Entah sudah berapa kali suamimu mengantar istriku pulang."

Doni terlihat menarik napas sejenak.

"Dan ini, untuk terakhir kalinya aku memperingatkanmu. Kalau sampai terjadi lagi, jangan salahkah aku kalau kepalamu aku tebas," ucap Doni kepada mas Fajar sambil mendorong tubuhnya dan berlalu pergi dengan amarah.

Lututku seketika lemas. Aku ambruk ke lantai dengan hati yang hancur. Seketika air mataku mengalir deras. Hatiku sakit bagai diremas-remas. 

"Sayang, ayo bangun. I-Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Mas akan jelaskan semuanya. Kamu jangan nangis ya!" bujuk mas Fajar sambil memegang bahuku berusaha membantuku untuk bangun. 

"Lepas!" tatapku nyalang.

"Assalamu'alaikum."

Sepertinya Putra sudah pulang dari madrasah. Setiap sore dia belajar mengaji. Aku cepat-cepat menghapus air mataku. 

"Wa'alaikum salam," jawabku sambil berusaha untuk tetap tersenyum dan merapikan jilbab yang kusut.

"Bunda, kok seperti habis nangis, kenapa?" tanyanya khawatir.

"Enggak, kok, Nak, bunda cuma perih kena bawang, kan habis masak. Sekarang Putra bantuin bunda nyiapin buat buka puasa, yuk."

"Siap Bunda," jawab Putra mengacungkan jempol.

"Kamu masih berhutang penjelasan padaku, Mas!" ucapku pelan sambil menatap tajam mas Fajar.

———————————————————————

Jarum jam yang menggantung di kamarku terus berdetak. Menunjukkan bahwa waktu terus berlalu. Tapi suamiku belum juga menampakkan batang hidungnya. Padahal aku sudah gelisah menunggu penjelasannya.

Sepulang dari tarawih, suamiku menemani Putra di kamarnya. Ya, anakku itu memang sangat dekat dengan ayahnya. Seringkali meminta ayahnya untuk menemaninya sampai tertidur. Kalau Putra sudah tidur, barulah mas Fajar akan pindah ke kamar kami.

Gemercik suara hujan yang tidak terlalu deras di luar menyamarkan sunyinya malam ini. Bagaikan irama yang berlomba bersahutan dengan dentuman nada jantungku.

Duduk di atas tempat tidur sambil menyandarkan punggung ditopang dua buah bantal. Mata menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Aku masih berharap penjelasan mas Fajar nanti akan sedikit membuat lega hatiku. Ah, aku tidak ingin menduga-duga.

Trek

Suara knop pintu terdengar dibuka. Mas Fajar melangkah pelan masuk ke kamar kami. Ruangan berukuran cukup kecil ini tempat ternyaman bagi kami. Tempat kami berbagi cerita, tempat kami mencurahkan kasih sayang.

Duduk di sisi ranjang tepat disebelahku. Tangannya menyentuh pipiku dan mengecup dahiku sekilas.

Cukup lama kami terdiam. Tanpa kata, tanpa suara. 

Beberapa menit dalam keheningan, akhirnya dia bersuara.

"Maafkan, Mas, Sayang!" ucapnya sambil menunduk.

"Apakah itu berarti semua yang Doni katakan itu benar, Mas? Apakah kamu berselingkuh dengan Rina?" tanyaku sambil mengguncang lengannya.

Dia terlihat sedikit mengangguk tanpa berbicara sepatah katapun. 

Perih, sakit, itulah yang aku rasakan saat ini. Tapi aku harus kuat, aku harus tau, sudah sejauh mana hubungan mereka.

"Sejak kapan, Mas? Jujur padaku sudah sejauh mana hubungan kalian?" cecarku.

