Semua Bab Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga: Bab 31 - Bab 40
114 Bab
Alif, Bunda Rahma bukan ibu kandungmu.
"Alif ... sebenarnya Bunda Rahma bukan ibu kandung Alif," kata Fitri dengan suara lembut."Apaaa??" Selembut apapun nada bicara Fitri, tapi berita itu bagai gelegar petir di telinga Alif, menggungcang jiwa kecilnya, sehingga tubuh kecilnya meluruh bersimpuh ke tanah."Tante Fitri bohong, kan? Tidak mungkin Bunda bukan ibu kandung Alif." Tangis anak itu pecah, ditangkupkan kedua tangannya ke wajah yang ditopang kedua kakinya. Fitri sudah menduga semua ini pasti terjadi, tapi dia harus bisa membesarkan hati anak itu. Diraihnya kedua tangan anak itu, kemudian dipeluknya anak itu dengan erat, diusap air mata yang membasahi pipinya."Alif, kamu harus tenang, sayang. Demi Bunda ... kau harus tahu kenyataannya dari sekarang, karena akan ada badai yang akan menghantam kalian berdua," kata Fitri membuat anak itu menatapnya dengan serius, dihapusnya air mata yang masih terus mengalir."Dulu, Bunda Rahma memiliki teman, dia teman
Baca selengkapnya
Suka cita keluarga Fauzan
"Ma, Mama ...," panggil Fauzan, suaranya menggema di rumah gedongan dua lantai.Rumah selalu sepi, dulu mereka memiliki tujuh orang pembantu, dua orang supir dan dua orang Satpam. Namun, ketika Fauzan menginjak bangku kelas satu SMA perusahaannya pailit, dia hanya mampu menggaji seorang pembantu, sejak Fauzan bisa bekerja dia bisa membayar dua orang pembantu. Hasil penjualan perusahaannya itu untuk membayar hutang, sisanya hanya untuk biaya kuliahnya dan Adiknya Farah. Namun sayang, akibat salah pergaulan, Farah kecanduan narkoba hingga dia meninggal dunia akibat Over dosis ketika belum menyelesaikan kuliahnya."Ada apa, Zan?" tanya Pak Gunadi Winata, Ayah Fauzan.Lelaki paruh baya itu tengah memberi makan ikan arwana di aquarium besar yang terletak di ruang tengah."Papa, Fauzan ada berita besar! Fauzan diangkat jadi Direktur utama PT Intisari Besi," seru Fauzan, membuat Pak Gunadi membulatkan mata, dia segera mendekati Fauzan dan memeluk anak lelakinya
Baca selengkapnya
Sekretaris baru Bastian
"Nurhadi selama menjadi staf Papa, termasuk orang yang bisa diandalkan, loyalitas dan integritasnya Papa akui bagus," kata Sagala membuat Bastian sedikit tenang."Papa sudah pensiun, tetapi kenapa masih ikut campur dalam menangani perusahaan?" tanya Bastian kecewa"Apa maksudmu?" tanya Sagala mengerutkan dahi, tidak suka dengan ucapan Bastian."Papa masih menyuruh Romi pergi sendiri membuka cabang Plaza di Manado, padahal nyuruh orang lain bisa, kan? Tanpa Romi aku seperti pincang berjalan," kata Bastian protes pada Papanya."Romi di sana cuma dua hari, Bas. Dia bukan cuma utusan kantor pusat, tetapi dia utusan pemilik perusahaan. Gak usah lebay, kau!" Sanggah Sagala.Lelaki paruh baya itu menggelengkan kepala heran, ternyata putranya tidak sekuat yang dia bayangkan, yah ... selama ini mereka memang menjadi patner bisnis yang kesolidannya diatas rata-rata."Bas, itu Pak Nurhadi sudah datang," seru Bunda Asti yang baru datang dari ruang depan
Baca selengkapnya
Mark Up Proyek
