Semua Bab Menjadi Istri Muda Si Tuan Muda: Bab 21 - Bab 30
460 Bab
Jangan memancingku.
Sementara, yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan itu adalah jauh berbeda dari yang dilihat oleh Lucy dari ruangannya. "Lihat ini, sepertinya dasimu tidak rapi. Biar aku rapikan." Olivia sengaja mencari alasan agar bisa lebih dekat dengan Albert. Karena ia melihat Lucy yang dari tadi sengaja memandang ke arah ruangan ini. Jadi, sifat jahil ingin mengerjai wanita itu muncuk dalam benak Olivia. "Sepertinya, kau mulai perhatian padaku?" Albert hanya diam saat Olivia duduk di sudut mejanya, sementara Albert duduk di kursi kebangsaannya itu. Olivia menjadi gugup saat mengikat kembali dasi yang melingkar di leher Albert. Karena pria itu dengan terang-terangan memandang Olivia dengan penuh arti. "Ehem... I-itu hanya karena aku berusaha bersikap baik padamu." jawabnya pura-pura tak melihat Albert masih memandangnya. "Untuk apa kau melakukan itu? Agar aku memberikanmu uang yang banyak? Biasanya, anak sekolahan sepertimu ini sangat suka memoroti sugar daddy-n
Baca selengkapnya
Dia, model yang kupilih.
Monic menatap tajam pada Olivia yang berada tepat di belakang Albert. Gadis itu tampak sengaja bersembunyi di sana. 'Siapa gadis yang dibawa Albert itu?' Monic berucap di dalam hati. "Sayang, kau datang?" Melihat sikap Monic yang ramah dan manja pada Albert, entah mengapa Olivia merasa hatinya seperti tertusuk jarum. 'Ada apa denganku? Kenapa hatiku sakit, saat wanita itu memanggilnya dengan sebutan sayang dan tersenyum manja ke arahnya? Dia itu kan isteri pertamanya, wajar saja jika mereka sangat akrab dan penuh kasih sayang.' Olivia berkata dalam hatinya dengan wajah yang tetap terlihat kesal. "Apa kau sudah selesai? Aku akan melakukan sesi pemotretan parfum keluaran terbaru sekarang." Albert tidak suka terlalu akrab saat berbicara dengan Monic. "Aku bisa menunda yang ini untukmu, lalu apakah aku bisa menjadi modelnya kali ini? Oh iya, sayang, siapa gadis yang kau bawa itu?" Monic berusaha tetap ramah agar Albert menaruh simpatik padanya.
Baca selengkapnya
Kau menyebutku lacur?
Pemotretan itu berlangsung hingga dua jam lamanya. Bagi Olivia yang sama sekali belum pernah terjun di bidang ini, tentu ini adalah pekerjaan yang melelahkan. Kini ia tersandar pada sebuah kursi dengan sebotol air mineral di tangan kirinya. "Huufftt... Ternyata jadi model itu sama sekali tidak semudah yang aku bayangkan. Dibalik gambar yang indah, ada perjuangan yang tanpa batas. Bahkan untuk mendapatkan satu hasil yang memuaskan saja harus melakukannya sampai setengah jam." Olivia mengeluh. Entah siapa lawan bicaranya, dia tak peduli. "Pekerjaan yang dihasilkan dari menyerobot hak dan milik orang lain itu memang tidak menyenangkan, gadis kecil." Monic yang mendengar keluhan Olivia langsung menyela. "Siapa yang kau maksud menyerobot hak dan milik orang lain? Aku? Jelaskan apa yang kurebut dan dari siapa?" Olivia merasa Monic sengaja mencari masalah dengannya. Maka, ia dengan senang hati meladeninya. Jiwa tomboy itu belum hilang dari dalam dirinya. "Te
Baca selengkapnya
Maaf, aku membuatmu lelah.
