Semua Bab Menjadi Istri Muda Si Tuan Muda: Bab 31 - Bab 40
460 Bab
Hidangan pembuka.
Jam setengah enam sore, Mike datang menjemput Olivia di kampus. Saat itu ia melihat Olivia berjalan ke arahnya, dengan Tristan mengekor di belakangnya. "Apa pria itu yang dikatakan oleh Tuan Muda? Lancang sekali dia mendekati wanita seorang Albert Jay Camerrun? Apa aku harus memberinya pelajaran di sini?" Mike bermonolog. Dari kejauahan, Olivia bisa melihat tatapan kebencian Mike yang di tujukan pada Tristan. Sebelum Mike melakukan sesuatu, Olivia dengan cepat mengambil tindakan. "Mike, kau sudah datang? Ayo cepat antar aku pulang, pria itu pasti akan menghukumku jika aku sampai di mansion lewat dari jam enam." Olivia bergegas masuk ke mobil tanpa menunggu Mike membukakan pintu. Hal itu membuat Mike menjadi serba salah, namun akhirnya memilih segera masuk dan duduk di kursi pengemudi. "Baik, Nona. Aku akan mengantarmu dengan cepat ke mansion. Tuan Muda juga sudah sangat merindukanmu." Ucap Mike sambil mulai melajukan mobilnya. Meninggalkan Tristan yan
Baca selengkapnya
Dogy Style.
Dengan berhadapan dan tubuh basah yang saling menempel, sepasang suami isteri itu memulai permainan panas di senja hari. Albert menarik tubuh Olive agar lebih rapat pada tubuhnya. Dan mulai mengecup bagian-bagian sensitif gadis itu.  Ia memulai dengan kecupan di sekitar pipi, sudut bibir, leher dan di sekitar telinga Olive. Deraan napas Albert yang hangat membuat Olive semakin mabuk kepayang.  "Karena kita di kamar mandi, maka kita harus memakai gaya baru. Apa kau siap?" Bisik Albert pelan di telinga Olive. Gadis yang sedang di mabuk kepayang itu hanya mengangguk patuh. Albert tak berniat melakukan pemanasan lagi saat ini, karena kelelakiannya di bawah sana sudah memberontak mencari lubang kenikmatannya. Dengan sedikit gerakan kasar, Albert memutar tubuh Olivia kembali membelakanginya. Ia menuntun Olivia berjalan ke arah bathtub, dan dengan lembut menekan tubuh gadis itu sehingga menjadi posisi membungkuk. Albert yang sudah tidak sanggup men
Baca selengkapnya
Istri tua mengamuk.
"Tuan, apa yang harus kukatakan pada Nona Monic?" Tanya Lucy dengan ragu-ragu, takut Albert marah. Saat Lucy masuk ke ruangan Albert untuk menyerahkan dokumen yang harus di cek ulang dan di tanda tangani Albert, Monic kembali menelpon dan menanyakan informasi tentang Olivia. "Bukan kah aku sudah menyuruhmu mengatakan yang sebenarnya?" Tanya Albert dengan tatapan menusuk. "Ba-baik, Tuan. Nanti jika dia menelpon lagi, aku akan mengatakan yang sebenarnya." Jawab Lucy gugup. "Sekarang, keluar lah!" Titah Albert pada Lucy. "Baik, Tuan. Aku permisi." Lucy membungkuk lalu berjalan keluar, meninggalkan ruangan Albert. Saat ia kembali ke ruangannya, ia menggerutu sambil terus menatap Albert yang masih terlihat fokus pada dokumen-dokumen itu dari pintu kaca pemisah ruangan mereka. "Huh, dasar pria dingin. Apa tidak bisa dia berbicara padaku dengan lembut, sekali saja?" Lucy bermonolog. Belum sempat pantatnya mendarat di kursi ker
Baca selengkapnya
Olivia salah paham.