"Pak Bas, kenapa Bapak tolak Bella menjadi sekretaris Bapak? Dia termasuk sekretaris terbaik, Pak. Untuk mencari sekretaris lain butuh waktu, sementara pekerjaan Bapak sudah keteteran. Beri dia kesempatan, jika tidak bagus kerjanya, nanti kita buka lowongan saja," kata Pak Nurhadi ketika di perjalanan untuk meninjau lokasi proyek."Aku kurang sreg aja, Pak," kata Bastian "Apa tidak ada sekretaris pria?" Lanjutnya"Tidak ada, Pak. Mereka sudah memiliki job masing-masing. Tinggal Bella yang belum kebagian job, karena baru ditarik dari kantor cabang," kata Pak Nurhadi"Aku tidak suka dengan cara berpakainnya, cara berdandannya. Seperti seorang penggoda daripada sekretaris. Kalau memang tidak ada lagi orang lain, suruh dia merubah penampilannya, berdandan yang biasa-biasa saja. Katakan jangan pakai high heel, karena pekerjaannya berat, saya tidak mau alas kakinya membatasi geraknya, katakan juga bicara padaku sewajarnya, tidak perlu menggunakan intonasi s
Baca selengkapnya
Kecelakaan Bastian
"Pak Bastian, Awaaass!!" teriak Pak Nurhadi, dalam waktu beberapa detik, tubuh Bastian sudah terpental didorong Pak Nurhadi.Sebuah Crane yang membawa balok Besi, tiba-tiba muatannya terlepas tepat di atas Bastian, Pak Nurhadi yang tanpa sengaja melihatnya segera mendorong tubuh Bastian, namun karena ukuran Balok besi itu yang panjang walau tidak terlalu besar tetapi karena terbuat dari logam besi, maka bisa berakibat fatal. Balok besi itu tetap menimpa Bastian, bagian kakinya bahkan terjepit timpahan balok.Sementara Pak Nurhadi sendiri tubuhnya bahkan tertimpa sepenuhnya. Kecelakaan itu tepat ketika para pekerja kembali ke lokasi setelah istirahat makan siang, sehingga para pekerja beramai-ramai membantu mereka. Darah segar mengalir dari pelipis Pak Nurhadi, sementara Bastian kakinya cidera berat. Kedua orang tersebut tidak sadarkan diri, hingga sebuah Ambulance membawa mereka ke Rumah Sakit terdekat. Kabar kecelakaan itu menyebar dengan cepat di kantor pusat bahkan
Baca selengkapnya
Sandiwara Santi
Sementara itu, seorang wanita muda yang berwajah cantik dan manis, wajah perempuan itu nampak begitu polos, senyumnyapun begitu manis. Tutur katanya di depan khalayak sangat manis dan membius, terkesan dia wanita baik, ramah bak ibu peri. Siapa yang menyangka jika di balik wajah polos yang rupawan itu tersimpan kelakuan bejatnya, dialah Susanti Mahira.Di hadapan Santi kini duduk sepasang suami istri, Gunadi Winata dan Helena. Dengan susah payah, akhirnya Santi menemukan rumah mewah Fauzan. Santi sangat gembira, dia begitu bersemangat ketika mendengar bahwa Fauzan adalah seorang Direktur utama di sebuah perusahaan, kini melihat kondisi rumahnya itu membuat Santi bertambah-tambah amunisi untuk menggaet Fauzan."Tante ... Om ... saya ini ibu kandung anak yang itu," kata Santi. 'Ya Ampun ... aku lupa menanyakan nama anak itu pada Rahma,' batinnya, tanpa disadarinya tangannya menutup mulutnya. "Kalau kau ibu kandungnya, kenapa anakmu dirawat perempu
Baca selengkapnya
Penyelidikan Romi
Romi gelisah ketika bertakziah ke pemakaman Pak Nurhadi. Pikirannya kalut memikirkan Bastian, kenapa anak itu blusukan ke lokasi pembangunan segala. Apakah kecelakaan itu benar-benar murni kecelakaan atau ada unsur kesengajaan? 'Ah, aku harus menyelidikinya.' Batinnya.Pak Sagala meminta maaf pada keluarga Pak Nurhadi secara resmi, dia memberikan santunan dari perusahaan yang tidak sedikit, anak-anak Pak Nurhadi yang berjumlah tiga orang, Lukman masih SMA kelas tiga, dan kedua adiknya di beri beasiswa hingga tamat perguruan tinggi. Keluarga Pak Nurhadi berterima kasih pada Pak Sagala, dia tidak menuntut perusahaan, jika kepala keluarga mereka yang hanya seorang sekretaris, kenapa berada di lokasi pembangunan. Mereka pasrah dan ikhlas menghadapi semua itu, mereka juga ikut berduka karena Presdir perusahaan tempat bernaung ayah mereka ikut menjadi korban.Sepulang dari pemakaman, Romi didampingi beberapa karyawan dan Security perusahaan meninjau lokasi kecel
Baca selengkapnya
Pak Bos, kenapa tidak mengangkat telponku.
