Semua Bab Luka Seorang Istri: Bab 11 - Bab 20
64 Bab
Haruskah Kita Berakhir
“Sabar Dil, Mas tahu ini berat. Kamu harus kuat ya.”“Bayiku enggak ada Mas, sudah enggak ada,”  katanya sambil terus terisak. Dilra semakin terpuruk. Hampir seminggu aku tak berangkat ke kantor karena harus menemani Dilra. Kondisinya benar-benar lemah waktu itu. Dia sering tidak sadarkan diri saat mengingat bayinya, masalahnya Dilra juga menolak diurus oleh Ibuku. Bahkan berada dalam satu ruangan dalam waktu yang cukup lama,  kesehatan Dilra bisa langsung menurun.“Dek kan Mas harus kerja, Adek sama Ibu ya. Mas sudah bilang biar jaga kamu.”“Aku enggak mau merepotkan orang lain. Aku mau pulang saja. Kalau mau kerja silakan, tapi antar aku pulang dulu, Ibu itu suka menjelekkan aku ke tetangga sini,” katanya sambil sesekali menengok ke kanan dan ke kiri. Sejak kehilangan anaknya kurasa Dilra jadi sering waspada berlebihan.“Ya sudah, nanti Mas bilang lagi sama Ibu biar enggak menjelekkan kamu
Baca selengkapnya
Menikahlah Lagi
“Enggak usah repot-repot Bu Rima, bagaimana sekarang, repot kan di tinggal anakku?” sindir Bapak. Ibu langsung menunduk, sedangkan Bapak malah menyunggingkan bibir atasnya. Selang beberapa detik beruntung ibu mertuaku menyenggol lengan suaminya, lantas Bapak langsung tersenyum, seolah penuh kepuasan.“Bercanda, Bu Rima.”“Oh iya,” jawab Ibu diiringi senyum paksanya. Suasana mendadak canggung, penuh dengan kepura-puraan. Bukan aku tak mau membela Ibu, entah sampai hari ini saja aku masih enggan mengajaknya bicara, aku takut kelepasan, hingga nanti kehilangan rasa hormat padanya.“Permisi ya, Bu Rima,” kata Bapak lagi dengan seringai di bibirnya. Mereka bersalaman, tapi jelas sekali di dalam hati mereka ada emosi yang menggebu.“Dil, ayo pulang, untuk apa di sini,” kata Bapak, yang sudah jalan lebih dulu. Laki-laki paruh baya itu menggenggam istrinya dengan penuh cinta, bisa kulihat sesekali gengga
Baca selengkapnya
Hampa
“Enggak bisa Dil, aku mencintai kamu. Mana bisa begitu.”“Maka berjuanglah di pengadilan nanti.”“Jelas aku akan kalah. Aku yang begitu bodohnya mengabaikan hakmu bertahun-tahun bagaimana bisa aku akan mencegah perpisahan ini tanpa keikhlasan darimu.”“Ini ambil semuanya, aku enggak butuh ini Dil. Baru 3 hari enggak melihat kamu di rumah, hidupku kacau Dil, lalu bagaimana ke depannya harus hidup tanpa kamu,” ucapku seraya menyerahkan dompet ke tangannya.“Mas, hidup itu pilihan. Kamu memilih untuk hidup bersama Ibumu bukan, maka jalani saja pilihanmu. Mari berjalan masing-masing Mas, ini aku kembalikan dompetmu, permisi.”“Dil, tunggu.” Kuraih lengannya, lalu merengkuhnya, semakin erat. Dia tak menolak juga tak membalas pelukanku, dia hanya diam tak bergerak, bagai sebatang kayu.“Kamu masih mencintai Mas kan, kenapa malah memilih berpisah.”“Cin
Baca selengkapnya
Dia Terluka