Monica merasa Albert telah mengkhianati pernikahan mereka, meski nyatanya Albert tidak benar-benar menganggap pernikahan mereka sebuah hal yang serius. Itu Albert lakukan hanya sebagai persyaratan Monic. Saat itu karir Monic sedang naik daun, sementara untuk menaikkan nilai saham dan pendapatan perusahaannya, Albert harus menggunakan jasa Monic di bidang promosi produk-produk yang di luncurkan sesuai permintaan pasaran. Sementara, Monic mengambil untung dari hal itu. Dia sudah lama menginginkan Albert. Ambisinya terlalu kuat dan tinggi untuk menjadi Nyonya rumah bagi Albert. Namun sayang, setelah resepsi pernikahan selesai Albert tak berniat membawanya pulang ke mansion. Sebagai gantinya, Albert memberikan Monic sebuah rumah mewah untuk ia tempati dan sebuah Gold Card untuk nafkahnya sebagai isteri. Awalnya Monic menerima dengan senang hati semua kemewahan itu, namun setelah dua tahun berjalan ia mulai merasa tidak puas dengan harta yang di berikan  Albert. Yang
Baca selengkapnya
Olivia mencintai Albert?
Olivia pulang ke rumah orang tuanya. Saat ia datang, Clara terlihat sangat senang. Ia memeluk putrinya bahagia. "Sayang, kau datang mengunjungi Ibu?" Clara bertanya seolah tak percaya, bahwa yang di depannya kini adalah Olivia. "Ibu... Aku membencinya." Olivia langsung menumpahkan tangisan yang ia tahan sejak tadi, di dalam pelukan Clara. Clara yang bingung dengan sikap Olivia, mencoba untuk menenangkan dulu putrinya itu. Setelah cukup puas Olivia menangis hingga sesenggukan, pelukan itu dilepaskan Clara. Kemudian ia menghapus sisa-sisa air mata di pipi Olivia, merapikan rambutnya yang berantakan. "Kemari lah, sayang. Ayo duduk, dan ceritakan semua dengan jelas pada Ibu." Ajak Clara dengan membimbing tangan Olivia ke duduk ke sofa empuk di tengah ruangan itu. Dengan sesenggukan Olivia mulai menceritakan semua kejadian dari awal hingga berakhir dengan sampainya dia di rumah orang tuanya kini. Clara yang mendengarnya hanya tersenyum dan
Baca selengkapnya
Istri muda merajuk.
Saat perjalanan menuju ke rumah Willson dan Clara, entah dapat bisikan dari mana, Albert mengunjungi mini market dan membeli banyak sekali makanan. Ia juga membeli beberapa kue tart untuk Olivia. Karena Albert pernah mendapati Olivia tengah malam menikmati sepotong kue tart yang tersimpan di lemari pendingin. Mobil Albert masuk ke pekarangan rumah Willson. Dia melihat jam, masih jam empat sore. Albert memutuskan untuk masuk tanpa membawa semua barang belanjaannya. Tentu ia masih gengsi untuk menenteng barang-barang itu. Saat masuk, ia di sambut langsung oleh Clara. "Tuan Muda." Clara tersenyum. "Hem... Jangan memanggilku, Tuan Muda." Albert berkata lembut pada Ibu mertuanya itu. "La-lalu, aku harus memanggil anda dengan sebutan apa, Tuan, eh..." Clara terlihat gugup dan bingung dengan perubahan sikap Albert. "Bagaimana jika... Anda bisa memanggilku Albert saja, Ibu Mertua." Jawab Albert yang lantas membuat Clara semakin terkejut. Karen
Baca selengkapnya
Makan malam pertama bersama mertua.
Jam tujuh malam, semua orang sudah hadir di meja makan. Albert, Olivia, Willson dan Clara. Untuk pertama kalinya mereka makan malam pada satu meja yang sama. "Ayah, bagaimana perkembangan perusahaan saat ini?" Olivia bergelayut manja di tangan Ayahnya. "Duduk lah dengan benar! Kau sudah menjadi seorang isteri saat ini, jaga perilakumu di depan Tuan Muda Albert." tegur Willson pada Olivia. Namun gadis itu malah memanyunkan bibirnya.  "Tidak apa-apa, Ayah mertua." sahut Albert santai lalu mengambil gelas susunya. Panggilan Albert yang akrab padanya, tentu saja membuat Willson sedikit takjub. Namun dengan pengalamannya menghadapi sikap Albert, ia berusaha bersikap normal dan menutupi kegugupannya. "Terima kasih, Nak Albert. Berkat sokongan dana dan bantuan investor darimu, perusahaanku kini sudah kembali bangkit. Bahkan ini jauh lebih baik dari yang pernah aku bayangkan sebelumnya." Willson mengucapkan rasa terima kasih dengan tulus.
