Semua Bab Menjadi Istri Muda Si Tuan Muda: Bab 11 - Bab 20
460 Bab
Jangan menolakku!
Olivia bergerak dengan malas dari posisi tidurnya. Tapi, kenapa ia merasa ada benda berbulu di tangannya. Dengan cepat Olivia membuka mata. "Oh My God. Kenapa aku bisa tidur dengan pria sombong ini?" Olivia berkata dalam hatinya dengan perasaan kaget yang tidak terbayangkan. Perlahan-lahan Olivia mengangkat sebelah tangannya yang bersandar indah di atas dada Albert. Setelah berhasil, ia memukul tangan itu dengan tangannya yang lain. Kepalanya masih menyuruk di bawah ketiak Albert. Olivia mencoba bergerak pelan, berusaha turun dari kasur sebelum Albert bangun. Saat kaki Olivia menyentuh lantai, suara bariton Albert membuatnya terkejut dan terdiam bagai patung pada posisinya. "Mau kemana kau, isteri kecilku?" Tanya Albert yang ternyata sudah bangun sejak tadi. Dia sengaja diam dan memperhatikan tindakan Olivia yang konyol. "A-aku.. aku akan mandi. Aku ada kelas pagi ini." Jawabnya terbata-bata. Lalu dengan cepat berlari masuk ke kamar mandi.
Baca selengkapnya
Sial. Ternyata dia memang masih perawan.
Albert menanggalkan handuk yang melingkar di pinggangnya sejak tadi, sehingga benda panjang yang mengeras itu terasa berada di paha Olivia. Dengan gelengan, Olivia masih berusaha untuk menolak. Kedua tangannya di satukan di atas kepala dan di tahan Albert dengan sebelah tangannya. Albert dengan ganas mencumbu Olivia. Antara penolakan dan menerima, entah mana yang kini di berikan oleh tubuh mungil Olivia. Dengan satu tangannya, Albert mengarahkan terong jumbo miliknya ke sela pangkal paha Olive. Menggesek-gesek benda tumpul itu di sana. Setelah merasakan sesuatu yang mulai basah di sana, Albert memasukkan terong jumbo miliknya dengan sekali hentakan keras. "Aaakkkhh.." pekik Olive tak tertahankan. Seiringi dengan mengalirnya air mata di sudut pipinya. "Sial. Ternyata gadis ini benar-benar masih perawan." Albert merutuk dalam hatinya, setelah menyadari ia baru saja merobek paksa keperawanan Olivia. "Jangan menangis. Nikmati saja, itu han
Baca selengkapnya
Hukuman macam apa itu?
Setelah selesai sarapan, dengan sedikit drama akhirnya Olivia berangkat ke kampus diantar oleh Mike dan tentu ada Albert juga di dalamnya. Selama perjalanan, mereka memasang aksi diam. "Ingat, ini hari ketiga. Apa kau sudah mengakhiri hubunganmu dengan kekasihmu itu?" Albert memecah keheningan. Olivia mendadak teringat akan hal itu. Dia terlihat gelisah sekarang. Olivia sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga lupa menjawab pertanyaan Albert. "Apa kau tuli?" Teriak Albert dengan wajah yang kesal. "Em.. apa boleh aku meminta waktu lagi? Aku belum sempat memberi tau Tristan. Bagaimana kalau sampai akhir pekan ini?" Olivia memasang wajah memelasnya di depan Albert. "Jangan pernah menyebut nama pria lain saat sedang bersamaku. Ingat itu!" Albert marah saat mendengar Olivia menyebut nama Tristan dengan sangat lembut. "Tapi, aku hanya menyebut nama Tristan karena... Hhmmmpp.. Hmmpp..." Belum sempat Olivia menyelesaikan kalimatnya, bibir Alber
Baca selengkapnya
Aku, suaminya!
