Semua Bab Jodohku Pak Dosen: Bab 11 - Bab 20
232 Bab
Bab 11 Terlalu Bermimpi
Pov AlfaSetelah menurunkan Riyanti di tempat yang dia minta, aku melajukan mobilku dan berhenti tak jauh dari jangkauan pandanganku ke dia.Aku sengaja ingin mengikuti sampai ke rumahnya tanpa dia tahu. Aku tak menyangka dia sangat sayang pada keluarganya terbukti dia menyempatkan beli buah tangan sebelum naik angkot.Aku pun mengikuti angkot yang dia tumpangi, sampai di suatu persimpangan dia turun dan membonceng laki-laki bermotor yang telah menunggunya.Deg, siapa laki-laki itu. Kenapa aku kawatir dan tidak rela jika laki-laki itu ada hubungan khusus dengan Riyanti.Aku rupanya takut mendapati kenyataan itu, ternyata setelah kuamati laki-laki itu masih muda, pasti adiknya. Jauh aku mengikutinya sampai ke desa tempat tinggalnya yang memang pelosok. Aku berhenti di sebuah warung kelontong dan membeli minuman sambil mengobrol. Aku mencari cara mendapatkan info tentang Riyanti tanpa dicurigai. Ternyata satu kalimat tanya mampu mema
Baca selengkapnya
Bab 12 flying high, falling down
Pov Riyanti"Kamu lagi dekat dengan seorang laki-laki kah? Atau kamu justru sudah punya pasangan?"Lidahku kelu mencerna pertanyaanya. Berbagai pikiran melintas dibenakku dan akupun bingung tak bisa menjawab secara langsung."Hmm, Aku..." Kuhela nafas untuk menetralkan detak jantung yang memburu. Kurangkai kata yang terbaik supaya tidak salah ucap."Tidak perlu dijawab sekarang, Ri. Aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat. Juga keluargamu, apa boleh?" katanya sedikit memohon. Ada setitik kelegaan karena dia tak menuntut jawab sekarang. Aku perlu berpikir panjang untuk hubungan kami jauh ke depan."Baiklah. Tapi aku tidak bisa menjanjikan apa-apa. Aku hanya orang miskin, yang sedang berjuang mengembalikan senyum keluargaku. Apa yang bisa diharapkan dari orang seperti aku, Mas. Bahkan aku hanya seorang yang gila kerja untuk mencari uang.""Jangan katakan itu, Ri. Aku mendukungmu, tapi ingat juga kesehatanmu. Jangan terlalu kera
Baca selengkapnya
Bab 13 Jus alpukat
Pov Riyanti"Mas Andi, siapa perempuan itu? Lalu mobil sport itu milik Mas Alfa kah?"Mas Andi sepertinya sudah menduga reaksiku atas kejadian barusan. Dia mengangkat kedua tangannya seakan menyerah tak mau menjawab tanyaku."Maaf Riyanti, kali ini bukan kapasitasku untuk menjawab. Biar Alfa aja yang jelasin ya." Mas Andi berlalu ke dalam meninggalkanku yang tenggelam dalam lamunan. Beberapa menit kemudian teman-temanku datang. Aku tak ingin ketahuan sedang banyak pikiran. Fokusku sekarang mengajar Niko. Sesekali aku melamun saat mengajar Niko, membuat Amel melihat ke arahku. Namun karena dia juga sedang mengajar, akupun bebas dari rasa penasarannya untuk bertanya.Senja tiba menandakan aktivitas mengajar les kami selesai. Bersamaan dengan Mas Alfa yang datang denagn menenteng beberapa cup warna-warni ternyata jus. Aku segera membantunya menaruh di meja dan dia pun menyilahkan kami meminumnya. Aku memilih jus alpukat kesukaanku. Satu kali
Baca selengkapnya
Bab 14 Motor mogok