“Astaghfirrullah.” Tanpa sadar aku malah mundur ke belakang, punggung jadi bersentuh langsung pada ujung meja kerjaku.“Loh Mas, Mas Enggak apa-apa?” tanya Farah.“Enggak apa-apa, saya baik-baik saja, Di kayaknya gue enggak bisa lanjut kerja lagi, gue ijin pulang dulu ya, sorry banget.”“Santai saja, gue tahu banget posisi lo,” kata Ardi.“Thanks ya.”~Sepanjang perjalanan macet di mana-mana, katanya di Masjid Raya dekat kota kami ada tausiah dari Ustad Kondang yang terkenal. Banyak jamaah yang datang memadati halaman masjid, kendaraan yang keluar masuk di sekitar Masjid membuat jalanan jadi padat merayap.“Ustaz, saya ingin menceritakan keluh kesah. Saya sudah menikah punya anak umur 5 bulan sehabis nikah saya tinggal dengan mertua. Saya tidak  betah tinggal di tempat mertua, setelah melahirkan saya meminta pada suami untuk men
Baca selengkapnya
Ancaman Bapak
“Biarkan saja Bu,” kata Bapak.Aku masih terhenyak dengan emosi Bapak, yang tak biasa ini, tak bisa kubayangkan Ibu harus mendekam di penjara. “Kenapa kamu enggak terima Lang? anak saya dulu periang, sejak nikah sama kamu jadi begini, orang tua mana yang mau terima?”“Apa enggak bisa di bicarakan secara kekeluargaan Pak.”“Kamu takut? Ingat ya Galang, saya menitipkan Dilra ke kamu, untuk dibahagiakan, bukan dibuat menderita, lihat keadaannya sekarang, kalau tahu kelakuan kamu dan keluargamu begini, cih sudah kutolak kamu dari dulu.”“Sebaiknya kamu pergi saja ya Lang, kami butuh ketenangan di sini, kalau bisa enggak usahlah kembali lagi ke sini,” kata Ibu mertua.Belum juga mampu menenangkan Bapak, sekarang Ibu malah menyuruh pergi.“Saya akan bicarakan ini dengan Ibu saya, tapi kalau boleh apa enggak sebaiknya dibicarakan secara baik-baik dulu Pak.”“Bawa Ibumu ke sini, setelah 5 baru diputuskan mau di bawa ke ranah hukum atau enggak.”“Baik Pak, besok saya bawa Ibu ke sini, kalau gi
Baca selengkapnya
Awal Kebencian
PoV Ibu Mertua. "Kalau Ibu enggak salah kenapa harus takut?" ucap Galang.Dia ini tak bisa kah diam sebentar.“Jawab Bu, saya tidak butuh maaf dari anda.” “Saya memang salah, saya sudah melarang Dilra untuk tidak naik motor sendiri, tapi Dilra tetap ngotot.”“Bukannya anda yang tidak mau keluar uang lebih untuk naik taxi? Anda suruh Dilra ke pasar sendiri, sampai lebih dari satu kali dalam sehari, padahal anda tahu kandungan Dilra lemah?”Kenapa juga laki-laki ini, pintar sekali bicara, aku benar-benar tersudut, si Dilra itu pasti sudah bicara macam-macam, kali ini tak boleh tinggal diam, Galang harus membantuku.“Lang, Ibu beneran gak pernah nyuruh istrimu macam-macam, percaya sama Ibu.”Ayo Lang bantu Ibu, bela Ibu seperti biasanya, rayu mertuamu itu.“Tinggal jujur aja Bu, Galang juga gak bisa bantu apa-apa.”Apa? Dasar anak tak tahu terima kasih.Sus
Baca selengkapnya
Dia Tak Baik-Baik Saja
“Dilra sama kamu enggak? pergi dari sore belum balik lagi.” Sebuah pesan, dikirimkan Bapak mertua ke nomorku.Karena tak sabar gegas kulakukan panggilan.“Assalamu’alaikum Pak, memangnya Dilra tadi bilangnya mau pergi ke mana?”“Dilra cuma bilang mau jalan sebentar, masalahnya dia mengajak Dion juga, Bapak khawatir, benar dia enggak sama kamu?” “Enggak Pak, ya sudah saya cari Dilra dulu.”“Kabari saya kalau sudah ketemu.”Ya Allah Dil, kamu ke mana, ini sudah hampir memasuki jam buka puasa.Nomornya tak pun tak aktif, apa dia sengaja tak ingin ditemui. Bagaimana kalau Dilra mencoba bunuh diri? Astaghfirrullah, tunjukan jalanmu ya Allah, selamatkan istri dan anak hamba, jangan biarkan mereka menghadapmu dengan cara yang salah, hamba mohon ya Allah lindungi mereka.“Wouy naik mobil yang bener!! Bisa menyetir enggak? Sudah bosan hidup!” umpat seorang pengendara