Olivia tidak memiliki teman di kampus ini. Karena ia terkenal tomboy, dia tidak terlalu suka bergaul dengan teman wanita. Di kampus ini, hanya Tristan satu-satunya yang dekat dengannya. Selama kelas berlangsung, Olivia sama sekali tidak fokus mendengar materi yang di berikan Dosen. Pikirannya terbang entah kemana. Banyak hal yang di pikirkannya saat ini. Salah satunya, bagaimana cara memberi tau Tristan untuk menyudahi hubungan mereka. Olivia tidak ingin memberi tau pernikahannya dengan Albert. Setidaknya, bukan untuk saat ini. Tristan terus mengamati sikap Olivia. Dia yakin, ada sesuatu yang Olivia sembunyikan dari dirinya. Tapi sepertinya, Olivia belum siap untuk memberi tau padanya hal apa itu. Setelah kelas berakhir, tak terasa sudah jam satu siang. Kelas Olivia sudah selesai untuk hari ini. Jadi, dia berniat untuk langsung pulang ke mansion. Dia masih belum menemukan bagaiman cara untuk memberi tau Tristan. "Mike, jemput aku sekarang." Ol
Baca selengkapnya
Layani aku.
Tristan masih termenung di tempatnya terduduk. Meski mobil Albert dan Olivia telah lama meninggalkan tempat itu. Tristan seperti kehilangan akal saat ini. Dia tidak tau harus berbuat apa dan akan pergi kemana. Pikirannya buntu, saat teringat dengan kata-kata yang diucapkan Albert padanya tadi. "Olive, aku sangat berharap semua ini tidak serius. Kuharap kau akan menjelaskan ini kepadaku besok." Akhirnya Tristan menuju mobilnya, dan meninggalkan kampus dengan hati yang masih penuh dengan kegundahan. Sudah jam dua siang, saat Albert dan Olivia memasuki mansion. Olivia yang masih kesal dengan sikap semena-mena Albert, masuk dengan wajah yang cemberut. Olivia langsung menaiki anak tangga menuju ke kamar. Albert hanya mengikuti dari belakang.  "Aku tau kau masih anak kecil, tapi jangan bersikap kekanak-kanakan seperti itu." Tegur Albert saat masuk kamar dan membuka jasnya. "Aku memang masih anak kecil, lalu mengapa pria tua sepertimu tertarik untuk men
Baca selengkapnya
Aku diet!
Olivia mendengkus kesal mendengar perkataan Albert. Sementara Jane meninggalkan mereka dengan senyum dan hati yang bahagia. "Tuan, semoga kau bisa benar-benar membuka hatimu pada Nona Olivia. Agar kenangan buruk di masa lalu itu bisa hilang dari ingatanmu." Ucap Jane dalam hatinya. Jane sudah merawat Albert sejak kecil, jadi dia tau seluk beluk kehidupan Albert di masa lalu. Albert makan dengan lahap. Olivia baru sekali ini melihatnya makan dengan porsi yang banyak. Olivia makan hanya sedikit, sekedar pengganjal lambungnya saja.  "Kenapa kau makan sedikit sekali? Apa makanan ini tidak ada yang sesuai dengan seleramu?" Tanya Albert saat selesai makan dan membersihkan sudut bibirnya dengan sapu tangan. "Aku diet!" Jawab Olivia singkat dan ketus. "Kau memang harus diet. Kau tau berapa berjuangnya aku mengangkat tubuhmu yang berat itu ke lantai atas?" "Ka-kapan kau melakukannya?"  "Saat kau tertidur di dapur." "Salahmu se
Baca selengkapnya
Apa yang kau lihat?
Semalaman Albert bekerja lembur di ruang kerja mansionnya. Ia harus menyiapkan segala sesuatu untuk launching merek parfum terbarunya. Perusahaan Albert bergerak di berbagai bidang, salah satunya adalah parfum.  Albert selalu mengandalkan kemampuannya sendiri untuk hal penting seperti ini. Dia adalah seorang pria yang mencintai ke sempurnaan. Dan dia hanya akan puas dengan sesuatu yang dia rancang sendiri. Albert tertidur di kursi kerjanya saat jam satu malam. Olivia yang terbangun di jam tiga dini hari karena merasakan haus, melihat tidak ada Albert yang tidur di kamarnya lantas menjadi heran.  "Kemana pria itu pergi di jam seperti ini? Atau... jangan- jangan dia tidak tidur di kamar ini semalam?" Olivia berkata sambil menjangkau ceret airnya, dan ternyata itu kosong. "Huh.. habis. Aku harus mengambilnya sendiri ke dapur. Hoooaamm." Olivia jelas sekali masih ngantuk, saat mencoba memakai sendal rumahnya. Olivia berjalan ke dapur dengan lang
Baca selengkapnya
Desahkan namaku, Via.