Pov Alfa  "Kenapa muka kusut gitu?" tanya Andi padaku yang kembali ke kontrakan dengan tak semangat."Aku bingung dengan jawaban Riyanti. Sudah kujelaskan kalau Lily sepupuku, tapi responnya biasa aja.""Memang respon apa yang kamu harapkan, Al?""Ya, aku pikir dia cemburu gitulah ternyata enggak. Dia masih nampak marah bukan karena cemburu.""Kamunya aja kepedean. Btw, dia tahu nggak mobil sport itu milikmu, haah.""Enggaklah, aku bilang pinjam tiap aku pakai mobil.""Nah itu...Al, pasti dia marah karena merasa kamu bohongi.""Apa... Darimana dia tahu, mobil itu punyaku, Ndi?""Pikir aja sendiri, katanya pinter."Andi memukul bahuku sambil berlalu ke kamarnya. Dasar Lily bikin onar aja nih, baru juga mau dekat eh masalah datang.Riyanti pasti marah kalau tahu aku membohonginya.'Hufh, gimana caranya menjelaskan padanya.'Seminggu berlalu, tak ada perubahan sikap Riy
Baca selengkapnya
Bab 15 Coklat Panas
Pov Alfa       "Al, sepertinya gadis yang tadi Riyanti." "Mana mungkin, dia libur nggak ngeles kok. Lagian Riyanti kan pakai sepeda, gadis yang tadi pakai motor." "Sepertinya motornya mogok, kalau benar Riyanti gimana?" "Kenapa jadi kamu yang berhalusinasi,Ndi?" "Bukan gitu, Al. Menolong orang kan tidak boleh pilih kasih? Ayolah kita putar balik, Riyanti atau bukan kita tetap harus menolongnya. Tu, bener kan Al. Ada orang yang nggangguin kasihan. Cepat Al" Andi sudah cerewet dari tadi membuat telingaku pedas. Aku ragu kalau gadis tadi Riyanti karena dia tidak mungkin berada dijalan jam segini. Dia sudah ambil cuti part time dan fokus belajar persiapan olimpiade. "Tolong...,tolong" teriak gadis itu beberapa kali. Aku semakin memacu mobil sportku untuk putar balik. Sempat kulihat gadis itu berebut tas dengan seorang laki-laki mungkin penjambret. Segera kuparkir mobil di pinggir jalan dekat p
Baca selengkapnya
Bab 16 Sebuah Jaket
Pov Riyanti   Satu bulan persiapan bimbingan olimpiade berjalan lancar. Hari itu tiba juga, tim olimpiade mewakili universitas sebanyak 15 orang terdiri 10 mahasiswa dan 5 dosen pendamping untuk 5 bidang akan terbang ke Jerman. Negara dengan teknologi maju, tempat presiden BJ Habibie menimba ilmu. Aku dan Galang menjadi wakil untuk bidang Matematika. Aku merasa bersyukur menjadi bagian dari tim, aku bisa menginjakkan kaki di kampus ternama tempat Pak Habibie belajar. Aku tetap harus fokus dengan kompetisi ini meski tak bisa dipungkiri aku masih terngiang ucapan Mas Alfa saat menolongku malam itu. Aku tidak bisa berpikir panjang dengan pernyataannya, yang terlintas dalam otakku hanya keinginan membahagiakan bapak ibuku. Aku berusaha keras gimana caranya bisa meraih impianku hingga tak terpikir olehku memikirkan cinta. "Kenapa dari tadi melamun sih, Ti? Mikirin apaan sih?" "Hmm, mikirin perjuangan kita." "Kita, kamu kali. Aku sudah
Baca selengkapnya
Bab 17 Memori Aachen
Pov Riyanti Akhirnya kami mendarat di Düsseldorf yang sudah terpisah 16 jam jarak perjalanan udara Jakarta-Aachen. Dari bandara kami menuju Stasiun kereta api Aachen Hauptbahnhof untuk naik kereta menuju kota Aachen. Alhamdulillah, setelah perjalanan panjang kami bisa menginjakkan kaki di Jerman.  Kami sampai di kota pelajarnya Jerman tepatnya di sebuah kampus ternama RWTH Aachen. Kompetisi yang kami ikuti kali ini bertempat di kampus ternama dimana (Pak Habibie Presiden RI ke 3) pernah menimba ilmu. Jerman mendapat julukan Das Land der Dichter und Denker yang berarti ‘negara penyair dan pemikir‘. Banyak tokoh pemikir dan seniman sastra yang berasal dari Jerman, seperti Albert Einstein dan Goethe. Jerman punya segala macam roti dan sosis yang jenisnya bisa mencapai puluhan. Untuk  Makanan Halal, di Jerman juga banyak makanan yang telah berasimilasi dengan kuliner khas Turki yang dibawa oleh pen