Baca selengkapnya
Hiburan malam?
Setelah makan malam dan bincang-bincang santai itu di akhiri, Albert dan Olivia pamit untuk kembali ke mansion. Willson dan Clara menatap kepergian putrinya hingga menghilang di pekatnya kabut malam. Mereka bahagia, karena Olivia dan Albert saling mencintai pada akhirnya. Saat sampai di mansion, Albert melihat Olivia sudah tertidur di kursinya. Albert menyentuh tangan Olivia berniat untuk membangunkannya, namun seketika ada perasaan tak tega dalam hatinya. Kemudian Albert berpikir untuk menggendong tubuh istrinya saja ke dalam mansion.  Tenaga Albert tak perlu di ragukan lagi, tak ada guratan lelah meski ia menaiki anak tangga sambil membopong tubuh Olivia. 'Kenapa aku merasa tubuhnya semakin berat di bandingkan dengan terakhir kali aku mengangkatnya?' ucap Albert dalam hatinya. Sampai di kamar, Albert menurunkan Olivia dengan pelan dan sangat hati-hati. Takut menganggu tidur indah wanita yang kini telah berhasil membuatnya jatuh cinta. Wanita ya
Baca selengkapnya
Pembalasan dari istri muda.
Selesai mengikuti kelas terakhirnya siang ini, Olivia yang sudah di jemput oleh Mike menuju sebuah resto seafood ternama. Raut wajah bahagia tak dapat ia sembunyikan. Mike memperhatikan wajah Nyonya rumahnya dengan seksama. 'Aku yakin, Nona ini sudah membuka hatinya untuk Tuan Muda. Semoga mereka selalu bahagia.' ucap Mike saat melihat Olivia sangat antusias berdiri di baris antrian kasir. Selesai membayar pesanannya, Olivia segera meminta Mike menuju kantor Albert. Dia mengabari Albert bahwa dirinya sudah dalam perjalanan. Albert yang menerima pesan dari Olivia, lantas tersenyum bahagia memandangi layar ponselnya. Membuat Lucy langsung bisa menebak pengirim pesan itu. "Tuan, sepertinya anda sangat bahagia siang ini." ucapan Lucy berhasil membuat Albert sedikit membanggakan Olivia. "Tentu, isteriku akan datang ke sini dan kami akan makan bersama. Tolong, jangan ada yang mengangguku saat kami sedang berdua nanti." jawab Albert tegas. "B
Baca selengkapnya
Mulai Nakal
Saat Olivia mengangkat wajahnya, ia membuat gerakan terkejut yang dibuat-buat. Olivia menutup mulutnya dengan telapak tangan, lalu membulatkan matanya. "Ya ampun, maaf! Aku tidak tau kalau suamiku sedang ada tamu." Olivia memasang wajah polosnya. Tentu saja hal itu membuat Albert merasa lucu, namun ia berusaha menahan  tawanya. "Suamimu? Albert maksudmu? Dia suamiku, aku wanita pertama yang dia nikahi!" Hardik Monic geram. "Sayang, benarkah dia isterimu?" Olivia melirik Albert dengan tatapan imut, jelas sekali ia berusaha mempermainkan Monica kali ini. "Sampai saat ini, ya." Jawab Albert singkat, padat dan jelas. "Ya Tuhan, kenapa kau tak mengundangnya saat kita menikah, Sayang? Ayo kita berkenalan, Kakak. Apa boleh aku memanggilmu Kakak? Tentu saja, karena kita ini sama-sama isteri Al." Olivia tersenyum dan mengulurkan tangannya. Terang saja, perkataan itu membuat Monic semakin marah. Karena Albert hanya diam saat Olivia menyebut
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
46
DMCA.com Protection Status