Mungkin karena ini bukan kali pertama pria ini melakukannya, Olivia tidak lagi melakukan perlawanan. Dia bahkan mulai mengimbangi permainan Albert. Tangan Albert melesap cepat ke balik baju tidur tipis yang di gunakan Olivia. Menyentuh benda kecil yang sudah menyembul dari tadi. Jarinya bermain di sana, memilin-milin lembut dan sesekali meremas penuh benda kenyal itu."Aaaahh..." Desah Olivia saat ciuman Albert turun ke leher jenjang miliknya. Tangannya masih bermain di tempat semula. Membuat gadis itu menggelinjang karena merasakan kenikmatan. Hal yang selalu ia rasakan saat bercumbu dengan Tristan, tapi mereka tidak pernah menuntaskan permainan itu. Tristan terlalu menjaga Olivia dengan sangat baik.Olivia yang sudah pernah bercinta dengan Albert untuk pertama kali, merasa bahwa tubuhnya menginginkan sesuatu yang lebih saat ini.Tangannya mulai menyentuh perut Albert yang mengeras. Membuat pria itu kembali merasakan hasratnya sudah di ubun-ubun oleh sentuhan t
Baca selengkapnya
Aku hanya bertanya!
Setelah Olivia selesai mandi dan berpakaian, dia segera turun ke bawah. Saat ini Olivia tampak mengenakan celana jeans ketat bewarna hitam, yang terdapat beberapa bolong di paha dan betis sebagai bentuk trend masa kini, kaus oblong bewarna putih. Olivia juga mengenakan topi meski rambut panjangnya terurai. Sepatu kets bewarna putih dan menenteng sebuah tas ransel mini bewarna hitam. Sungguh sangat modis untuk anak seusianya. Albert sudah menunggu di meja makan, untuk sarapan bersama. Ia memperhatikan dengan detail penampilan Olivia dan memicingkan mata pada bagian jeans yang bolobg-bolong. "Apa kau tidak punya celana lain untuk kau kenakan?" Sindir Albert tak suka. "Memangnya kenapa? Ini sedang trend. Kau mana tau hal itu, kau kan sudah tu..." Olivia menggantung ucapannya saat melihat Albert menatapnya dengan raut muka marah. "Maksudku, pria pekerja keras yang selalu berada di kantor sepertimu mana mungkin paham trend fashion anak muda zaman sekarang.
Baca selengkapnya
Dia, istriku.
Olivia dan Albert naik sampai ke lantai dua belas. Lift itu tepat berada di samping ruangan CEO. Ruangan siapa lagi kalau bukan Albert. Olivia masih terpana dengan suasana gedung ini. Sungguh besar dan menakjubkan. Tanpa sengaja, ia tersandung dan hampir jatuh. Untung dengan cepat Albert menyambutnya. "Berhati-hati lah saat berjalan, gunakan matamu." Hardik Albert, membuat Olivia kesal sekaligus malu. Lalu Albert masuk terlebih dahulu ke dalam ruangannya. Meninggalkan Olivia yang masih termangu sendiri di depan lift itu. Kebetulan, Lucy baru saja datang saat kejadian itu. Dia hanya melihat bagian Olivia disambut Albert dan di hardik oleh Albert. Ia tidak melihat bahwa Olivia datang bersama Albert. "Dari mana asal gadis kumal ini? Kenapa ia bisa di sini? Dan, berusaha menggoda Tuan Muda? Cih, sungguh jalang yang menjijikkan. Panggil pihak keamanan dan usir dia keluar." Titah Lucy pada seorang petugas kebersihan yang kebetulan melintas di sana.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
46
DMCA.com Protection Status