Baca selengkapnya
Bab 18 Amplop coklat
POV Riyanti   Aku bernafas lega menginjakkan kaki di kota Yogya dengan selamat setelah 16 jam perjalanan. Pun juga bahagia terasa di kalbu ini karena sebuah amplop coklat. Ya, amplop berisi berlembar-lebar yang bisa ditukar dengan barang. Ini merupakan sebuah hadiah besar yang baru pertama kali kudapat. Aku sudah tak sabar ingin memghadirkannya dihadapan bapak, ibu, mbak Ratih juga dik Amar. Namun niat ini hanya sebatas angan-angan dulu karena maaih jet lag. Badan ini lelah dan merindukan bantal guling di kamar kos. Sampai kos, aku teringat coklat oleh-leh dari Aachen. Segera aku minta Amel membuka tas berisi oleh-oleh dan kuminta dia membagikan ke beberapa teman kos. Tak lupa kusisihkan untuk Putri dan teman-teman kuliah. Sementara Amel membereskan coklat, aku memilih merebahkan diri di kasur yang kurindukan. "Maaf ya, Mel merepotkanmu." "Tenang aja, Ti. Kamu itu kayak sama siapa aja. Btw, ini coklat banyak banget
Baca selengkapnya
Bab 19 Amarah
POV Riyanti Hari-hari berlalu semakin mengobarkan semangatku untuk segera lulus dan mencari kerja.Pak Alfa masih bersikap baik, namun sudah tidak begitu gencar mendekatiku. Dia hanya memantau dari jauh seperti ucapannya yang akan menungguku.Sebenarnya tak enak hati juga, tapi menurutku ini lebih baik.Aku menyelesaikan skripsi dengan baik dan tinggal sidang saja. Aku selalu berdoa pada Allah semoga datang rejeki pekerjaan yang pantas untukku atau sebuah beasiswa untuk lanjut ke luar negeri. Terlalu tinggi memang, tapi selama bermimpi itu gratis tidak apa-apa bukan. Selalu berprasangka baik sama Allah merupakan hal yang membahagiakan.Selama seminggu ini aku mengurus administrasi untuk sidang skripsi. Di ruang bagian akademik aku melihat ada sosok pegawai baru yang cantik mempesona.Beberapa mahasiswa berbisik-bisik sepertinya sedang membicarakannya."Riyanti.""Eh iya Mbak. Hmm maaf Bu." Aku jadi ngomong belepot
Baca selengkapnya
Bab 20 Lamaran
POV Alfa Sejak mendengar ucapan Riyanti yang ikut-ikutan menjodohkanku dengan Nana dosen fisika baru, aku mendiamkannya.Marah pastinya, dia tahu aku sedang berusaha mendapatkan hatinya. Kenapa malah menyuruhku menjalin hubungan dengan Nana.Saking marahnya, aku terpaksa mengeluarkan kata-kata yang mungkin menyakitinya. Aku memancing Riyanti apakah sungguh rela jika Nana dan aku jadian. Benar sekali dia memang berkata iya tapi yang kulihat dari sorot matanya menampakkan kesedihan.Aku biarkan saja waktu berjalan semestinya. Biarlah Riyanti tahunya aku benar-benar serius dengan Nana.Aku memang sering bertemu dan ngobrol dengan Nana saat di kampus untuk membuat Riyanti cemburu.Tapi sepertinya itu tidak begitu berpengaruh. Riyanti sibuk mengurusi sidangnya. Aku tidak akan mengganggunya sampai dia lulus.Hari ini sidang Riyanti dan pastinya dia lulus mengingat prestasinya yang tidak diragukan lagi. Niatku memberi ucapan se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status