Baca selengkapnya
Aku Akan Mengakhiri Segalanya
Tuhan, kenapa Engkau seperti tengah mempermainkan takdir kami. Apa rencana di balik kisah ini, tentang rumah tangga kami, benarkah masih memiliki masa depan?Kini Dilra harus kembali menelan pil pahit kekecewaan, meski dalam hati aku ingin bersamanya tapi sisi lain hatiku merasa terlalu egois kalau, tetap memaksakan hubungan ini. Aku mengejar wanita itu, sampai ke gerbang utama Pengadilan Agama, ia sempat berhenti sejenak memegangi ujung pagar, bahunya sedikit berguncang.“Dil.”“Jangan sentuh.” “Mas minta maaf.”“Kalau Mas berniat ingin pisah, kenapa kemarin memohon padaku? Apa Mas anggep ini main-main?”“Dil kita bisa kembali, setelah kamu sembuh.”“Aku masih waras Mas, aku gak gila.”“Siapa yang bilang kamu gila, gak ada sayang, Mas cuma pengen lihat kamu baik-baik aja.”“Apa Mas pikir aku akan baik-baik saja setelah hari ini.”
Baca selengkapnya
Haruskah Jujurr
 "Dil kamu kalau bisa satu bulan jangan mampir ke rumah dulu ya, terus ada baiknya kamu di rumah aja jangan ke mana-mana selama sebulan.” Sebuah pesan singkat dikirimkan padaku, tumben sekali biasanya Bapak lebih senang menelepon, dan ini, kenapa juga melarang keluar rumah untuk sebulan, jelas itu bukan waktu yang sebentar.“Loh kenapa memangnya Pak, Dion saja sudah ngomong mau ketemu Eyang.”“Kan lagi pandemi begini, mending di rumah saja, jangan telepon dulu Bapak lagi ada pekerjaan,” balas Bapak lagi.Aneh. Tak dapat diungkiri, issue pandemi di wilayah kami meningkat drastis, tapi Bapak biasanya tak sepanik ini, ya sudah lah dari pada berdebat akan lebih baik menurut saja. Sebenarnya aku dan Dion sudah bersiap berkunjung, hanya tinggal memesan taxi online lalu pergi. Dion sempat menangis saat kembali masuk ke rumah, beruntung karena masih ASI, hal ini tak terlalu merepotkan, harusnya bulan depan Dion sudah disapih
Baca selengkapnya
Pertemuan
 Bagaimana bisa, Dilraku menikah, dengan begitu mudahnya, sedang aku di sini masih memperjuangkan untuk bisa kembali membangun mahligai rumah tangga dengannya. Lidahku mendadak kelu dalam sekejap, tak mampu berucap walau hanya sepatah kata, sampai sosok laki-laki paruh baya itu, menepuk pundakku, mencoba menguatkan. Pantas saja kemarin dia sempat bertanya, tempat tinggalku, nyatanya dia ingin datang berkunjung.“Kenapa Bapak enggak bilang apa-apa waktu saya ke sana sebulan yang lalu.”“Karena memang saya tidak mau kalau rencana ini harus batal.” “Boleh say a tahu dengan siapa Dilra menikah.”Bapak mengeluarkan ponselnya, menujukan padaku sebuah foto pasangan dengan busana senada tengah bersua foto di sebuah taman, sepertinya mereka tengah melakukan sesi foto preweding.“Lupakan Dilra!”Begitu pintanya, bagaimana bisa melupakan putrimu, kalau saja mudah, maka hari ini tidak akan ada d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status