"Beberapa bulan ini Mas dan Rina memang dekat. Sejak Rina pulang ke rumah orang tuanya. Mas sering mengantarnya pulang. Mas tak ada niat sedikitpun untuk berkhianat. Mas hanya iba, mas kasihan padanya. Rina waktu itu sedang ada masalah dengan Doni, sehingga mereka pisah ranjang dan Rina pulang ke rumah orang tuanya. Sepulang kerja, mas sering melihatnya duduk sendirian di pinggir jalan untuk menunggu angkot. Awalnya mas abaikan. Tapi hari itu hujan sangat deras, waktu juga sudah hampir maghrib. Mas kasihan melihatnya. Akhirnya mas berinisiatif mengantarkannya pulang. Sejak saat itu, setiap kali hujan, mas selalu mengantarnya pulang." Cerita mas Fajar panjang lebar.

"Lalu?" tanyaku lagi.

Mas Fajar terlihat menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya. 

"Akhirnya Mas dan dia makin dekat. Dia selalu mencurahkan isi hatinya pada Mas. Mas selalu berusaha menghiburnya. Apalagi dia sedang ada masalah rumah tangga. Dia butuh teman untuk bercerita. Dia terlihat sangat terpuruk. Dan Mas ga tega melihatnya." 

"Dan Mas lebih tega padaku? Membohongiku, menyakitiku? Bagaimana cara Mas menghiburnya? Bagaimana cara mas menenangkannya?  Bagaimanaaa?" tanyaku penuh emosi.

"Sama seperti Mas menenangkanmu saat kamu sedih, saat kamu terluka. Mas memeluknya. Maafkan Mas."

"Kamu tega, Mas, kamu tega. Kamu berani memeluk dan menyentuh wanita lain dengan alasan kasian," ucapku sambil menangis tergugu.

"Apa lagi yang sudah kamu lakukan dengannya Mas? Apa kamu sudah menciumnya?" tanyaku sambil menatapnya tajam.

Lagi lagi dia mengangguk.

Hancur sudah hatiku. Remuk. Sakit bagaikan diremas-remas. Air mataku semakin mengalir deras. Jawaban demi jawabannya membuatku semakin hancur. Meski sudah sangat terluka, aku tetap ingin melanjutkan menanyai mas Fajar.

"Bagian mana saja yang sudah Mas cium? Pipinya? Keningnya? Atau bibirnya? Jawab Mas," tanyaku sedikit berteriak.

"Semuanya. Maafkan Mas Sayang, maafkan, Mas. Mas khilaf," jawabnya sambil menggenggam tanganku.

Repleks aku melepaskan genggamannya dan menutup mulutku. Sakit yang aku rasakan sudah tak tertahankan. Air mata pun tak henti mengalir bahkan semakin deras. 

"Jangan bilang kalau Mas dan dia juga sudah melakukan hal yang lebih dari itu! Atau memang benar. Apa kalian sudah sampai melakukan hubungan suami istri? Jawab Mas jawaabbb?" tanyaku sambil memukul mukul dadanya.

"Cukup Sayang, cukup. Maafkan, Mas. Intinya Mas sudah berkhianat padamu dan pada pernikahan kita. Maafkan Mas, Mas khilaf. Sudah ya, Dek," ucapnya sambil mengusap air mata di pipiku. 

"Jawab dulu pertanyanku Mas. Karena ini akan menentukan nasib rumah tangga kita ke depannya".

"Ini bulan Ramadhan Dek, Mas tidak mau berbohong di bulan suci ini. Mas juga tidak mau menutupi semuanya dari kamu selamanya. Meskipun ini memang pasti akan menyakitkan, tapi Mas ingin jujur."

"Itu artinya mMa sudah melakukan hubungan suami istri sama Rina, Mas? Begitukah maksudmu? Sudah sejauh itukah hubunganmu dengan Rina, mMa? Sudah berapa kali kalian melakukannya? Jawab Mas, tolong, jawab! Tanyaku dengan terus berderai air mata.

"Dua kali, Dek," ucapnya pelan.