Jam lima sore, Olivia terbangun dari tidurnya. Saat ia menggeliat, matanya tertuju pada selimut tebal yang menutup tubuhnya. Netra Olivia bergerak ke kiri dan ke kanan mencari seseorang yang mungkin saja ada di sini sejak ia tertidur tadi. Tapi, tidak ada siapa-siapa di kamar itu. "Huuh.. syukur lah dia tidak di sini. Bagaimana aku bisa tertidur di sini. Pasti dia tadi datang dan memberiku selimut ini." Olivia menyesali kebodohannya, ia memukul-mukul kepalanya. Kemudian, ia melirik jam dinding yang sangat besar di kamar itu. "Jam lima? Ya ampuuuunn, lama sekali aku tidur. Aku melewatkan jam makan siang, pantas saja sekarang perutku terasa sangat lapar" Olivia mengusap perutnya yang kelaparan. Bisa jadi, ia terbangun karena merasa lapar. Olivia bangkit dari kasur, kemudian membasuh mukanya di dal toilet kamar itu. Merapikan pakaian dan bajunya. Kemudian memakai kembali sedikit pelembab bibir merah alami miliknya. Setelah dirasa cukup, Olivia berjalan k
Baca selengkapnya
Aku akan memeberimu satu permintaan.
Selama dua jam penuh, Albert tidak beranjak sama sekali dari tempatnya duduk. Meski dari satu jam yang lalu, kedua orang tua Olivia sudah turut hadir di dalam kamar itu untuk menanti putrinya terbangun. "Tuan, sebaiknya anda pulang saja dulu. Anda juga perlu istirahat yang cukup." Willson menyarankan. "Kau mengusirku?" Albert menatap tajam pada Willson. "Bu-bukan begitu maksudku, Tuan. Tapi, bukankah besok adalah acara peresmian produk baru dari perusahaan anda. Aku hanya tidak ingin anda terlalu lelah. Aku dan isteriku akan menjaga putri kami dengan baik malam ini." Willson menjelaskan maksud yang sebenarnya. "Aku yang akan menjaga isteriku malam ini, sebaiknya kalian pulang saja. Besok pagi kalian bisa mengunjunginya kembali dan menggantikanku sebentar." Albert memutuskan. "Jika seperti itu yang anda inginkan, baik lah." Jawab Willson mengalah. Di sisinya terlihat wajah sedih Clara. Tentu saja, sebagai seorang Ibu yang hanya memiliki satu or
Baca selengkapnya
Apa kau cemburu?
"Apa kau cemburu?" Albert menebak perasaan Olivia."Hah? Cemburu? Untuk apa aku cemburu padamu? Cemburu itu ada jika kita menyayangi seseorang." bantah Olivia.Albert merasa kesal dan benci saat Olivia mengatakannya. Itu artinya Olivia tidak memiliki perasaan istimewa untuknya.'Kenapa aku kesal saat dia mengucapkan itu? Apa aku sama sekali tidak berarti untuknya?' Albert berkata dalam hatinya."Ya, tentu saja kau boleh memanggilku sayang. Kau kan, isteriku juga." Albert sengaja mengucapkan kata-kata itu, untuk menutupi kekesalannya."Huh, dasar pria mesum. Apa setelah ini kau berniat menikah lagi? Apa akan ada isteri ketiga?" Olivia terlihat lebih imut saat sedang kesal dan menggerutu. Albert suka ekspresinya yang seperti itu."Jika kau ingin punya teman di mansion saat aku pergi bekerja, aku akan memikirkan untuk mencari isteri ketiga." dengan wajah tak bersalah Albert mengucapkan kata-kata itu."Aku tidak butuh teman! Lagi pula, be
Baca selengkapnya
Mereka belum pernah tidur bersama?
Esok harinya, Albert sedang bergegas untuk acara launching produk parfum terbarunya. Ia sudah menelpon orang tua Olivia untuk menggantikannya menjaga Olivia selama ia harus menghadiri acara itu. Di Rumah Sakit, Clara masuk ke kamar inap untuk menemani Olivia. Saat ini kondisinya sudah membaik. Jika tidak ada hal lainnya, sore harinya ia sudah di perbolehkan untuk pulang. "Ibu, aku sangat merindukanmu." Olivia merentangkan tangan menyambut kedatangan Ibunya. "Ibu juga sangat merindukanmu, sayang." Jawab Clara membalas pelukan putrinya itu. "Dimana Ayah?" Tanyanya saat tak melihat Willson datang bersamanya. "Ayah minta maaf karena tidak bisa menemuimu hari ini, karena mendadak ada proyek besar yang harus di tanganinya pagi ini." Jawab Clara sedih. "Apa perusahaan Ayah baik-baik saja saat ini, Bu?" Olivia belum mendengar kemajuan apa-apa tentang perusahaan dan hutang-hutang Ayahnya sejak resmi menjadi isteri Albert. "Syukur lah, N
Baca selengkapnya
Kemarahan si istri tua.