Sepulang pengajian, hari sudah sore. Segera Rahma mandi membersihkan diri, perutnya lapar tapi dia tidak berselera makan. Akhirnya dia hanya mengambil biskuit di toples untuk camilan. Tak lupa membuat secangkir teh. Sambil rebahan di ruang tengah yang dialasi kasur lantai, dia memakan biskuit itu. Entah kenapa seharian dia tidak bersemangat, ikut pengajian Fitri tadi cukup membuatnya melupakan semua masalah, tetapi jika sedang sendirian seperti ini, perasaan galau mulai merasukinya. Diraih ponselnya di atas nakas, masih dimatikan. Segera diaktifkan ponselnya itu, iseng-iseng melihat pesan yang masuk, tidak ada satupun dari Bastian, dilihatnya panggilan tak terjawab, juga tidak ada nama lelaki itu tertera di sana. Dipandanginya nomor ponsel lelaki itu yang pernah dia blokir, iseng-iseng di tekan memanggil, mata Rahma sukses membulat ketika mendengar nada panggilan di ponselnya tersambung, dadanya berdegup kencang. Sampai panggilan itu
Baca selengkapnya
Serangan orang tua Fauzan
'Oh ... orang tua Fauzan? Mau apa ke sini? Mungkin dulu aku pernah ketemu dengan mereka waktu masih kuliah, tapi kapan?' Rahma masih bengong dengan pikirannya sendiri."Boleh kami masuk?" tanya wanita paruh baya di hadapannya. Penampilannya sungguh elegan, memakai gaun selutut dan perhiasan emas putih dengan liontin berlian berbentuk hati yang berkilau, rambutnya disanggul dengan sasak bunga-bunga."Silahkan Tante ...," kata Rahma canggung, dia segera berlalu ke dapur menyiapkan dua cangkir teh."Silahkan diminum tehnya." Rahma menghidangkan teh di atas meja kemudian duduk di hadapan mereka."Mana anak yang bernama Alif sekarang?" tanya Helena to the point"Alif? Dia masuk asrama tahfidz, Tante." "Asrama apa?"  Wanita itu mengernyit, sepertinya tidak paham dengan perkataaan Rahma. "Asrama khusus penghapal Alquran," kata Rahma menjelaskan. "Loh,
Baca selengkapnya
Kedatangan Virda
"Hei Pelakor, tidak perlu kau cari muka menunggui anakku!" Teriak Virda.Ketika sampai rumah sakit, dilihatnya Asti tengah menunggu Bastian di depan Ruang ICU.Bella yang melihat kejadian itu terkejut, dia benar-benar tidak tahu jika Asti bukan ibu kandung Presdir. Dia tidak menyangka wanita yang begitu lembut dan santun itu ternyata seorang perusak rumah tangga Bos besarnya.Ditelisiknya penampilan wanita yang baru saja berteriak, dia benar-benar cantik seperti super model, walau usianya sudah tua, namun wanita itu tampak masih awet muda. 'Ah, padahal istri pertamanya lebih cantik ke mana-mana, kenapa Pak Sagala menikah lagi? Pasti perempuan itu yang menggodanya,' Batin Bella Ardina tersenyum sinis ke arah Bunda Asti."Virda! Apa-apaan sih, kamu? Ini rumah sakit, jangan bikin keributan, kasihan Bastian," kata Bunda Asti dengan tenang, dia sudah biasa diperlakukan tidak baik oleh Virda, jadi dia selalu menganggap angin lalu perkataan wanita itu. Hal itulah yang justru membuat Virda s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status