Duarrrrr

Jawaban mas Fajar bagaikan petir yang menggelegar.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
rini toyo
bagus cerita nya...
2022-08-06 16:02:38
0
user avatar
yenyen
baguus banget. Banyak ilmu sabar disini
2022-07-04 20:19:37
0
user avatar
AngelRos
Ceritanya bagus... mengandung hikmah... dan bertutur dgn apik... Thank U Thor
2022-06-05 00:05:49
0
user avatar
AngelRos
Cerita yang bagus, ada hikmah yang bs diambil, cara bertutur Penulisnya jg bagus... keren
2022-05-15 00:37:57
0
user avatar
Nyemoetdz Kim
hai kak, mampir sini yaaa
2022-04-08 05:23:18
0
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-28 22:18:16
0
user avatar
Syarlina
dilema apakah harus maafkan suami atau pisah, dan ini banyak terjadi di kisah nyata.
2022-01-10 08:48:16
0
user avatar
Shegan
jan lupa mampir jg ke istri Cacat CEO..
2021-12-12 20:55:15
0
user avatar
Safiia
Curhat berujung nikmat, itu mah doyan namanya.. lanjut thor.. jan lama-lama next nya .........
2021-12-08 12:17:09
0
58 Bab
Pengakuan Fajar
   Hari ini adalah hari Minggu. Hari di mana aku akan menghabiskan waktuku bersama keluarga, karena hanya hari Minggu lah suamiku libur bekerja. Aku bernama Ayu, sementara suamiku bernama Fajar. Delapan tahun pernikahan, kami baru dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Putra yang berusia 6 tahun.Kami biasanya menghabiskan waktu liburan dengan jalan-jalan, belanja kebutuhan ke Mall, kadang berenang ke Waterboom, atau terkadang juga di rumah tanpa pergi kemanapun. Ya, seperti hari ini, kami memutuskan untuk tidak kemana-mana karena hari ini adalah hari kedua di bulan Ramadhan. Bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua umat Islam. "Masak apa, Sayang?" tanya suamiku sambil memelukku dari belakang."Masak sayur sop campur tetelan, Mas," jawabku sambil terus mengiris bawang merah."Waahh, enak dong. Kalau sudah selesai kita salat berjamaah yah, Mas ambil wudu dulu," ucapnya sambil berjalan ke kamar mandi.Tidak ada yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-07
Baca selengkapnya
Hancur
  Hujan di luar terdengar semakin deras. Sesekali diikuti kilatan petir menggelegar. Seolah alam ikut merasakan kepedihanku. Kepedihan seorang istri yang didzolimi, dan tercerai-berai hatinya."Dua kali."Dua kata yang telah diucapkan pelan oleh suamiku, bak tamparan keras yang menghujam ulu hati. Perih, sakit tak terkira. Bagaikan ribuan jarum yang menancap bersamaan tepat dihatiku."Astaghfirullahal adzim," lirihku.Aku hanya bisa terus beristighfar untuk sedikit meredakan hati yang kini remuk redam.Ingin rasanya memukul, menendang, tapi apalah daya. Justru aku luruh, lemas lunglai tak berdaya. Seluruh tubuhku bergetar hebat seolah tidak sanggup menerima dahsyatnya rasa sakit yang kini harus ku rasakan."Maafkan, Mas, Sayang. Maafkan. Mas khilaf, Dek."  Mas Fajar pun ikut menangis tergugu. Dia bahkan bersujud tepat di kakiku. Hingga kurasakan tetes demi
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-07
Baca selengkapnya
Perbuatan terlarang
Pov FajarDengan gontai aku mencoba bangkit, berjalan pelan menuju pembaringan. Naik ke atasnya kemudian meringkuk sendirian. Merutuki kebodohan yang telah aku lakukan.Di kamar ini, di atas kasur ini. Biasanya setiap malam aku habiskan waktuku berdua bersama Ayu, istriku. Kami berbagi cerita, tertawa bersama, atau sekedar menonton film di laptop bersama.Sambil bercerita, aku duduk bersandar di kepala ranjang, sementara Ayu lebih senang berbaring sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku. Aku usap-usap rambutnya pelan hingga kadang membuatnya tertidur. Dia juga paling suka tiduran sambil dipijat kakinya perlahan. Setelah dia tertidur, tidak lupa ku selimuti tubuhnya, baru aku akan ikut berbaring di sampingnya.Ya, dia semanja itu. Dan aku sangat senang jika bisa memanjakannya.Bahkan sebelum tidur, tak jarang aku ucapkan kata i love you di telinganya, lalu kukecup keningnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-07