Acara peresmian berjalan dengan sangat lancar, mengundang decak kagum dan keheranan di kalangan para pebisnis dunia. Bagaimana tidak? Seorang Tuan Muda yang terkenal sangat tertutup dan jarang sekali mau di ekspos oleh media, serta memiliki penyakit alergi terhadap wanita yang juga sudah di ketahui oleh hampir seluruh pebisnis dan masyarat umum di seluruh penjuru dunia, menjadi model untuk brand parfum terbarunya sendiri bersama seorang gadis muda yang berparas sederhana namun memiliki pesonanya tersendiri. Bahkan beberapa dari pose itu terlihat sangat intim dan memikat. Proses penyembuhan Olivia juga berjalan dengan sangat baik dan ia sudah mulai beraktifitas seperti biasanya. Ia mulai menyibukkan diri dengan dunia perkuliahannya kembali. Satu bulan berlalu sejak semua peristiwa itu terjadi. Perusahaan Albert mengalami pelonjakkan pendapatan dan saham yang terus mendapatkan keuntungan besar, sejak poto-poto intimnya dengan Olivia tersebar luas sebagai bentuk promosi
Baca selengkapnya
Mantan yang setia.
Siang ini, Olivia ada kelas tambahan. Dia sudah berusaha keras agar semua nilainya bagus semua. Tapi tetap saja, ada dosen yang mempunyai tingkat kejelian 99,99%. Sehingga satu kata saja tertinggal, itu bisa menjadi masalah besar. Kebetulan, saat ini Tristan juga berada di dalam kelas yang sama dengannya. Tristan duduk di belakang Olivia. Meski tak bisa dipungkiri betapa hancur dan kecewanya hati Tristan saat ini, namun ia masih mencoba untuk bersikap tegar dan tak banyak menuntut penjelasan pada Olivia. Setidaknya, hal itu membuat Olivia sedikit tenang. Karena ia tak tau harus menjelaskan dari mana semua permasalahan ini. Lagi pula, Ibunya sudah pernah menjelaskan semuanya pada Tristan. Jadi, menurut Olivia tak perlu lagi menjelaskan dua kali. Tristan terus menatap pada punggung Olivia yang berada tepat di depannya. Ada rasa rindu untuk mendekap tubuh gadis periang itu. Satu bulan ini, Olivia selalu menghindar dari Tristan. Entah karena terlalu hanyut dalam kerindua
Baca selengkapnya
Kalau kau yakin, kau pasti bisa.
Setelah ciuman kerinduan itu usai, keduanya saling menatap dalam keheningan. Banyak kata yang ingin mereka lontarkan satu sama lain, namun tidak satu pun yang akhirnya keluar dari mulut Tristan dan Olivia. Tristan membelai rambut gadis yang pernah menjadi kekasihnya itu. Menyelipkan seuntai rambut yang tergerai kembali ke asalnya, di belakang daun telinga yang indah meski tanpa sebuah anting itu. Drrrrtttt... Drrrtttt... Drrttt... Getaran ponsel di saku jas kuliah Olivia mengejutkan keduanya, menciptakan kembali jarak di antara mereka. Olivia lantas mendorong tubuh Tristan agar menjauh darinya. Olivia mengeruk saku dan mengambil ponsel yang tak berhenti bergetar itu. Saat ia melihat nama yang tertulis di layar ponselnya, matanya melotot seakan-akan henak keluar dari tempatnya. 'My Husband' itu lah nama yang muncul pada layar ponsel Olivia. 'Sejak kapan ada nama ini di ponselku? Apa pria itu diam-diam menukarnya sendiri? Sungguh, narsis sekali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
46
DMCA.com Protection Status