Baca selengkapnya
Keramas
Pov FajarBerduaan dengan yang bukan mahram itu ternyata memang benar sangat besar bahayanya. Pantas saja agama sudah  mewanti-wanti agar jangan pernah mendekati zina. Mendekatinya saja sudah dilarang. Apalagi sampai melakukannya. Karena terkadang tanpa niat pun, kejahatan itu bisa terjadi hanya karena ada kesempatan.Ya, seperti yang aku alami saat ini. Sedikitpun aku tidak berniat untuk berbuat sejauh itu dengan Rina. Tapi karena kesempatan dan keadaan yang begitu mendukung, membuatku terperosok ke dalam jurang kenistaan. Aku khilaf, aku kalap.Aku telah merampas yang bukan hakku. Bahkan dia masih berstatus istri Doni, yang juga temanku.Setelah h*sratku tertunaikan, aku terkulai lemas. Napas Rina pun terdengar masih terengah-engah. Wanita berkulit sawo matang itu terlihat segera merapikan bajunya dan mulai mengancingkannya satu demi satu. Juga merapikan kembali jilbab yang bahkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-07
Baca selengkapnya
Rasa bersalah
 Pov FajarMenyembunyikan sebuah dosa besar itu ternyata tidak mudah. Perasaan cemas dan bersalah terus saja menghantuiku. "Mas, solat dulu sana. Habis itu baru kita makan," ucap Ayu sambil berjalan hendak keluar kamar setelah melihat aku selesai berpakaian.Waktu sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh menit.Gegas aku hamparkan sajadahku. Berdiri tegak untuk melakukan kewajibanku kepada Rob-ku. Solatku kali ini terasa benar-benar tidak khusuk. Pikiranku kacau. Bayangan perbuatan kotorku terus berkelebat. Dalam hati kecilku aku menduga-duga, apakah solat orang kotor sepertiku akan diterima. Sementara beberapa saat sebelumnya aku telah berbuat dosa yang sangat besar.Meski dengan perasaan tak menentu, aku tetap menyelesaikan solatku. Kuangkat kedua tangan, menengadahkan wajahku menghadap Rob-ku. Memohon ampunan sebesar-besarnya atas dosa besar y
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-07
Baca selengkapnya
Terulang lagi
 Pov FajarSelama beberapa hari aku berusaha terus menghindar dari Rina. Aku pun tidak pernah mengantarnya pulang lagi. Meski masih sering ku lihat dia duduk di pinggir jalan menunggu angkot seperti biasa. Tapi aku coba abaikan dan tak memperdulikannya.Rina memang pernah beberapa kali mengirim pesan padaku.[ Yang, masih sibuk ]Begitu isi pesannya. Entahlah apa maksudnya. Mungkin dia ingin meminta aku mengantarnya pulang lagi. Tapi dia merasa canggung untuk berkata langsung. Aku lebih memilih mengabaikan pesannya tanpa sedikitpun berniat membalas.Tapi ternyata pesan itu lupa dihapus karena aku terburu-buru pulang. Dan pesan itu terbaca oleh Ayu yang memang sering meminjam ponselku. Aku dan Ayu memang tidak pernah mengunci ponsel kami. Sehingga kami bebas membukanya satu sama lain.Ayu marah, menangis, mendiamkanku sampai berhari-hari lamanya, meskipun aku sudah berkali-kali meminta maaf dan menjelaskan kalau itu hanya salah f
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-30
Baca selengkapnya
Pergi
    Dering alarm dari gawaiku terdengar menjerit-jerit, mengganggu tidurku yang terasa baru beberapa menit. Entah jam berapa aku tertidur. Mungkin hanya sekitar 2 jam, kurang lebih. Membuat kepalaku terasa sakit dan berat.Kulirik jam dinding yang tergantung di kamar Putra, ternyata sudah pukul tiga. Mau tidak mau aku cepat-cepat bangun untuk segera menyiapkan makanan untuk sahur.Kupercepat langkah untuk mematikan alarm agar tidak menggangu tidur Putra. Aku mencari sumber suara alarm itu, lupa menyimpannya dimana. Dan ternyata tergeletak di kursi ruang tamu. Lekas aku mematikannya.Dengan sedikit terhuyung aku berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Basuhan air wudhu terasa begitu menyejukkan di kulitku.Kugelar sajadah untuk menunaikan salat malamku. Mengadu kepada Rob-ku  atas semua masalah yang sedang aku alami. Biasanya manusia akan lebih khusuk dan dek
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-30
Baca selengkapnya
Pernyataan mencengangkan
   Aku harus kuat. Aku enggak boleh lemah. Untuk apa aku menangisi orang yang sudah tega menyakitiku. Aku harus fokus untuk masa depanku dan anakku. Aku masih punya Putra sebagai semangat dan kekuatanku.Kuatur napas baik-baik, menghirupnya lalu mengembuskannya. Beberapa kali. Kuusap jejak air mata di kedua pipi, lalu mulai bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.Kubasuh wajah dengan air agar mataku tidak terlalu bengkak. Mengambil wudhu untuk melakukan sholat dhuha dan kembali menumpahkan semua segala sesak di dadaku hanya pada Rob-ku.Selesai salat bergegas aku menuju ke meja rias, sedikit memoleskan bedak diwajahku yang terlihat menyedihkan karena terlalu banyak menangis.Aku ingin sekali bercerita, tapi tidak tau harus bercerita kepada siapa. Rumahku memang dekat dengan rumah orang tuaku, tapi sekarang ibuku sedang pergi keluar kota untuk menemui ayah yang bekerja di sana. Jika aku bercerita kepada orang lain, aku takut aib rumah ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-30
Baca selengkapnya
Drama Putra
 Malam ini aku tidak bisa tidur. Mata ini rasanya sulit sekali untuk terpejam. Sementara Putra yang ada di sampingku, sudah tidur dengan lelapnya. Meskipun banyak drama yang harus aku hadapi sejak buka puasa tadi.Putra terus saja menanyakan ayahnya kenapa belum pulang. Terpaksa aku berbohong. Aku bilang kalau Bu Yati, mertuaku sedang sakit. Jadi Mas Fajar menginap di sana untuk beberapa hari.Putra juga enggan pergi tarawih kalau tidak sama ayahnya."Putra mau pergi tarawih sama ayah, Bun, kalau enggak sama ayah, Putra di rumah saja!" rengeknya manja sambil melipat kedua tangannya di dada."Kan ada bunda yang nemenin Putra? Berangkat sama ayah ataupun bunda sama saja. Yang penting niat kita kan ibadah. Sayang lho, tarawih itu kan cuma di bulan Ramadhan saja. Lagian nanti kan di masjid banyak teman-teman Putra," bujukku sambil berjongkok dan  mengusap wajahnya dengan lembut.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-30
Baca selengkapnya
Hamil?
 Matahari terlihat sudah menampakkan sinarnya. Cahayanya begitu hangat masuk ke dalam rumahku melalui kaca jendela yang sudah terbuka tirainya sedari tadi.Sementara aku masih berada di tempat tidur, lengkap dengan selimut yang masih membelit tubuhku. Biasanya setelah solat subuh dan bertadarus, aku langsung berkutat dengan segala rutinitasku. Mulai dari mencuci piring, mencuci pakaian, menyapu dan mengepel lantai. Tapi entah kenapa hari ini rasanya aku malas untuk mengerjakan apapun. Kepalaku rasanya pusing. Perutku juga mual. Ah, ini pasti gara-gara aku tidur lagi setelah subuh. Bukankah setelah subuh itu harusnya jangan tidur lagi? Begitu yang aku tahu menurut kesehatan.Dengan berat aku mulai menurunkan kakiku. Menapakkan kedua kakiku ke dasar lantai yang justru masih terasa dingin di kulit. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan hari ini. Selain mengerjakan pekerjaan rumahku, aku juga harus membersihkan rumah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-30
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status